BERTAREKAT UNTUK MEMPERBAIKI DIRI
تَشَوُّفُكَ إِلَى مَا بَطَنَ فِيْكَ مِنَ الْعُيُوْبِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ تَشَوُّفِكَ إِلَى مَا حُجِبَ عَنْكَ مِنَ الْغُيُوْبِ
“Perhatianmu terhadap aib/kekurangan yang ada pada diri sendiri, lebih baik dari pada perhatianmu terhadap terbukanya hal-hal gaib”.
Banyak orang salah jalan dalam bersuluk, mengamalkan thoriqoh, yaitu ia menunggu-nunggu ingin mendapatkan mughoyyabat (hal-hal gaib) seperti bisa mengetahui yang akan terjadi. Mau mendapatkan yang aneh-aneh; bisa terbang, pergi ke mekah sekejap mata. Mau jadi orang yang luar biasa supaya terkenal dan lain-lain. Bertasawuf dan bertarekat seperti ini keliru.
Sebagian kita kadang punya fikiran "kenapa ya, udah sekian tahun mengamalkan thoriqoh, tapi kok masih gini-gini saja ?
"Memangnya anda mau apa ?
Mau pamer kehebatan, unjuk "kedekatan" dengan Alloh, sehingga bisa ngatur-ngatur Alloh ?
Semua yang anda mau bisa langsung terwujud ?
Begitu ?
Bukan begitu, justru dengan berthoriqoh mendidik kita agar bisa lebih pasrah dan menerima akan ketentuan-ketentuan Alloh.
Bisa saja seperti ini.
Kadang pahit - kadang manis, kadang susah - kadang senang, kadang cukup uang - kadang kekurangan, kadang mengalami pertengkaran dengan istri - kadang harmonis.
Mengamalkan thoriqoh itu belajar memperbaiki diri, bukan untuk mendapatkan kesaktian atau karomah. Adapun ketika dalam proses memperbaiki diri, lalu Alloh menampakkan keanehan-keanehan atau karomat pada diri kita itu bukan tujuan, bahkan bisa menjadi jebakan. Berhati-hatilah.
Maka, memperhatikan diri, sehingga kita tahu kelemahan-kelemahan diri; lemah iman, lemah ibadah, lemah ketahanan mental, lemah baca al quran, lemah dzikir, lemah dalam tolong menolong, lemah dalam shodaqoh dan kelemahan-kelemahan lain, itu lebih baik daripada kita terus mengejar-ngejar kegaiban, ini kalau tidak dibimbing oleh ahli akan banyak orang mengamalkan thoriqoh untuk mendapatkan kesaktian atau keanehan lainnya.
Menurut imam al Ghazali r.a, ada 4 cara agar kita mengetahui kelemahan diri;
1. Sering berkumpul dengan guru yang mengetahui dan mengingatkan kita akan kekurangan diri sendiri.
2. Bergaul dengan teman-teman yang mau dan berani menasihati kita, ketika salah.
3. Mengetahui kelemahan dan kekurangan diri dari orang-orang yang membenci kita.
4. Melihat kelemahan yang ada pada orang lain, untuk kemudian menelitinya dalam diri kita.
Ketika bertemu dengan orang kikir, lihatlah kedalam diri sendiri, jangan-jangan kita juga sama.
Melihat orang malas ibadah atau bekerja, ingatlah malas itu juga ada pada diri kita, dan seterusnya.
( SYEKH IBNU ATHOILLAH AS-SAKANDARI )
OLEH : KH. ZEZEN ZAENAL ABIDIN BAZUL ASYHAB
“ILAAHI ANTA MAQSHUUDI WARIDHOOKA MATHLUUBI A’THINI MAHABBATAKA WA MA’RIFATAKA”
0 comments:
Catat Ulasan