HAKEKAT PUASA ITU KHALWAT,

 


HAKEKAT PUASA ITU KHALWAT,

TINGKATKAN MUKMIN MENJADI MUTTAKIN
Dasar-dasar Makrifatullah / Mengenal Allah lewat Puasa

Bulan puasa Ramadhan semestinya dijadikan sebagai bulan mengendalikan hawa nafsu, tapi fenomena sekarang berubah jadi bulan memuaskan selera hawa nafsu alias bulan pesta kuliner.
JIHAD FI SABILLILAH
Sejatinya, fitrah suci manusia adalah TAUHID, bersih dari sifat menyekutukan Allah sehingga mengenal Allah dengan baik.
Ketika ruh menjiwai jasad insani, Ruh pun terpengaruh Hawa Nafsu sehingga terdinding dari Mengenal Allah (Makrifatullah), lupa perjanjian di alam ruh bahwa harus konsekwen ber-Tauhid.
Nafsu gak mempan dihukum siksa api neraka sekalipun.
Tapi ia bisa ditundukkan dengan dihukum siksa lapar alias puasa.
Itulah sebabnya, Nabi mengatakan:
Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar.
Lantas sahabat bertanya, “Apakah pertempuran yang lebih besar itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab,
“JIHAD MEMERANGI HAWA NAFSU.” (Hadist riwayat al-Baihaqi)
Bagaimana caranya?
Matikan dirimu sebelum datang kematian sebenarnya.
Matikan diri (Fana'), supaya mati Syahid.
Jihad fi sabilillah = berjuang di jalan Allah SWT.
Berjuang mematikan hawa nafsu syirik agar tidak menyerupai dan mengaku Tuhan, supaya meraih hakekat Taqwa.
Taqwa adalah jalan taat menyerahkan diri kepada Allah alias "menghilangkan pengakuan", akui (saksikan / syahadah) bahwa yang bergerak, berkehendak, berpengetahuan, hidup, mendengar, melihat, berkata-kata itu adalah Allah SWT bukan kita.
Makhluk tak ada daya upaya kecuali daya upaya Allah semata.
Sehingga diri kita tak memiliki apa-apa / fakir / tiada / fana' / laa hawla wa laa quwwata illa billah.
PUASA HANYA UNTUK ALLAH
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. PUASA ITU UNTUK-KU. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari & Muslim)
Mengapa Allah SWT menisbatkan puasa kepada diri-Nya?
"Puasamu itu untuk-KU".
Kenapa Allah SWT tidak memerlukan amal perbuatan manusia?
Hadist Qudsi itu menyatakan dengan tegas ibadah puasa beda dengan ibadah lain.
Karena puasa itu yang menilai langsung Dia sendiri.
Sehingga cara mengamalkan ibadah ini : yang berpuasa itu harus "Orang-NYA". Harus yang empunya syariat puasa.
“Ketika seorang hamba mampu melepaskan diri dari makanan dan semua hawa nafsu, maka ketika itu ia sedang bersifat dengan sifat-sifat Tuhan", kata Imam an-Nawawi.
Sabda Nabi Muhammad SAW:
“Orang yang berpuasa itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu perbuatan yang terkait erat dengan SIFAT-Ku”. (Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari: 4/108, imam al-Qurthubi).
Berarti kita harus jadi pak Tuhan dong??
Karena ibadah puasa itu meniru sifat Tuhan yang tidak makan & minum.
Tapi kalo anda faham ya.. monggo.
Tapi syaratnya minimal sudah melalui jalan fana'fillah. Bagus lagi kalo sudah Baqa'billah. Lebih sempurna.
Jalan yang lebih moderat dan nggak bikin sulit memahami adalah: Puasa itu ngajarin kita gimana beramal yang "ikhlas rasa hadir Allah".
Puasa dengan rasa daya upaya Allah. Jangan puasa dengan rasa daya upaya makhluk, supaya Anda tidak merasa berat / lelah selama menjalani puasa. Karena secara hakekat full "menyandang af'al Allah".
Ikhlas rasa hadir Allah.
IKHLAS = murni merasakan hadir af'al Allah (rasa di hadratullah).
MUKHLISH = mukmin yang berbuat ikhlas karena Allah, suci / murni tidak bercampur dengan perbuatan makhluk.
Puasa yang berkualitas itu jika diamalkan murni dengan ikhlas,
kemurnian yang terjaga dan terpelihara (al-khalish) .
LAHIR KEMBALI FITRAH
WISUDANYA ORANG YANG IKHLAS BERPUASA
Iedul Fitri = kembali suci.
Iedul Fitri bukan "hari raya pembalasan" pesta kuliner memuaskan hawa nafsu.
Iedul Fitri itu kembali suci / kembali jadi insan kamil / hijrah dari sifat syirik kepada Tauhid.
Semurni bayi yang baru dilahirkan.
Sabda Nabi Muhammad SAW:
“Siapa yang melaksanakan PUASA dan QIYAMULLAIL Ramadhan karena iman dan mengharapkan balasan dari Allah SWT, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti saat dilahirkan ibunya”.
(Hadist Riwayat an-Nasa’i dan Ibnu Majah).
BERPUASA DALAM KHALWAT / UZLAH
Maha Suci Allah, ternyata makhluk-Nya seperti hewan-hewan juga kuat puasa selama berbulan-bulan tidak makan, yaitu fase HIBERNASI.
Para Nabi & Wali Allah juga kuat berpuasa saat uzlah atau khalwat (SHOLATIHIM DAIMUN) sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya.
Kok bisa?
Sebab yang puasa itu murni af'al Allah Yang Haq, bukan makhluk yang puasa. Jadi terserah Dia berbuat sekehendaknya, suka-suka Dia, mau berapa lama pun tak ada yang tidak mungkin (fa'alluli mayurid)
BAHAGIA BERTEMU ALLAH
Jika merasakan yang puasa itu Allah, kita akan merasakan ketenangan bathin yaitu, kebahagiaan "rasa hadir" bertemu Allah:
- Allah yang menggerakkan
- Allah yang menghendaki
- Allah yang memberi pengetahuan
- Allah yang menghidupkan
- Allah yang mendengarkan
- Allah yang melihatkan (Syuhudullah)
- Allah yang bertutur kata (Kalamullah).
Inilah hakekat Khalwatnya orang yang berpuasa. Tidak hanya menahan makan minum, tapi juga puasa bathin.
BAU MULUT
Apa Anda pernah mencium bau mulut orang yang Puasa...?
Pasti bau banget 'kan...?
Tapi bukan itu maksudnya...
Hakekat Bau Harum kasturi mulut orang yang puasa itu jika mulutnya itu "KALAMULLAH".
Itu dia hakekat Qur'an yang tersirat.
MENGAPA UMMAT TERDAHULU DIWAJIBKAN PUASA JUGA?
diwajibkan puasa untuk tujuan membersihkan diri (bertaubat) dan mendekatkan diri kepada Allah SWT supaya ber-Taqwa.
NGAPAIN HARUS PUASA?
(1) Supaya Sehat lahir & bathin, yaitu terhindar dari penyakit galau karena menyekutukan Allah. Akibat galau, jasmani sakit dan ruhani lupa bertawakkal mendekatkan diri dengan Allah.
Puasa itu laksana "Engine Overhaul". Perbaikan dan perawatan mesin pencernaan.
Nabi Muhammad SAW bersabda : "Puasalah, niscaya kamu akan sehat"(Hadist Riwayat al-Thabrani).
(2) upgrade naik tingkat dari Mukmin jadi Muttakin (orang yang Taqwa).
(3) upgrade hijrah keyakinan agama: dulu syirik (musyirik) sekarang Tauhid (Hanif - Muslim), bersih lahir batin dari sifat menyekutukan Allah.
(4) upgrade mental, dari sifat pemarah jadi Penyabar.
Secara Hakekat, jadi Penyabar itu maksudnya : jadilah "Orang-Nya", yaitu jadilah "Si SABUR".
Kalo "Orang-Nya" atau si empunya Syariat Puasa, tak akan berat dan lelah menjalani puasa, zikir, sholat, dan Aktifitas lain.
(5) Khalwat bathin, membersihkan diri dari sifat syirik (menyekutukan Allah).
MENGAPA HARUS MERAIH DERAJAT TAQWA?
Hakekat Taqwa itu adalah voucher "redha Allah". Karena hanya orang yang ber-Taqwa yang diredhai Allah. Bonus karena kita mau nurut apa maunya Allah.
Taqwa adalah pakaian Ruhani, diri kita yang sebenarnya.
APA ITU MAUNYA ALLAH?
Peristiwa "Syahadat Ruhani" di alam ruh menuntut agar ruh bersumpah setia konsekuen ber-Tauhid (tidak menyekutukan Allah). Itulah maunya Allah.
Praktiknya dengan Tawakkaltu 'alallah alias "unjuk rasa", jangan ada rasa makhluk, supaya beneran merasa ikhlas beribadah karena Allah.
Setelah Allah redha, dapat jaminan / garansi Ampunan dan Surga.
Melalui jalan Tauhid, Allah menghendaki kemudahan bagi Hamba-Nya, bukan kesulitan.
Tanpa ada garansi developer yang empunya surga itu, tak ada tempat hidup kekal di akhirat.
Surga itu adalah "bumi baru", tempat tinggal baru yang kekal bagi orang yang ber-Taqwa.
Nabi SAW bersabda :
“ Tiada seorang hamba yang taat (TAQWA) kepadaKu melainkan Aku memberinya sebelum dia minta, dan mengabulkan permohonannya sebelum dia berdoa, dan mengampuni dosanya sebelum dia mohon pengampunan ‘istighfar’ “ (Hadist Sahih Riwayat Ad Dailami).
Firman Allah SWT :
وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَ نَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰى ۙ
فَاِنَّ الْجَـنَّةَ هِيَ الْمَاْوٰى ۗ
Dan adapun orang-orang yang takut (Taqwa) kepada maqam Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,
maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).
Al Qur'an : An-Nazi'at : 40 - 41

( Sumber dari Grup Ilmu Tasawuf - Hakikat )


Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan