TvTarekat | ADAB ADAB MENUNTUT ILMU BAGI SEORANG SALIK



Berikut ini adab-adab bagi penuntut ilmu ( salik ) yang disarikan dari kitab Al Mu’lim fi Adabil Mu’allim wal Muta’allim karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdil Lathif Alu Asy Syaikh rahimahullah.

1 Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu. Semata-mata hanya mengharap wajah Allah Ta’ala, bukan tujuan duniawi. Seorang yang menuntut ilmu dengan tujuan duniawi diancam dengan adzab neraka Jahannam.

2 Hendaknya memiliki percaya diri yang kuat.
Senantiasa menjaga syiar-syiar Islam dan hukum-hukum Islam yang zahir. Seperti sholat berjamaah di masjid, menebarkan salam kepada yang dikenal maupun tidak dikenal, amar ma’ruf nahi mungkar, dan bersabar ketika mendapatkan gangguan dalam dakwah
Berakhlak dengan akhlak yang mulia sebagaimana yang dianjurkan dalam nash-nash syariat.

3 Hendaknya penuntut ilmu itu bersifat zuhud terhadap dunia, dermawan, berwajah cerah (tidak masam), bisa menahan marah, bisa menahan gangguan dari masyarakat, sabar, menjaga muru’ah, senantiasa wara, khusyuk, tenang, berwibawa, tawadhu’, sering memberikan makanan, iitsar (mendahulukan orang lain dalam perkara dunia) namun tidak minta didahulukan, bersikap adil, banyak bersyukur, mudah membantu hajat orang lain, mudah memanfaatkan kedudukannya dalam kebaikan, lemah lembut terhadap orang miskin, akrab dengan tetangga.

4 Senantiasa menunjukkan pengaruh rasa takut kepada Allah dalam gerak-geriknya, pakaiannya dan seluruh cara hidupnya.

5 Senantiasa merutinkan adab-adab Islam dalam perkataan dan perbuatan, baik yang nampak maupun tersembunyi. Seperti tilawah Al Qur’an, berdzikir, doa pagi dan petang, ibadah-ibadah sunnah, dan senantiasa memperbanyak sholawat kepada nabi.

6 Membersihkan dirinya dari akhlak-akhlak tercela, seperti: hasad (dengki), riya, ujub (kagum pada diri sendiri), meremehkan orang lain, dendam dan benci, marah bukan karena Allah, berbuat curang, sum’ah (ingin didengar kebaikannya), pelit, bicaranya kotor, sombong enggan menerima kebenaran, tamak, angkuh, merasa tinggi, berlomba-lomba dalam perkara duniawi, mudahanah (diam dan ridha terhadap kemungkaran demi maslahat dunia).
menampakkan diri seolah-olah baik di hadapan orang-orang, cinta pujian, buta terhadap aib diri, sibuk mengurusi aib orang lain, fanatik golongan, takut dan harap selain kepada Allah, ghibah, namimah (adu domba), memfitnah orang, berdusta, berkata jorok.
Menjauhkan diri dari segala hal yang rawan mendatangkan tuduhan serta tidak melakukan hal-hal yang menjatuhkan muru’ah.

7 Zuhud terhadap dunia dan menganggap dunia itu kecil, tidak terlalu bersedih dengan yang luput dari dunia, sederhana dalam makanannya, pakaiannya, perabotannya, kendaraan dan rumahnya.

8 Menjaga jarak dengan para penguasa dan hamba-hamba dunia, dalam rangka menjaga kemuliaan ilmu. Sebagaimana dilakukan para ulama salaf terdahulu. Jika memang ada kebutuhan untuk itu maka hendaknya ketika ada maslahat yang besar disertai niat yang lurus.

9 Sangat-sangat menjauhkan diri dari perkara-perkara bid’ah, walaupun sudah menjadi kebiasaan mayoritas orang. Perhatian dan fokus utamanya adalah mendapatkan ilmu yang bermanfa'at untuk akhiratnya. Menjauhkan diri dari ilmu yang tidak bermanfaat.

10 Mempelajari apa saja yang bisa merusak amalan, kemudian menjauhinya.

11 Makan makanan dengan kadar yang sedikit saja, dari makanan yang halal dan jauh dari syubhat. Ini sangat membantu seseorang untuk memahami agama dengan baik.
Banyaknya makan menyebabkan kantuk, lemah akal, tubuh loyo, dan malas.

12 Mempersedikit waktu tidurnya, selama tidak membahayakan tubuhnya. Hendaknya tidur sehari tidak lebih dari 8 jam.

13 Tidak mengapa penuntut ilmu merelaksasikan jiwa, hati, pikiran dan pandangannya jika merasa lelah (dalam aktifitas belajar) atau merasa lemah untuk melanjutkan. Dengan melakukan refreshing dan rekreasi sehingga ia bisa kembali fit dalam menjalankan aktifitasnya lagi. Namun tidak boleh membuang-buang waktunya untuk itu (liburan). Senantiasa bersungguh-sungguh untuk menyibukkan diri dengan ilmu, baik dengan membaca, menelaah, menghafal, mengulang pelajaran dan aktifitas lainnya.

14 Aktifitas-aktifitas yang lain dan juga sakit yang ringan, hendaknya tidak membuat seorang penuntut ilmu bolos menghadiri kajian atau lalai dari membaca dan mengulang pelajaran.

15 Bersungguh-sungguh untuk bersuci dari hadats dan najis ketika menghadiri kajian, badan dan pakaiannya dalam keadaan bersih serta wangi. Menggunakan pakaiannya yang terbaik, dalam rangka untuk mengagungkan ilmu.

16 Bersungguh-sungguh untuk menjauhkan diri dari sikap minta-minta kepada orang lain walaupun dalam kondisi sulit.

17 Mempersiapkan diri, memikirkan dan merenungkan hal yang ingin disampaikan sebelum diucapkan agar tidak terjatuh dalam kesalahan. Terlebih jika ada orang yang hasad kepadanya atau orang yang memusuhinya yang akan menjadikan ketergelincirannya sebagai senjata.

18 Tidak bersikap sombong dengan enggan mengambil ilmu dan faidah dari orang yang lebih rendah kedudukannya atau lebih muda usianya atau lebih rendah nasabnya atau kurang populer atau lebih rendah ilmunya dari kita.

19 Tidak malu bertanya tentang masalah yang belum diketahuinya.

20 Taat kepada kebenaran dan rujuk kepada kebenaran ketika keliru, walaupun yang mengoreksi kita adalah penuntut ilmu pemula.

21 Meninggalkan debat kusir dan adu argumen
yang dapat mengotori hatinya dari kotoran-kotoran hati, agar hatinya bisa menerima ilmu dengan baik.

22 Memanfa'atkan dengan baik waktu-waktu senggang dan waktu-waktu ketika badan fit. Juga memanfa'atkan dengan baik waktu muda dan otak masih cemerlang.

23 Memutuskan dan menghilangkan hal-hal yang menyibukkan sehingga lalai dari menuntut ilmu, atau penghalang-penghalang yang membuat menuntut ilmu tidak maksimal.

24 Senantiasa mengedepankan sikap wara' (meninggalkan yang haram, makruh dan syubhat) dalam semua hal. Memilih makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal yang dipastikan halalnya.

25 Mengurangi sikap terlalu banyak bergaul, terutama dengan orang-orang yang banyak main-mainnya dan sedikit seriusnya.

26 Hendaknya ia tidak bergaul kecuali dengan orang-orang yang bisa ia berikan manfa'at atau bisa mendapatkan manfa'at dari mereka.
Bersikap hilm (tenang) dan anah (hati-hati dalam bersikap) serta senantiasa sabar
Hendaknya senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu dan menjadikan aktifitas menuntut ilmu sebagai rutinitasnya di setiap waktunya.

27 Hendaknya memiliki cita-cita yang tinggi untuk akhirat. Tidak hanya puas dengan sesuatu yang sedikit jika masih mampu menggapai yang lebih. Dan tidak menunda-nunda dalam belajar, bersemangat mencari faidah ilmu walaupun sedikit.

28 Tidak berpindah ke kitab yang lain sebelum menyelesaikan dan menguasai kitab yang sedang dipelajari.

29 Tidak mempelajari pelajaran yang belum dimampui. Belajar dari yang sesuai dengan kadar kemampuannya.

30 Selektif dalam memilih guru. Carilah guru yang benar benar mursyid yang mapan ilmunya, ringan dunianya, dikenal keistiqamahannya, baik akhlaknya dan silsilah nya sampai kepada Rasulullah.

31 Hendaklah Memandang gurunya dengan penuh pemuliaan dan penghormatan.

32 Memahami hak-hak gurunya, senantiasa ingat akan keutamaan gurunya, dan bersikap tawadhu’ di hadapan gurunya.

33 Senantiasa mencari keridhoan gurunya, merendahkan diri ketika dihadapkan gurunya, tidak mendahului gurunya dalam berpendapat, mengkonsultasikan semua masalah dengan gurunya, dan tidak keluar dari arahan-arahannya.

34 Memuji ceramah dan jawaban-jawaban gurunya baik ketika ada gurunya atau ketika sedang tidak ada.

35 Menghormati gurunya dengan penuh pengagungan, senantiasa mengikuti arahannya, baik ketia beliau masih hidup ataupun ketika beliau sudah wafat.

36 Senantiasa mendo'akan beliau. Dan membantah orang yang meng-ghibah beliau.

37 Selalu berterima kasih kepada gurunya atas ilmu dan arahannya, karena berkah gurunya lah dia mendapatkan jalan untuk mengenal Tuhannya.

38 Bersabar dengan sikap keras dari gurunya atau terhadap akhlak buruknya. Dan hal-hal ini hendaknya tidak membuatnya berpaling dari belajar ilmu dan akidah yang lurus dari gurunya tersebut.

39 Bersegera untuk menghadiri majlis ilmu sebelum gurunya hadir.

40 Jangan ikut menghadiri majlis sang guru ketika guru mengajar di luar ilmu yang dimilikinya kecuali atas seizin beliau.

41 Hendaknya menemui gurunya dalam keadaan penampilan yang sempurna, hatinya tidak sibuk dengan hal-hal lain, jiwanya lapang, pikiran juga jernih. Bukan ketika sedang mengantuk, sedang marah, sedang lapar, haus atau semisalnya.

42 Tidak meminta gurunya untuk mengajarkan kitab di waktu-waktu yang menyulitkan beliau.

43 Tidak belajar kepada guru di waktu-waktu sang guru sedang sibuk, bosan, sedang kantuk, atau semisalnya yang membuat beliau kesulitan memberikan syarah (penjelasan) yang sempurna.

44 Jika menghadiri majelis ilmu, namun gurunya belum datang, maka tunggulah
Duduk di majelis ilmu dengan penuh hikmad penuh tawadhu, dan khusyuk.

45 Apabila duduk di majelis ilmu, berusahalah dalam keadaan tidak bersandar pada tembok atau pada tiang.

46 Memfokuskan dirinya untuk memandang gurunya dan mendengarkan perkataan gurunya, memikirkannya benar-benar sehingga gurunya tidak perlu mengulangnya lagi.

47 Tidak melihat ke arah lain kecuali darurat, dan tidak menghiraukan suara-suara lain kecuali darurat.

48 Tidak meluruskan kakinya di hadapan gurunya, Tidak memangku dagunya. Tidak terlalu banyak menguap. Tidak banyak bergerak-gerak, hendaknya berusaha tenang.

49 Jika bersin hendaknya merendahkan suaranya atau menutupnya dengan sapu tangan, dan tidak meninggikan suaranya tanpa kebutuhan dan tidak berbicara kecuali darurat.

50 Tidak tertawa-tawa kecuali ketika kagum jika tidak kuat menahan tawa hendaknya tersenyum saja.

51 Ketika berbicara kepada gurunya hendaknya menghindarkan diri dari gaya bicara yang biasa digunakan kepada orang secara umum.

52 Jika gurunya terpeleset lisannya, atau gurunya menjelaskan perkara yang agak vulgar, jangan menertawakannya atau mencelanya.

53 Tidak mendahului gurunya dalam menjelaskan suatu masalah atau dalam menjawab pertanyaan.

54 Tidak memotong perkataan gurunya atau mendahuluinya dalam berbicara, dalam pembicaraan apapun.

55 Jika ia mendengar gurunya menjelaskan suatu faidah atau suatu pelajaran yang ia sudah ketahui, maka dengarkanlah dengan penuh gembira, seperti belum pernah mengetahuinya sebelumnya.

56 Hendaknya tidak bertanya yang di luar konteks bahasan.

57 Tidak malu untuk bertanya kepada gurunya atau meminta penjelasan tentang hal yang belum ia pahami.

Demikian paparan singkat mengenai adab menuntut ilmu. Semoga Allah Ta’ala memberikan kita hidayah untuk mengamalkannya.


Wassalam.

#tvtarekat
#islamictunes
Share on Google Plus

About THORIQAT DAN TASAWUF

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

3 comments:

  1. Alhamdulillah, tkasih tuan atas usaha artikel yang memunafaatkan.

    BalasPadam
  2. Semoga kita dapat bekerjasama demi ummah, insyaaAllah!

    BalasPadam
  3. Alhamdulillah ..., terimakasih atas tausiahnya tuan guru


    BalasPadam