Pengertian Istilah yang Berbeda Di Antara Awam Dengan Suf

 


Pengertian Istilah yang Berbeda Di Antara Awam Dengan Sufi

Ada beberapa istilah yang masih berbeda pandangan di kalangan awam dengan ahli Sufi. Dalam tulisan ini diambil beberapa contoh:
1. Arif
Menurut pengerian awam bahwa yang dianggap Arif itu adalah orang yang berilmu tinggi namun masih lagi memandang kepada amal, pahala, karamah dan kemewahan materi keduniaan. Padahal menurut pengertian ahli Sufi bahwa Arif itu adalah orang yang lebih tinggi darjatnya daripada orang yang berilmu, tidak lagi memandang kepada sesuatu selain Allah. Hanya fokus kepada Allah dan bukan fokus kepada amal, pahala dan karamah kerana mereka adalah orang yang sebenar-benar mengenal Allah sebagaimana Allah itu patut dikenal. Di hati Arif tidak ada perasaan cinta kepada dunia dan kemewahannya. Tidak ada perasaan takut dan dukacita terhadap manusia dan hal-hal dunia. Tidak ada keinginan kepada sesuatu selain cukup Allah bagi mereka. Arif sentiasa mendapat petunjuk dan ilmu langsung daripada Allah dan tidak bersandar semata-mata kepada wacana teks. Justru itu mereka adalah orang-orang yang dikurniakan syuhud oleh Allah dan Allah yang membuat diri mereka sebagai manusia yang berakhlak tinggi serta Allah yang berbuat mereka beribadah dengan seikhlas-ikhlasnya. Gelaran Arif itu bukan ciptaan mereka sendiri seperti menyarung jubah dan sarban agar dipandang hebat dan mulia, atau dipuja-puji oleh sanjungan masyarakat, namun Allah yang memberinya dan memuliakannya di sisi Allah. Kesimpulannya, walau seminit makrifat dalam ibadah orang Arif itu dipandang sangat mulia dan teramat besar pengertiannya di sisi Allah. Justru ada pepatah tawasuf yang berbunyi, “Tidurnya orang Arif itu adalah seribu tahunnya ibadah orang abid.”
2. Wali
Menurut pengetian awam bahwa manusia yang dikatakan Wali Allah adalah daripada sudut pandangan fiziknya. Seperti seorang agamawan yang memiliki ilmu sakti yang boleh menzahirkan karamah dan mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Sehingga ke hari ini dapat kita tonton di pelbagai channel you-tube ada sesetengah wali itu divideokan sebagai orang gila yang tak pakai baju dan berpakaian pula compang-camping, berambut gondrong, menghisap rokok, berseluar jeans, memandu motorsikal keliling kampung, percakapannya merapu entah apa pun namun dianggap orang sebagai bijak. Ada yang taksub memuja-pujinya seperti mencium hujung kakinya seakan-akan bersujud kepada selain Tuhan. Padahal menurut pengertian ahli sufi bahwa Wali Allah yang sebenar itu bukanlah yang bersifat fisik tetapi Wali Allah itu adalah di dalam batinnya yang bersifat keLahutan yakni Allah yang mentajallikan SifatNya sendiri ke dalam ruh hamba-Nya yang dicintai-Nya. Ruh yang telah syuhud kepada Allah itulah Wali Allah dan kewaliannya itu disembunyikan Allah daripada pengetahuan awam atau malaikat. Justru itu hanya Wali Allah yang dapat mengenal Wali Allah. Ibarat hanya berlian yang boleh memotong berlian. Wali Allah yang hakiki itu bukan kerana kehebatan karamahnya, malah tidak suka kepada karamah atau menunjuk-nunjukkan keramah di depan awam, tetapi Wali Allah itu lebih senang dalam istiqamah syuhudnya kepada Allah yang tiada sesaat pun terhenti atau berpaling dari Allah.
3. Mukmin
Mukmin di mata pengertian orang awam adalah sosok seorang yang rajin beribadah untuk mencari sebanyak-banyaknya pahala agar dapat hidup senang di syurga akhirat. Atau mereka yang lebih memuliakan perkara akhirat dan memandang rendah kepada dunia ini sebagai suatu ciptaan yang hina atau lebih hina daripada sayap seekor nyamuk. Justru di lubuk hati mereka masih tertanam sifat kebencian dan permusuhan terutama terhadap orang yang berbuat maksiat dan tidak beriman. Sedangkan mukmin pada permaknaan orang Sufi ialah seorang beriman yang telah bersih suci hatinya daripada segala sifat buruksangka atau telah kosong hatinya dari pandangan terhadap segala sesuatu selain Allah. Mukmin itu umpama permukaan cermin yang tersangat jernih dan bercahaya, dapat menampung nama Allah Al-Mukmin. Maka itu akhlak seorang mukmin itu mencerminkan akhlak Allah. Ada hadis menyatakan bahwa hati mukmin itu adalah Baitullah.
4. Kafir/Kuffar
Kafir atau Kuffar dalam pengertian awam ialah ditujukan kepada orang yang tidak beriman atau tidak memeluk agama Islam. Kafir diistilahkan sebagai seorang yang tidak diampuni dan kekal tempatnya di neraka kerana telah rosak keseluruhan fitrah kemanusiaannya. Padahal pada pengertian ahli sufi bahwa kafir atau kuffur pada makna dasarnya ialah tertutup. Yang tertutup itu cuma hati dan bukan semua fakulti kemanusiaannya. Hati itu sahaja yang tidak beriman dan menerima kebenaran. Hati itu yang berdosa dan melanggar perintah Tuhan. Sedangkan Ruh tidak rosak dan tidak pula berubah, tetapi kekal sebagaimana mula-mula ditajalli Tuhan. Justru itu ahli sufi mengatakan Ruh itu adalah termasuk ‘yang diperintah’ dan bukan ‘yang dijadikan’. ‘Yang diperintah’ itu merupakan bayangan dari Allah itu sendiri atau bersifat Qadim. Manakala perkara ‘yang dijadikan’ boleh jadi musnah dan binasa – yang baik boleh bertukar menjadi buruk atau sebaliknnya, tergantung kepada Qudrat dan Iradat Allah. Dengan itu, tidak semestinya dipandang dari sudut luarannya bahwa seorang itu dianggap kafir, maka ruhnya pun kafir. Padahal Ruh itulah yang menyaksikan Hadrat Allah sejak azali. Masakan Tuhan akan menyiksa Ruh ke dalam api neraka?
5. Habib/Habaib
Lumrahnya istilah Habib atau Habaib menurut pengertian awam ialah gelaran tertentu secara pandangan fisik bagi seorang yang berdarah keturunan Nabi. Padahal menurut pengetian ahli sufi Habib atau Habaib itu adalah orang yang mencintai Allah dan sangat dicintai Allah tanpa mengira bangsa dan kedudukannya di mata awam. Semua Ruh manusia itu bernasab kepada Ruh Muhammad saw. Justru kita semua adalah Habib dan Habaib kecuali yang membedakan ialah siapa yang paling bertaqwa dan beriman kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Allah menjadikan bangsa dan kulit manusia itu saling berlainan bukan kerana hendak meninggikan atau merendahkan sesuatu kaum, tetapi Allah hendak kita saling kenal-mengenal di antara satu dengan yang lain dengan sifat kasih-sayang. Semua manusia adalah sahabat. Nabi saw telah bersabda, “Tidak ada yang utama di antara orang arab dengan orang ajam kecuali mereka yang bertaqwa kepada Allah.” Di zaman hayat Nabi saw, Nabi saw telah menurunkan semua taraf manusia yang dahulunya adalah kaum yang jahil lalu menjadi orang Islam yang samarata dan saling mencintai. Hamba yang berkulit hitam boleh duduk bersama dengan tuannya yang berkulit putih. Sayangnya, di zaman sekarang ini ramai yang telah mengabaikan ajaran tersebut dan menghidupkan kembali perbedaan hidup yang berkasta-kasta.

Artikel asli ini ditulis oleh H.B. Johar @zawiyahcinta / Ahad 27 March 2022

Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan