KEBENARAN HAKIKI
Kebenaran hakiki adalah kebenaran yang sepakat dibenarkan oleh semua keyakinan. Mengapa demikian, iya, sebab ada kebenaran yang hanya dibenarkan oleh seseorang atau sekelompok orang saja. Sedangkan orang atau kelompok lain tidak bisa menerima. Kebenaran seperti ini tidak hakiki, tidak universal dan terbatas kepada orang atau kelompok yang bersepakat saja. Jika kebenaran seperti ini dibiarkan berkembang, dunia tidak akan pernah aman, sebab ujung dari kesepakatan ini akan berakhir dengan pemaksaan kehendak, menghalalkan segala cara.
Seperti seribu orang buta menilai seekor gajah. Akan ada seribu kebenaran sesuai cara pandang masing2. Semua benar menurut mereka. Cara pandangnya yang beda, tapi yang dinilai adalah benda yang sama. Setiap orang memiliki kemerdekaan menentukan kebenaran. Tidak bisa, antar mereka saling menyalahkan, hanya karena berbeda menggunakan cara dan sudut pandang. Menyalahkan antar mereka adalah sebuah kesalahan. Semestinya ia melihat benda yang dinilai, bukan cara menilai. Manusia lahir memiliki cara masing2 dalam membuat keputusan. Karena itu, toleransi adalah cara yang benar, menilai kebenaran.
Lalu apakah kita bisa mengatakan bahwa kebenaran itu relatif? Kebenaran adalah kenyataan, bahkan baik dan buruk itu pun kebenaran. Kesalahan pun juga kebenaran. Seperti ungkapan seorang hakim, ia mengatakan "orang ini benar telah melakukan kesalahan". Banyak orang membuat klaim bahwa ajarannya paling benar, dengan alasan didasarkan kitab suci dan disampaikan oleh utusan Tuhan. Namun, sekali lagi, ada orang lain yang tidak bersepakat untuk mengikuti. Orang yang tidak bersepakat pun, merasa keputusannya benar. Keyakinannya juga diyakini berasal dari Tuhan.
Setiap manusia punya kebenaran. Setiap negara juga punya kebenaran. Masing2 terikat dengan kesepakatan. Antar manusia boleh bersepakat dan boleh juga tidak.Tata aturan dan budaya masing2 negara juga relatif. Terbatas kepada wilayah kekuasaan, tidak berlaku bagi masyarakat diluar kekuasaannya. Sebagai individu memiliki kewenangan mutlak menentukan kebenaran. Namun demikian, sebagai warganegara punya kewajiban mengikatkan kebenaran yang menjadi kesepakatan dalam bentuk hukum negara. Kebenaran itu disepakati untuk menciptakan kedamaian, kebersamaan, kesejahteraan dan kenyamanan hidup.
Kebenaran hakiki adalah kebenaran yang bisa mengatasi kekacauan akibat kebenaran. Jika kebenaran itu membuat onar, berarti ia tidak hakiki. Ketika kebenaran justru menjadi sebab perpecahan persaudaraan, kebenaran itu palsu. Kebenaran yang berdampak kerusakan alam dan berakibat ketidakseimbangan kehidupan, berarti kebenaran timpang. Seperti digambarkan batu berlian. Kebenarannya bisa menghiasi, memberi nilai tambah, membuat kegagahan, kecantikan dan daya tarik. Bukan sekedar anggapan sekelompok orang, akan tetapi fakta kebenaran itu membuat semua makluk di jagad ini mencintai dan merindukan....
0 comments:
Catat Ulasan