TANDA MURSYID KAMIL MUKAMIL
1. Seorang Mursyid Dapat membersihkan hati murid dari kotoran nafsu dan keakuan diri.
2. Dapat memperindah akhlak si murid
3. Dapat menyampaikan murid untuk dekat kepada الله dengan Cahaya Warid Ilahiyyah dari Mursyid
4. Mursyid dapat meningkatkan ketakwaan murid
43 ANTARA CIRI MURSYID YANG SIDDIQ
1. Mereka berpegang teguh pada Qu’ran dan Hadist tidak pernah meninggalkan syariah dan sunnah. Kerana tak ada tariqah tanpa syariah, karena seumpama syariah adalah penerang untuk menjalani jalan tariqah agar tak tersesat dan menuju hakikat. Imam Malik, Imam Mazhab Maliki mengatakan Syariat tanpa tasawuf adalah zindik, dan tasawuf tanpa syariat adalah sesat. Dan juga tidak mencampurkan yang haq dengan yang batil. Seorang Mursyid mengetahui hukum fardhu ‘ain, dan hukum-hukum Islam lainnya. Disamping itu, dia harus mengetahui akidah Ahli sunnah dalam masalah tauhid. Dia harus mengetahui apa-apa yang wajib bagi Allah, apa-apa yang jaiz bagi-Nya, dan apa-apa yang mustahil bagi-Nya, baik secara global maupun secara detail. Demikian juga halnya dengan Rasul dan rukun iman lainnya.
2. Dan salah satu ciri para wali biasanya mereka tersembunyi, meskipun begitu mereka sangat terkenal diantara para kekasih Allah.
3. Selama bermursyid dengan seorang yang wali anda akan menganggap kematian adalah sebuah anugerah dan hadiah dari Allah, tapi jika anda semakin takut mati maka carilah mursyid yang lain.
4. Bila mendengarkan ceramah dari Mursyid tasawuf yang Wali Allah, maka ia akan mendapatkan ilmu sekaligus Hikmah. Hikmah didapatkan dari mendengarkan langsung dan bersama Wali Allah, Ketika kita mendengar seorang Kekasih Allah/Wali Allah bicara, maka ilmu rasa yang ditransfer langsung kedalam kalbu kita. Ilmu Wali Allah bekerja dengan dua cara , dari luar dan dari dalam, dari luar berupa ucapan, dari dalam berupa ilham ilahiah yg dimasukkan kehati setiap muridnya. Dan ketika muridnya melakukannya ia merasakan hal itu dari inspirasinya sendiri sehingga ia ikhlas melakukannya tanpa beban sedikitpun.
5. Bila Auliya Allah duduk berdampingan dengan orang lain, maka orang itu akan merasa “senang” karena pada saat duduk dengan Auliyaullah, mereka akan diberikan energi positif yang mereka.
6. Pembimbing Ruhani Sejati para Wali Allah. tak berkehendak wang anda, tak berkehendak pujian, mereka orang yg ikhlas bekerja sepanjang hari tak kenal lelah tanpa bayaran, cukup Allah dan Rasulullah saw bagi mereka.
7. Harus memiliki rasa keberpihakan terhadap sifat-sifat Ilahiyah, di antaranya: Arif dan bijaksana. Pengertian Arif di sini memiliki wawasan/pandangan yang luas dan jauh ke depan dalam memahami berbagai makna kehidupan, baik orang-orang terdahulu maupun yang kemudian. Tidak ubahnya mendekati sifat-sifat kenabian. Adapun sifat-sifat bijaksana itu selalu memahami kemajmukannya tingkat keberadaan manusia. Di antaranya terhadap orang-orang yang berada dalam kekafiran dan kefasikan serta orang-orang yang berdosa. Ia harus betul-betul memahami sebab musabab mereka bersikap/berperilaku seperti yang demikian itu, sehingga tidak ada sikap kebencian yang muncul dalam hati Mursyid tersebut terhadap mereka.
8. Mencerminkan pribadi-pribadi yang bersikap pema'af dan bersabar menerima fitnah/ujian dari orang-orang yang memfitnah atau merendahkan dirinya. Hal demikian telah diajarkan oleh para Nabi/Rasul terdahulu, yang banyak mengalami tantangan dan ujian dalam melaksanakan tugas dakwahnya.
9. Dalam setiap memberikan bimbingan, pengajaran atau fatwa-fatwa perintah, senantiasa kebijakannya itu tidak pernah memaksakan kepada siapapun. Kerana pada dasarnya setiap manusia dijadikan oleh Allah sebagai Khalifah atau dalam pengertian lain adalah sebagai pemimpin atas dirinya masing-masing. Di mana seorang pemimpin itu mempunyai hak kemerdekaan/kebebasan atau hak veto untuk menyatakan ‘ya' atau ‘tidak', ‘iman' atau ‘kafir', ‘tunduk' atau ‘menentang/menolak'. Kesifatan-kesifatan ini begitu kental ditetapkan oleh Allah kepada manusia, yakni tidak ada paksaan dalam agama sehingga hal itu merupakan bagian hak-hak asasi setiap manusia. Maka sesuai dengan firman-Nya: "Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". (QS. Al-Kahfi[18]: 29).
10. Tidak merasakan takut dalam menyampaikan yang hak kepada orang lain, meskipun pahit bagi dirinya dan yang mendengarkannya.ٍ Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: "Katakanlah yang benar walaupun pahit". "Dan janganlah engkau mencampuradukkan yang haq dan batil serta menyembunyikan yang haq itu, sedangkan engkau mengetahuinya". (QS. Al-Baqarah[2]: 42).Itulah ciri-ciri kemursyidan/kewalian yang disifatkan Allah dalam Al-Quran: "Ketahuilah, sesungguhnya para Wali (kekasih) Allah itu tiada sedih dan berduka cita (terhadap selain Allah). (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka yang selalu bertaqwa. Mereka mendapatkan khabar baik di kehidupan dunia maupun di akhirat. Tiadalah ketetapan Allah itu berubah". (QS. Yunus[10]: 62-63).
11. Terjaga dalam sikap kehati-hatian (wara') tentang manfaat dan mudharatnya dunia, sebab firman-Nya mengatakan: "Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan". (QS. Ali Imran[3]: 185).
12. Jelas dan nyata kesinambungan keseimbangan (tawazun) dunia dan ukhrawi. Keduanya memiliki kepentingan masing-masing yang saling terkait. Menjalani keduanya sesuai dengan sistem yang berlaku. Maka jika terjadi ketidaksinambungan/ketidakseimbangan pada seorang murid dalam satu sisi kehidupan, maka akan diarahkan pada posisi yang lebih sesuai dengan kemampuannya.
13. Tidak bersikap komersil atau menentukan bayaran dalam menjalankan dakwahnya, yakni bersikap Zuhud. Firman Allah SWT: "Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. Yaasin[36] :21).
14. Bersikap peduli menjaga hubungan baik kepada orang-orang yang berbeda agama/kepercayaan. Firman Allah SWT mengatakan: "Tolaklah dengan cara yang lebih baik akan kejahatan itu, maka mendadaklah orang yang mempunyai permusuhan denganmu menjadi dekat denganmu sebagai sahabat karib. Dan tidaklah dapat melakukannya kecuali orang yang sabar dan tidak dapat mencapainya kecuali orang yang mempunyai nasib yang baik (keuntungan yang besar)". (QS. Fushshilat[41]: 34).
15. Bersifat Murobbi Ruh. Seorang Mursyid membimbing muridnya di manapun mereka berada, walaupun ia telah dipisahkan dengan alam yang berbeza. Kerana Allah menyatakan: "Dan janganlah engkau katakan bahwa hamba-hamba yang terbunuh di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup. Tetapi tidaklah engkau menyedarinya". (QS. Al-Baqarah[2]: 153). Dalam ayat lain dikatakan: "Bahkan mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mereka diberi rezeki". (QS. Ali Imran[3]: 169).
16. Keberhasilan lahiriyyah bukanlah merupakan tujuan pokok, di antaranya banyak ataupun sedikit yang menjadi pengikutnya bahkan mungkin tidak dipercaya oleh umatnya/kaumnya, maka tidak gugur kemursyidannya, menang atau berjaya tidaknya dari kesewenangan pihak musuh/kafir dan yang fasik. Tak ubahnya dengan kenyataan dialami para Nabi terlebih dahulu, seperti Nabi Ayub, Nabi Yunus, Nabi Yahya, Nabi Isa, Nabi Ibrahim, dsb. Dan yang berhasil di antaranya adalah: Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Muhammad. Demikianlah sepak terjang para Nabi dan para Rasul, dan begitu pula para Mursyid yang jika tidak diikuti oleh kaumnya, tidak gugur kemursyidannya, yang gugur adalah tugasnya dalam menyampaikan. Itulah tanda-tanda kenabian dan kemursyidan, yang memiliki ciri khas yang serupa, yang kedudukannya hanya sebagai pemberi kabar.
17. Sederhana, tidak selalu terkenal dan cenderung tersembunyi. Ulama Mursyid tidak selalu identik dengan ulama yang dikenal luas atau terkenal, malah kadang-kadang tempatnya terpencil dan posturnya sangat sederhana serta selalu tawadhu. Ada sebagian malah disembunyikan Allah.
18. Ucapannya pasif tidak mau benar sendiri. Lalu kalimat yang terucap lebih banyak pasif, tidak pernah menunjuk dirinya saya atau aku apalagi mau benar sendiri semua karena Allah Swt dan ajarannya memberi kesejukan di hati.
19. Memiliki ilmu hikmah. Memiliki ilmu hikmah dalam erti mampu membaca ayat-ayat terkait ciptaan dan kejadian Allah yang terjadi di langit, bumi dan seisinya.
20. Mampu mengungkap rahsia Allah. Seorang Mursyid memiliki kemampuan mengungkap kerahsian Allah (terutama kalam Allah yang tidak beraksara dan bersuara). Dengan demikian ilmunya tidak selalu sarat periwayatan dan dalil-dalil yang panjang melainkan ringkas dan sederhana (mudah dicerna) yang semuanya merupakan kebenaran yang haq.
21. Suluk mungkin berbeza tapi intinya mengajak dekat kepada Allah. Seorang Mursyid membawakan jalan/cara (suluk) kepada salik yang berbeda tidaklah selalu sama namun hakikatnya mengajak diri untuk lebih dekat kepada Allah.
22. Sebagai pewaris Nabi. Sebagai pewaris nabi biasanya memiliki silsilah atau keturunan kuat dan hanya diketahui diantara sesama Mursyid, sehingga ilmu ini terjamin kontinuitinya selalu diturunkan antara mursyid yang satu dengan penerusnya dan itu dijamin tetap ada sepeninggal Nabi Saw atau hingga akhir zaman.
23. Memiliki firasat yang tajam. Kedekatannya kepada Allah, menjadi wajar bila seorang mursyid sebagaimana orang soleh memiliki kemampuan dapat mengetahui beberapa hal yang tersembunyi terkait diri kita, bahkan dia akan tahu jauh sebelum kedatangan kita. Hal itu diebabkakan seorang mursyid itu memiliki firasat, mengetahui rahsia Allah yang diberikan kepadanya tentang suatu hal atau kejadian dari makhlukNya. sesuai hadist : Dari Abu Said Al Khudri, bahwa Rasulullah saw, bersabda: Takutlah terhadap firasat seorang mukmin, sebab ia melihat dengan cahaya Allah, kemudian membaca ayat Inna fi dzalika li ayatin lilmutawassimin (HR Tirmidzi).
24. Tidak bergantung kepada orang lain. Mampu menghidupi dirinya sendiri dengan keyakinan yang kuat pada rezeki Allah sehingga tidak bergantung pada orang atau kelompok lain. Ini yang disebut Iffah, ertinya dapat mencukupi dirinya dan memiliki keyakinan yang kuat akan rezeki Allah kepadanya.
25. Dia perlu bermakrifat atau mengenal Allah. Seorang Mursyid harus merealisasikan akidah Ahli Sunnh dalam perbuatan dan keyakinannya, setelah dia mengetahuinya sebagai ilmu. Dia harus mengakui di dalam hati dan jiwanya kebenaran akidah tersebut. Dia harus bersaksi bahawa Allah itu Esa di dalam DZAT-Nya. Disamping itu, dia juga harus mengetahui rahsia nama-nama dan sifat-sifat Allah, baik dengan cita rasa kerohaniannya maupun dengan pandangan mata hatinya, lalu mengembalikannya kepada kehadiran yang tunggal yang mencakup semuanya. Dia tidak meragukan banyaknya nama-nama Allah, sebab banyaknya nama tidak menunjukkan banyaknya DZAT.
26. Dia perlu mengetahui teknik-teknik penyucian jiwa dan proses mendidiknya. Seorang Mursyid harus mensucikan jiwanya terlebih dahulu dibawah bimbingan seorang pendidik kerohanian atau Mursyid. Dengan demikian, dia mengetahui tingkatan-tingkatan jiwa, penyakit-penyakitnya dan godaan-godaannya. Dia mengetahui penghalang bagi setiap fasa perjalanan dan cara menaganinya sesuai dengan keadaan setiap orang.
27. Dia mestilah seorang yang mempunyai makrifat khassah. Maksudnya seorang Mursyid itu hendaklah seorang yang sudah mencapai tahap rasa takutkan Allah yang membekas di hati dan peribadinya. Ini semua dapat dilihat dan dirasa oleh orang yang mempunyai basirah terutama ulamak amilin sezamannya. Begitu juga dia adalah seorang yang sentiasa terhubung hatinya dengan Rasulullah saw. Ketulusan hati dalam mendapatkan Allah menjadikan jalannya menuju Allah itu terbentang luas dengan keberkatan junjungan mulia Rasulullah saw.
28. Wujudnya rasa tenang, lapang dan sejahtera ketika bersamanya. Jika kita duduk bersamanya, maka kita akan terasa adanya hembusan iman dan aroma yang menyejukkan jiwa. Dia tidak berbicara selain tentang Allah, tidak mengucapkan selain kebaikan dan tidak bercakap selain memberi nasihat dan pengajaran. Semua yang diungkapkan adalah ilmu yang mendidik jiwa serta mencetus keinsafan. Kita dapat mengambil manfaat dari pergaulan dengannya, sebagaimana dari pembicaraannya. Kita dapat mengambil manfaat ketika kita berada dekat dengannya, sebagaimana kita memperolehinya ketika jauh darinya. Memandangnya sahajapun mendapat manfaat jiwa apatah lagi mendengar bicaranya.
29. Wujudnya aura kasih sayang yang luar biasa. Kita mendapatkan potret keimanan, keikhlasan, ketakwaan dan kerendahan hati pada diri nya dan para muridnya. Ketika kita bergaul dengan mereka, kita terkesan dengan sifat-sifat mulia, seperti cinta kasih, kejujuran, tolong menolong, bekerjasama, bantu membantu dan persaudaran yang tulus.
30. Seramai manakah jumlah murid yang belajar kepada seseorang Mursyid itu bukan ukuran. Tapi yang dinilai adalah tahap rasa takutnya mereka kepada Allah. Sejauh mana terbebasnya mereka dari noda-noda dan penyakit-penyakit jiwa dan adakah mereka dapat istiqamah perjalanan mereka menuju Allah.
31. Tidak mengharap kepada manusia. Pemusatan jiwa mereka hanya kepada Allah di mana jua mereka berada, dalam situasi apa sekalipun dan pada bila-bila masa.
32. Sangat redha dengan apa jua ketentuan Allah. Susah payah, senang atau derita semuanya baik pada mereka kerana kuatnya keyakinan hati mereka dengan Allah.
33. Sangat berkasih sayang sesama mereka. Masing-masing saling menggembirakan orang lain. Mengutamakan orang lain adalah kunci perpaduan dan kebahagiaan yang tidak mudah berlaku di dalam masyarakat yang tidak mempunyai mursyid.
34. Ilmu Islamnya global, luas dan bukan takat ilmu lahir tetapi ilmu rohaniah. Ilmunya mencakupi pelbagai bidang seperti tauhid, ibadah, tasawwuf, kepimpinan, perjuangan, keluarga dan juga kemasyarakatan.
35. Ilmunya itu bukan dirujuk pada kitab tetapi dia mendapat ilham daripada Allah. Ini bersesuaian dengan firman Allah yang maksudnya bilamana seseorang itu bertaqwa, maka Allah akan anugerahkan ilmu padanya. Inilah yg disebutkan sbg ilham laduni. Ia dianugerahkan Allah dgn "Ilmu Hikmah atau Hikam". Juga dalam firman Allah lain yang bermaksud orang yang dianugerahkan Allah hikmah itu mendapat kebaikan yang banyak.
36. Ilmunya bukan sekadar ilmu tetapi ia hidup dan mendarah daging pada dirinya. Bermaksud dia mengamalkan ilmu tersebut. Ilmu dan amal itu selari. Amalannya tepat sepertimana ilmunya. Dia bukan sahaja berbicara tetapi berbuat sesuai dengan cakapnya.
37. Peribadinya mendekati peribadi Rasulullah SAW. Dan ia adalah bayangan Rasulullah bila disuluh dari sudut tauhid, ibadah, akhlak dan perjuangannya. Bahkan dialah orang yang paling kenal Rasulullah s.a.w, boleh menceritakan bahkan menjiwai sifat-sifat Rasulullah saw.
38. Dia mempunyai kekuatan roh dan akal untuk mendidik muridnya dan ini diterjemahkan oleh peribadi muridnya sendiri.
39. Mengalirkan kasih sayang sepenuhnya kepada murid-muridnya bagaikan seorang ayah kepada anak-anaknya. Sabda Nabi saw, Aku bagi kamu bagaikan seorang bapa dengan anak-anaknya. Bagitulah hubungan Guru dengan murid memimpin kejalan ALLAH. Andaikata gurunya tidak memahami jalan atau tersilap jalan maka sesatlah orang-orang yang dibawanya. Sebagaimana kata syair Arab : Kerosakan dan kejahatan seorang alim yang jahat amalannya, Malah lebih malang lagi ianya menjadi idola orang yang jahil.
40. Sentiasa beristiqamah dalam menjalankan syariat ALLAH. Jangan sekali-kali terdetik dihati untuk mengambil kesempatan terhadap anak muridnya, jauh sekali menganiayainya. Guru harus sedar seseorang akan mengorbankan apa saja yang perlu bila hati sudah terpaut oleh itu pimpinlah mereka dengan penuh keikhlasan. Firman ALLAH swt : Wahai kaumKu Aku tidak perlu balasan dan ganjaran dari kamu, melainkan semata-mata memimpin kamu mencari keredhaan ALLAH. Begitulah ALLAH mengajar Nabinya supaya menjalankan kerja dengan penuh ikhlas dalam memimpin umatnya dan itulah yang sepatutnya disambung oleh para Ulama'.
41. Sentiasa memperingati muridnya tujuan menuntut Ilmu jangan kerana nak bermegah-megah dan membuat berbahasan. Guru juga harus memilih tajuk yang sesuai dan mudah difahami oleh murid-muridnya supaya tidak timbul fitnah. Sebagaimana kata Saidina Ali Karramallahuwajhah: Berilah penjelasan kepada orang ramai sekadar dapat dicapai oleh darjah pemikiran mereka.
42. Memberi teguran dan perbandingan contoh yang halus. Jangan menyindir dan memandang rendah kelemahan murid-murid. Guru harus sedar mereka juga perlukan curahan kasih dan perhatian yang sama. Jadikan sirah Nabi dan hikayat ulama’-ulama’ sebagai panduan bagi mereka. Pantang sekali membawa aliran cerita yang boleh membawa persengketaan kerana tujuan aliran sufi adalah membawa perdamaian.
43. Hantarkan kepada murid-murid ilmu Aqidah yang sah dan tidak bertentangan dengan pegangan Ahli Sunnah WalJamaah. Tidak sesuai sekali dan jangan sekali membuka ruang yang luas dalam permasaalahan mazhab nanti akan menimbulkan lebih fitnah.
Semuga Allah swt menyampaikan kita pada jalan Nya yang benar dan semuga kita memperoleh mursyid dari Wali Allah sejati amin. Mursyid telah kita peroleh tidak semestinya orang lain juga harus bermursyid dengan orang yang sama. Kerana perkara ini Allah SWT yang lebih mengetahui kesesuaiannya dari berbagai sudut.
Alhamdulillah yang juga telah merampungkan “ Menghadirkan Wajah Mursyid Sebagai Adab yang Utama “ yang pada akhirnya akan membawa murid menemukan realitinya yaitu mengenal Allah SWT, seperti sabda Rasulallah SAW :“ Jadilah kamu bersama Allah, apabila tidak bersama Allah maka jadilah kalian bersama orang yang sudah bersama Allah, maka sesungguhnya orang itu boleh membawamu kepada Allah “. (HR. Abu Daud).
Subhanallah sangat bermanfaat tuan.. terima kasih atas tulisan nya..
BalasPadam