MAQAM MUKASYAFAH



MAQAM MUKASYAFAH
""""”""""”""""""""""""""""""""""""""""""""""
Petikan dari :
جعفررالدين الجيلان الصدق
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم......
Saudara-saudariku hamba الله yang Saya hormati.......
Ketahuilah.....
Tujuan kita ingin bertashawuf adalah bukan mencari mukasyafah, tetapi melainkan kita bertashawuf untuk membersihkan Nafsu dan menyucikan hati.
Dan bila kita dibukakan mata hati oleh الله tentang rahasia makhluq-Nya, kemudian berhenti kita meresponnya dengan akhlaq kalimat Ilahiyah, maka kita akan disingkap suatu cobaan berat atas diri kita sendiri, daripada itu...
Tujuan bertashawuf tidak lain ialah menyucikan hati. Jika tersucikan hati kita, tentu mukasyafah itu akan dibuka, dan melihat semua dengan kesadaran Hakiki.
Dan tujuan bertashawuf pula bukanlah mencari Kasyaf.
Mukasyafah itu ialah tersingkaplah kesadaran diri dan melihat rahasia ILahi yang tersembunyi.
Dan mencari hal perkara ghaib adalah Nafsu..
Kecuali Allah sendiri yang membukanya, jika ada kesadaran dalam dirinya untuk melihat Kebenaran.
Inilah tujuan seorang Hamba الله menempuh jalan-Nya.
Apakah ia berakhlaq dengan Kasih sayang Allah atau membanggakan diri.
Sungguh berat.......
Ketahuilah....
Kita bertashawuf itu adalah dalam rangka membersihkan nafsu dan menyucikan hati, mencerahkan rahasia batin, agar menyambung (wushul) dengan الله.
Jadi... Jalan berma'rifat itu harus bersih jiwa'raga.
Hati mesti suci....
Inilah bagian hubungan kita kepada الله.
"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Saudara-saudariku sekalian......
Kasyaf dalam arti ialah hubungan rahasia antara dua batin. Maksudnya :
Salah satu yang dari dua personil tersebut saling mencintai yang mengetahui Batin urusan dan rahasia yang satunya lagi. Jalinan ini terjadi secara lembut dan penuh kasih sayang.
Jika seorang hamba sampai kepada kedududkan Ma'rifat, maka dia seakan-akan bisa melihat sifat-sifat kesempurnaan الله dan ke-Agungan-Nya. Sehingga Ruh nya merasakan kedekatan khusus.
Yang dimaksud Kasyaf menurut Al- Ghazali adalah :
Metode pengetahuan melalui sarana qalbu yang bening atau pemahaman intuitif langsung.
Kasyaf adalah :
Apa yang tertutup bagi seseorang akan tersingkap baginya, seakan ia melihat dengan Matanya.
Dengan begitu...
Pengetahuan itu diperoleh dari sumbernya secara langsung, bukan melallui fikiran atau belajar.
Mukasyafah adalah terbukanya tabir yang menjadi kesenjangan antara hamba dengan الله.
Kesenjangan itu adalah :
Jarak antara makhluq dengan Khaliq.
Penyingkapan itu sebenarnya adalah :
" Tajalli Nama yang mengurusinya. Dan semuanya berada dibawah nama " Al- Alim "
Kasyaf adalah Mengetahui makna tersembunyi dan realitas dibalik hijab secara wujud.

Adapun saudara-saudariku.....
Yang berkaitan dengan duniawi, seperti praktek memberitakan kejadian-kejadian yang akan terjadi termasuk dalam Kasyaf al-Suri.
Kasyaf ini disebut :
Kasyaf Ruhbaniyah, karena Mengetahui hal perkara ghaib Melalui Riyadhah dan Mujahadah.
Tetapi para Ahli Suluk beranggapan bahwa :
" Perkara itu sebagai Al- Istidraj, yaitu kemunduran derajat."
Bahkan tidak menganggapinya, karena tujuan itu adalah :
" Fana Fillah dan Baqa' Billah "
Sumber mukasyafah menurut Al- Qaysari adalah
Al Qalb Al- Insan dan intelek Amalinya yang bercahaya yang menggunakan Indra Ruhani. Karena qalbu Manusia memiliki penglihatan, pendengaran dan sebagainya.
Sebagaimana yang di isyaratkan oleh الله dal firman-Nya :
" Maka sesungguhnya tidak buta matanya, tetapi yang buta adalah hatinya yang ada didalam dada."
Dan الله telah menutup keatas hati mereka dan pandangannya, dan penglihatan mereka dengan tirai."
Dan Indra Ruhani itu adalah :
Batin indranya Jasad kita.
Jika kita tersingkap hijabnya dimensi Ruhani dan Indra Jasmani kita, niscaya kita akan mempersepsikan dengan Ruhani kita.
Ruh kita, akan menyaksikan semuamya secara esensi. Karena hakikat yang ada akan menyatu dengan Ruh dalam martabatnya dengan keberadaan yang lengkap, dan seluruh Hakikat terpadu didalamnya.
Hijab kita itu adalah Nafsu kita sendiri....
Yang disingkap الله dengan kekuatan-Nya....
Dengan begitu, kita akan bisa menyembah-Nya seakan-akan dapat melihat الله.

Ada juga derajat mukasyafah itu ialah :
Mukasyafah yang menunjukkan penerapan yang benar, yang harus berjalan secara terus-menerus.
Hal ini terjadi pula sekali waktu tanpa waktu yang lain, tanpa diselingi suatu pemisahan.
Hijab yang tipis bisa terbentang pada kedudukannya.
Hanya saja hijab itu tidak membuatnya memalingkannya dan meniadakannya bagiannya.
Ini merupakan derajat orang yang menuju suatu tujuan. Jika langsung terus, maka menjadi derajat kedua yaitu :
Mukasyafah yang benar.
Ini merupakan ilmu yang disusupkan الله ، kedalam hati hamba, dan menampakkan kepadanya perkara-perkara yang tidak diketahui orang lain.
Namun الله juga bisa membuat tutupan didalam hatinya. Tapi tutupan itu sangat tipis, yang disebut " Al- Ghain "
Yang lebih tebal lagi disebut " Al- Ghaim "
Dan paling tebal lagi ialah :
" Ar- Ran "
Ketahulah Anda semuanya......
Tutupan yang pertama yang amat tipis، itu berlaku bagi Rasululllah saw. seperti yang disabdakan beliau :
" Sesungguhnya ada tutupan dalam hatiku, dan Sesungguhnya aku memohon ampun kepada الله lebih dari 70x dalam sehari."
Yang kedua :
Berlaku bagi orang-orang yang menderita seperti firman الله :
" Sekali- kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka."
(QS. Al- Muthaffifin : 14)
"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Saudara- saudariku sekalian hamba الله......
Hijab itu ada sepuluh macamnya yaitu :
(1). Hijab peniadaan dan memfana' Hakikat Asma serta Sifat.
Ini merupakan hijab yang paling tebal.
Orang yang memiliki hijab ini, tidak mempunyai kesiapan untuk mengetahui الله, dan sama sekali tidak sampai kepada الله, sebagaimana batu yang tidak bisa naik keatas.
(2). Hijab syirik yaitu membuat hati memyembah kepada selain الله.
(3). Hijab bid'ah yang bersifat ilmiah.
Seperti hijab para ahli Hakikat yang melakukan bid'ah dalam perjalanannya Kepada الله.
(4). Hijab bid'ah yang bersifat perkataan seperti hijab orang-oramh yang mengikuti hawa nafsu dan berbagai macam perkataan yang batil lagi rusak.
(5). Hijab Orang-orang yang melakukan dosa secara hatinya.
Seperti hijab Orang-orang Takabbur, ujub, riya', dengki, membanggakan diri dan lain-lain.
(6). Hijab Orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara lahiriah.
Hijab mereka lebih tipis daripada hijab orang-orang yang melakukan dosa besar secara batin.
Sekalipun mereka lebih banyak ibadahnya dan lebih Zuhud.
Dosa secara lahiriah lebih dekat kepada الله daripada dosa besar secara batin.
Orang yang melakukan dosa besar secara lahiriah lebih bisa diselamatkan.
Dan hatinya lebih baik daripada orang yang melakukan dosa besar secara batin.
(7). Hijab Orang-orang yang melakukan dosa-dosa kecil.
(8). Hijab Orang-orang yang berlebih-lebihan dalam hal perkara mubah.
(9). Hijab Orang-orang yang lalai melakukan tujuan Penciptanya dan yang dikehendaki dari dirinya. Tidak senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah kepada الله.
(10). Hijab Orang-orang yang berijtihad, namun menyimpang dari tujuan.
Inilah sepuluh macam perkara hijab yang mendinding diri kita kepada الله.
Menjadi penghalang diantara kita kepada الله.
Hijab-hijab ini muncul dari empat unsur dalam diri kita yaitu :
" Jiwa dipengaruhi setan.
Jiwa diisi kesenangan duniawi.
Jiwa dikendalikan setan.
Jiwa ditundukkan Nafsu."
Maka menjadi empat hijab menghalangi pandangan hati : Jiwa, setan, dunia,. Nafsu.
Hijab tidak bisa disingkirkan jika unsur-unsur penyebabnya masih ada.
Empat unsur itulah yang merusak perkataan, perbuatan tujuan dan jalan.
Tergantung daripada banyak dan sedikitnya.
Memotong jalan perkataan, perbuatan dan tujuan untuk sampai kehati.
""""""""”""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Sementara apa yang dipotong agar tidak sampai kepada الله antara perkataan dan perbuatan dengan hati terbentang jarak perjalanan seorang hamba menempuh jarak perjalanan itu agar sampai kehatinya ???
Supaya kita bisa melihat berbagai macam keajaiban disana ..........
Dalam perjalanan itu terdapat banyak musuh jalanan seperti sudah Saya sebutkan diatas tadi.

Jika kita bisa memotong para musuh jalanan kita itu, maka amal kita bisa sampai kehati kita. Maka : kita akan menetap didalam hari.............
Lalu dari hati, kita akan mendapatkan jendela supaya bisa melihat الله.
Sekalipun perjalananan kita itu sudah sampai kedalam hari. Namun kita itu tidak mendapatkan jendela untuk melihat الله.
Bahkan didalam hati kita bersemayam Nafsu dan pasukannya.
Sekalipun kita ini seorang yang zuhud, yang paling banyak ibadahnya,. Maka maka kita ini adalah masih dikatakan orang yang paling jauh dari الله.......
Bahkan orang yang melakukan dosa-dosa besar, hatinya lebih bisa dekat dengan الله daripada kita ahli Zuhud.
Contoh :
Lihatlah ahli ibadah yang Zuhud, dikeningnya terdapat bekas sujud.
Namun apa ?
Malah mengingkari Nabi saw. karena amalnya yang terlewat batas.
Sehingga ia mencemooh orang Muslim lainnya.
Dan menumpahkan darah para sahabat.
Disisi lain....
Lihat seorang peminum berat (orang pertama adalah Dzul Khuwaishirah At- Tamimy Al- Khariji.
Dan orang kedua adalah Iyadh bin Himar).
Yang sering mendatangi Nabi saw.
Dan diapun siap dijatuhi hukuman karena kebiasaannya itu karena iman, keyakinan dan kecintaannya kepada الله dan Rasul -Nya.
Dia rela menerimanya.
Sampai-sampai beliau melarang orang lain yang memakinya.
Dari sini dapat kita ketahui..... Bahwa :
Orang yang melakukan kedurhakaan, lebih baik kesudahannya daripada orang yang melanggar ketaatan.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""”""
Mukasyafah yang menunjukkan penerapan yang benar setiap orang mengaku memiliki kesesuaian yang benar.
Tidak ada penerapan yang benar kecuali yang sesuai dengan perintah.
Penerapan dalam ilmu adalah : Pengungkapan yang sesuai dengan apa yang dikabarkan para Rasul.
Penerapan yang benar dalam kehendak adalah yang sesuai dengan kehendak الله.
Mukasyafah yang sebenarnya adalah :
Mengetahui kebenaran yang disampaikan الله kepada Rasul-Nya yang diturunkan kedalam Kitab-kitab -Nya yang dilihat dengan hatinya .
Ini juga disebut penerapan yang benar. Sedangkan kebalikannya adalah :
Suatu keburukan.
Ini merupakan derajat yang pertama yaitu :
Derajatnya orang yang menuju ke suatu tujuan. Jika berjalan terus dan teguh hatinya, maka akan mencapai derajat kedua.
Sedangkan derajat ketiga adalah Mukasyafah mata dan bukan mukasyafah ilmu. Yaitu :
Mukasyafah yang tidak membiarkan adanya pertanda yang menimbulkan kelezatan atau yang menghentikan perjalanan atau yang singgah di satu penghalang.
Tujuan dari Mukasyafah adalah kesaksian.
Derajat ini disebut pengungkapan mata. Karena banyaknya Cahaya pengungkapan apa yang ada didalam hati, lalu menggantikan kedudukan ilmu yang tidak mungkin di ingkari dan didustakan. Sebagaimana melihat dengan pandangan mata yang tidak bisa dilakukan kecuali adanya kekuatan penglihatan.
Tidak ada pembatas ...
Tidak gelap.....
Dan tidak jauh jaraknya.....
Maka :
" Pengungkapan dengan mata hati, mengharuskan adanya hati yang sehat. Dan tidak adanya penghalang untuk mengungkap segala Rahsianya.....
Saudara-saudariku sekalian .....
Ketahuilah....!!!!
Ada 70 wali الله yang sudah mukasyafah...........
Tapi mereka itu semua berhasil disesatkan oleh iblis La'natullaahi Alaihi... Seperti pengakuan iblis kepada Sulthan Auliya' الله yaitu :
Abdul Qadir al-Jilani.....
Jadi Mukasyafah itu adalah bagian dari sebuah proses, bukan puncak dalam Suluk Ruhani.
Secara mengalami proses Mukasyafah.....
Salik Muda harus menghadapi banyak cobaan dan godaan apa yang datang dari Mukasyafah boleh juga adalah meminjam bahasa Al-qur'an, Makr (tipu daya الله), ia bisa jadi Kasyaf Syathani atau Khatir Syathani .......
Benar !!!!!!
Bahwa hati yang Suci bisa mendapatkan Mukasyafah. Tapi hati suci bukan terminal Terakhir.
Dan Mukasyafah juga bukan puncak ilmu....
Dalam makna wirid- wirid Thariqat, tersirat bahwa :
Mukasyafah pun masih bisa disusupi Iblis.
Dan karenanya selalulah dibaca Istighazah.
Sebagian menggunakan wirid shalat Istighazah setiap pagi.
Kasyaf Rabbani memang boleh menjadi Isyarat kesucian, tetapi tidak selalu ia bersifat sempurna .
Ketiga, seorang yang sudah mendapatkan Mukasyafah, boleh jadi belum mencapai kondisi fana'- fana' al- fana' dan Baqa'.. karena mukasyafah boleh jadi merupakan hal-hal atau keadaan spiritual yang tidak permanen.
اخر الكلم ساي :
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
امين اللهم امين.....
اللهم صل على محمد وعلى ال محمد
Penulis  :
Ja'faruddin Al-Jaelani Ash-Shidiq / SIRR Rabbani.

Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan