WAHYU SEBAGAI SANDARAN KEBENARAN, BUKAN AKAL


WAHYU SEBAGAI SANDARAN KEBENARAN, BUKAN AKAL

Pemahaman yang benar atas nikmat akal, ialah mengembangkan dan mensyukuri nya.
Bahkan dalam Alquran, sangat banyak kita dapati ayat-ayat yang mendorong manusia agar memanfaatkan akalnya untuk hal-hal yang berguna, terutama untuk mencari hakikat kebenaran.
 Berikut ini, merupakan sebagian kecil dari contoh ayat-ayat tersebut:
وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلَافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dialah yang menghidupkan dan mematikan, Dia pula yang mengatur pergantian malam dan siang. Tidakkah kalian menalarnya?!”
(QS. Al-Mukminun: 80).

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
“Katakanlah: samakah antara orang yang buta dengan orang yang melihat?! Tidakkah kalian memikirkannya?!”
(QS. Al-An’am: 50).

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Tidakkah mereka merenungi Alquran?! Sekiranya ia bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”
(QS. An-Nisa’: 82).

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ ﴿١٧﴾ وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ ﴿١٨﴾ وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ ﴿١٩﴾ وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ ﴿٢٠﴾ فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ
“Tidakkah kalian memperhatikan pada onta, bagaimana ia diciptakan? Dan pada langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan pada gunung-gunung, bagaimana itu ditegakkan? Dan pada bumi, bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, sesungguhnya engkau hanyalah pemberi peringatan.”
(QS. Al-Ghasyiyah: 17-20).

Betapa pun jenius dan tingginya kemampuan akal, tetap saja ia merupakan salah satu dari "kekuatan manusia." Dan tidak bisa kita pungkiri bahwa semua kekuatan manusia pasti "memiliki batasan dan titik lemah". Tidak lain, itu disebabkan karena sumber kekuatannya adalah makhluk yang lemah, dan sumber yang lemah, tentu akan menghasilkan sesuatu yang ada lemahnya pula.
Di antara bukti adanya titik lemah pada akal manusia, adalah adanya banyak hakikat yang tidak bisa dijelaskan olehnya, seperti: hakikat ruh, mimpi, jin, mukjizat, karamah, dan masih banyak lagi. Belum lagi, seringnya kita dapati adanya perubahan pada hasil penelitiannya; dahulu berkesimpulan dunia ini datar, lalu muncul teori bulat, lalu muncul teori lonjong. Dahulu mengatakan minyak bumi adalah sumber energi tak terbarukan, lalu muncul teori sebaliknya. Dahulu mengatakan matahari mengitari bumi, lalu muncul teori sebaliknya, dan begitu seterusnya.
Kenyataan ini menunjukkan, bahwa akal "tidak layak dijadikan sebagai sandaran" untuk menetapkan kebenaran hakiki. Apabila ada sumber kebenaran hakiki "yang diwahyukan", maka itulah yang harus dikedepankan, sedangkan akal diberi ruang untuk memahami dan menerima dengan apa adanya. Sentiasa bersukur kepada Allah yang maha berkuasa di atas segala-galanya .

( Drp. Sri Sultan Prof.DR.Raden Johari Mansor N.Nusantara Al-Haj.Marifatullah ).





Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan