..KEINGINAN MENCAPAI MAQOM MA'RIFAT TANPA KESUNGGUHAN...
Dalam perjalanan Thariqat Naqsyabandiyah, ma‘rifat bukanlah tujuan yang untuk diumumkan, melainkan rahasia yang Allah titipkan kepada hamba yang lurus adabnya, bersih batinnya, dan istiqāmah sulūknya.
Para masyayikh selalu mengingatkan:
“Jalan ini bukan untuk orang yang ingin cepat sampai, tetapi untuk orang yang sanggup setia.”
Wahai murid......
jika niatmu ber Thariqat masih bercampur ingin dihormati, ingin dianggap istimewa, atau ingin dipandang ‘sudah sampai’,
maka yang engkau rawat bukanlah ma‘rifat,
tetapi kehalusan nafsu yang menyamar dalam pakaian ruhani.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Artinya:
“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dengan ikhlas.”
(QS. Al-Bayyinah ayat : 5)
bukan di ladang ambisi bathin.
Dalam ajaran Thoriqat Naqsyabandiyah, syariat adalah fondasi, thariqat adalah jalan, haqiqat adalah cahaya, dan ma‘rifat adalah anugerah.
Barangsiapa rajin membahas haqiqat,
namun lalai sholat, wirid, dan adab,
maka itu sama saja seperti ia sedang membangun atap tanpa menegakkan tiang.
مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وِرْدٌ فَلَا وَارِدَ لَهُ
“Siapa yang tidak menjaga wirid, maka ia tidak akan mendapatkan wārid.
lebih bernilai daripada pemahaman tinggi tanpa amal.
Wahai murid.....
jangan engkau ukur perjalanan ruhani dengan perasaan,Karena perasaan dapat berubah,
sedangkan istiqomah adalah bukti kejujuran.
Berikut Dalil Al-Qur’an:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
Artinya:
“Orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti Kami tunjukkan jalan-jalan Kami.”
(QS. Al-‘Ankabūt ayat : 69)
Dalam ajaran Thariqat Naqsyabandiyah, adab kepada mursyid adalah kunci terbukanya futūḥ (pembukaan ruhani).
Siapa yang meremehkan bimbingan,
merasa cukup dengan pemahamannya,
atau menimbang guru dengan akalnya,
maka ia telah memutuskan dirinya sendiri dari keberkahan silsilah.
“Barangsiapa tidak memiliki adab,
maka ia tidak akan sampai, walau mengetahui banyak rahasia.”
Kerendahan hati adalah pakaian para salik sejati.
Wahai murid...
Berbicara tentang fana’ itu mudah,
namun mengakui masih cintanya hati kepada dunia jauh lebih jujur.
Selama nafsu masih dipelihara,
selama ego masih dibela,
maka cahaya ma‘rifat akan datang dan pergi,
tanpa menetap.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Artinya:
“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams ayat 9–10)
Ciri orang yang mulai disentuh cahaya , maka ia tidak banyak bicara,
tetapi lebih menjaga hati, lisan, dan rahasia.
Dalam Naqsyabandiyah, diam sering kali lebih mendidik daripada bicara,
dan rendah hati lebih mengangkat daripada pengakuan.
“Jika cahaya datang, ia akan menjagamu dari merasa memiliki.”
Ma‘rifat bukan untuk mereka yang ingin terlihat sampai, Tetapi untuk mereka yang rela disembunyikan dalam proses.
Siapa yang benar dalam adab dan istiqāmah,
akan disampaikan oleh Allah tanpa ia minta.
Sumber dari Haris Haris

0 comments:
Catat Ulasan