AKHIRUDDIN MA'HABATULLAH

 


AKHIRUDDIN MA'HABATULLAH
Awal beragama adalah mengenal Allah
Dan akhir beragama adalah menyaksikan Allah dengan hati (ain bashiroh)
Penyaksian inilah melahirkan cinta atau mahabbah
Al-Imam al-Ghazali berkata
“Tidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengenal (Allah) yang wajib disembah”
Allah ta’ala bersifat Qadim (terdahulu)
Firman Allah
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir”
(QS Al Hadiid 57:3)
Allah ta’ala sebagaimana sebelum diciptakan ‘Arsy
Sebagaimana setelah diciptakan ‘Arsy
Allah ta’ala sebagaimana sebelum diciptakan ciptaanNya
Sebagaimana setelah diciptakan ciptaanNya
Allah ta’ala sebagaimana awalnya dan sebagaimana akhirnya
Awal itu ...
Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu
Siapa yang kenal dirinya akan Mengenal Allah
Dan Allah berfirman
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri
Sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar
Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?“
Kemudian dengan rahmatNya pula
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“
(QS As Syams 91:8 )
Dari ilham yang dihujamkan kepada hati (qalbu) manusia maka lahirlah dalil aqli
Orang-orang yang dapat mempergunakan akal qalbu (hati) disebut dengan ulil albab
Ulil albab adalah kaum yang mengetahui atau orang-orang yang dapat memahami dan mengambil pelajaran dari petunjukNya
Firman Allah
“Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan Ulil Albab“
(QS Ali Imran 3:7)
“Allah menganugerahkan al hikmah kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah kepada siapa yang dikehendaki-Nya
Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak
Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.”
(QS Al Baqarah 2:269)
Ulil Albab berasal dari kata Lubb (hati)
Yakni mereka yang dapat memahami firmanNya berdasarkan cahayaNya atau petunjukNya yang diilhamkan ke dalam Lubb
Lubb merupakan tempat terbitnya Tauhid
Pada hakikatnya semua manusia telah menyaksikan Allah ketika mereka belum lahir ke alam dunia, pada keadaan fitri
Sebelum panca inderanya berfungsi
Tujuan akhir beragama ialah ihsan atau mukmin yang berakhlakul karimah
Mukmin yang dapat menyaksikan Allah dengan hatinya
(ain bashiroh)
Firman Allah
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”
(QS Al-Qalam.4)
Sebenar benar akhlak adalah akhlak kepada Allah
Yakni Mengenal Nya atau Marifat kepada Nya
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani
“Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali
Sayyidina Ali ra menjawab
“Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Lagi sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya
“Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-Nya?”
Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”.
Bagaimana anda melihat-Nya?”
Dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman.”
Munajat Syaikh Ibnu Athoillah
“Ya Tuhan, yang berada di balik tirai kemuliaanNya, sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata
Ya Tuhan, yang telah menjelma dalam kesempurnaan, keindahan dan keagunganNya Sehingga nyatalah bukti kebesaranNya dalam hati dan perasaan
Ya Tuhan, bagaimana Engkau tersembunyi padahal Engkaulah Dzat Yang Dzhahir
Dan bagaimana Engkau akan Gaib, padahal Engkaulah Pengawas yang tetap hadir
Dialah Allah yang memberikan petunjuk dan kepadaNya kami mohon pertolongan“
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany menyampaikan
Mereka yang sadar diri senantiasa memandang Allah Azza wa Jalla dengan qalbunya
Ketika terpadu jadilah keteguhan yang satu yang mengugurkan hijab-hijab antara diri mereka dengan DiriNya
Semua bangunan runtuh tinggal maknanya Seluruh sendi-sendi putus dan segala milik menjadi lepas
Tak ada yang tersisa selain Allah Azza wa Jalla
Tak ada ucapan dan gerak bagi mereka
Tak ada kesenangan bagi mereka hingga semua itu jadi benar
Jika sudah benar sempurnalah semua perkara baginya
Pertama yang mereka keluarkan adalah segala perbudakan duniawi
Kemudian mereka keluarkan segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total
Dan senantiasa terus demikian dalam menjalani ujian di RumahNya
Untuk dapat melihat Allah dengan hati sebagaimana kaum sufi
Tahapan awal yang harus dilewati adalah Takhalli
Mengosongkan diri dari segala hal
Baru kemudian sampai pada apa yang disebut Takhalli
Setelah Takhalli barulah Tajalli
Tahap ini terbukanya Rahasia
Yakni mengetahui rahasia Tuhan
Dan ini adalah pengetahuan yang dalam bentuk manifestasi dari rahasia-rahasia yang diperlihatkan kepada hamba-Nya
Namun ....
Tidak semua manusia dapat melihat Allah dengan hatinya
Karena hati masih terhalang atau belum Takhalli
Sehingga terhijab dari memandang Allah
Inilah yang dinamakan buta mata hati
Shummun bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uun
“Mereka tuli, bisu dan buta (tidak dapat menerima kebenaran)
Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”
(QS Al BAqarah 2)
Buta mata secara bathin inilah yang disebut cinta buta
Sehingga cinta tanpa melihat adalah satu kepalsuan
Sehingga bagaimanapun ibadah berabad abad tanpa ma'rifat bukanlah cinta
Awal perjalanan itu adalah Ma'rifatullah
Dan akhir perjalanan itu adalah Mahabbah
{ Sumber dari Stea }
Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan