Isra’ dan Mi’raj

 

ANALISIS KECEPATAN MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW DARI BUMI KE SIDRATUL MUNTAHA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN, AL-HADITS, ILMU ASTRONAUTIKA MODERN, DAN PANDANGAN ULAMA' ASTRONAUTIKA
Oleh: Al-Habib Prof.Dr.KH.R. Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan Al-Husaini
ABSTRAK
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW yang mengandung dimensi transendental sekaligus menantang akal manusia.
Perjalanan yang mencakup perpindahan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra’) dan kemudian naik melalui lapisan langit hingga Sidratul Muntaha (Mi’raj) terjadi dalam waktu yang sangat singkat, bahkan sebagian riwayat menyatakan "sebagian malam".
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis konsep kecepatan dalam peristiwa ini dengan pendekatan multidisipliner: melalui tinjauan teks suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, perbandingan dengan ilmu astronautika modern yang membahas kecepatan relativistik dan jarak antariksa, serta pandangan para ulama terkemuka dalam menafsirkan hakikat peristiwa ini.
Kajian ini menemukan bahwa Mi’raj adalah mukjizat yang melampaui hukum fisika konvensional, di mana Nabi Muhammad SAW dibawa oleh kekuasaan Allah SWT dalam bentuk perjalanan ruh dan jasad yang hakiki, menembus dimensi ruang-waktu, sehingga perhitungan kecepatan fisik konvensional menjadi tidak relevan. Namun, jika dianalisis secara simbolis-matematis berdasarkan jarak objek terjauh yang diketahui dalam astronomi (batas alam semesta teramati), kecepatan yang diperlukan mencapai orde yang tak terbayangkan, menguatkan bahwa ini adalah tanda kebesaran Ilahi.
Kata Kunci: Isra’, Mi’raj, Kecepatan, Sidratul Muntaha, Astronautika, Mukjizat, Ruang-Waktu.
BAB I - PENDAHULUAN
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah titik tolak penting dalam sejarah Islam, yang terjadi setahun sebelum hijrah. Selain mengandung perintah shalat lima waktu, peristiwa ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang hakikat perjalanan tersebut:
1. Apakah perjalanan fisik atau ruhani?
2. Bagaimana memahami kecepatan perjalanan yang melintasi dimensi langit dalam waktu semalam?
Pertanyaan-pertanyaan ini memerlukan pendekatan yang integratif antara wahyu, ilmu pengetahuan, dan pemikiran keislaman.
BAB II - DALIL AL-QUR'AN
Allah SWT berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Isra’: 1).
Ayat ini menegaskan peristiwa Isra’ sebagai perjalanan malam yang nyata (bi ‘abdihi: dengan hamba-Nya), menunjukkan keikutsertaan jasad Nabi.
BAB III - DALIL AL-HADITS
Hadits panjang dari Anas bin Malik riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim merinci tahapan Mi’raj.
Kecepatan dan waktu digambarkan dalam sabda Nabi:
فَأُتِيتُ بِالْبُرَاقِ... فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ... ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَاسْتُفْتِحَ...
"Kemudian didatangkan kepadaku Buraq... lalu aku menungganginya hingga sampai ke Baitul Maqdis... Kemudian kami dinaikkan (Mi’raj) ke langit dunia, lalu dimintakan pembukaan (pintu)..." (HR. Al-Bukhari).
Dalam riwayat lain, durasi perjalanan digambarkan sangat singkat. Nabi SAW bersabda:
فُرِجَ سَقْفُ بَيْتِي وَأَنَا بِمَكَّةَ، فَنَزَلَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَفَرَجَ صَدْرِي... ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ... فَلَمْ يُعَرِّجْ يَوْمَئِذٍ فِيمَا أَرَى حَتَّى رَجَعَ إِلَى مَكَّةَ وَأَصْبَحَ وَبِطْنَهُ بَطْنِي قَدْ وَجَدَ بَرْدَهُمْ
"Dibukalah atap rumahku saat aku di Makkah, lalu turun Jibril AS dan membelah dadaku... Kemudian dia membawaku naik (Mi’raj) ke langit... Maka menurut pandanganku pada malam itu, beliau (Jibril) tidak berputar (lama) hingga kembali ke Makkah, dan pada pagi harinya, perut Beliau (Jibril) masih terasa dinginnya membelah dadaku." (HR. Muslim).
Keterangan "perut Jibril masih terasa dingin" menunjukkan durasi yang sangat singkat, bahkan mungkin hanya sekejap.
BAB IV - ANALISIS ASTRONAUTIKA MODERN: JARAK DAN KECEPATAN HIPOTESIS
Untuk memberikan perspektif saintifik, kita dapat membuat perhitungan hipotetis. Sidratul Muntaha, dalam pemahaman banyak ulama, berada di luar dimensi langit fisik kita. Namun, jika kita mencoba mengukur jarak berdasarkan objek terjauh yang diketahui ilmu pengetahuan modern (batas alam semesta teramati/observable universe), jaraknya sekitar 46.5 miliar tahun cahaya (≈ 4.4 x 10²⁶ meter).
Asumsi durasi perjalanan Mi’raj (dari Bumi ke Sidratul Muntaha pulang-pergi) adalah sebagian malam, misalnya 1/10 malam atau sekitar 1 jam (3600 detik). Kecepatan rata-rata yang diperlukan (v) adalah:
v= Jarak / waktu = (2 x 4.4 x 10²⁶ meter) / 3600 detik ≈ 2.44 x 10²³ meter/detik.
Kecepatan cahaya (c) adalah 3 x 10⁸ m/s. Dengan demikian, kecepatan hipotetis Mi’raj adalah sekitar 8.1 x 10¹⁴ kali kecepatan cahaya.
Angka ini jauh melampaui batas teori relativitas Einstein,yang menyatakan tidak ada benda bermassa yang dapat mencapai kecepatan cahaya. Perhitungan ini bukan untuk membatasi mukjizat dengan hukum fisika, tetapi justru menunjukkan bahwa peristiwa Mi’raj terjadi dalam ranah yang melampaui hukum fisika kita, di bawah kekuasaan mutlak Allah SWT (سبحانه وتعالى).
BAB V - PANDANGAN ULAMA' TERKEMUKA TENTANG HAKIKAT DAN KECEPATAN MI'RAJ
5.1. IMAM IBNU KATSIR
Imam Ibnu Katsir (Tafsir Ibn Katsir): Menegaskan bahwa Isra’ dan Mi’raj terjadi dalam keadaan jaga, dengan jasad dan ruh, sebagai mukjizat dan ujian keimanan. Kecepatan dan mekanismenya adalah perkara gaib yang hanya Allah yang tahu.
5.2. SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYYAH
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (Majmu’ Al-Fatawa): Mi’raj adalah peristiwa hakiki, sesuai dengan kebesaran Allah. Beliau menolak pendapat yang mengatakan Mi’raj hanya mimpi atau perjalanan ruh saja.
5.3. PROF.DR. ZAGHLUL AN-NAJJAR
Prof. Dr. Zaghlul An-Najjar (Ilmuwan Tafsir Ilmi): Mi’raj adalah peristiwa yang membuka pintu pemahaman tentang adanya alam-alam lain di luar alam semesta kita, dan bahwa hukum Allah bisa berbeda dengan hukum alam yang kita kenal. Kecepatan yang terjadi adalah "kecepatan iman dan mukjizat".
5.4. SAYYID QUTHB
Sayyid Quthb (Fi Zhilalil Qur’an): Mi’raj adalah penembusan terhadap belenggu alam materi, ruang, dan waktu. Ia adalah perjalanan "vertikal" menuju Sang Pencipta, yang tak bisa diukur dengan alat ukur manusia.
BAB VI - PEMBAHASAN INTEGRATIF: MELAMPAUI RUANG DAN WAKTU
Dari analisis multidisipliner di atas, menjadi jelas bahwa Mi’raj bukanlah peristiwa yang tunduk pada hukum fisika Newtonian atau Einsteinian. Ia adalah mukjizat (khariqun lil ‘adah) yang beroperasi di bawah hukum sebab-akibat Ilahiah yang langsung (musabbib al-asbab).
Konsep kecepatan dalam Mi’raj lebih dekat pada konsep:
6.1. PENGHAMPIRAN ILAHIAH (AL-QURB AL-ILAHI):
Di mana jarak dan waktu lenyap oleh kekuasaan Allah. Sebagaimana dalam doa, "Engkau tidak diliputi oleh langit dan bumi, tetapi Engkau dekat..." (HR. Muslim).
6.2. PERJALANAN MULTIDIMENSI:
Mi’raj mungkin melibatkan perpindahan ke dimensi yang lebih tinggi atau alam malakut, di mana konsep ruang-waktu kita tidak berlaku.
6.3. ISYARAT SAINS MODERN:
Teori wormhole (lubang cacing) atau quantum tunneling dalam fisika teoritis, meski sangat berbeda esensinya, memberikan gambaran simbolis tentang kemungkinan perjalanan lintas jarak jauh secara instan. Namun, Mi’raj jauh lebih agung dan bersifat supra-saintifik.
BAB VII - PENUTUP / KESIMPULAN
7.1. Kecepatan dalam peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Bumi ke Sidratul Muntaha tidak dapat diukur secara fisika konvensional.
7.2. Peristiwa ini adalah mukjizat hakiki yang melibatkan perjalanan jasad dan ruh Nabi, di bawah kekuasaan langsung Allah SWT, melampaui segala batas ruang, waktu, dan hukum alam yang kita pahami.
7.3. Analisis astronautika modern justru menguatkan ketidakmampuan sains manusia untuk menjangkaunya, sementara penafsiran ulama menegaskan hakikatnya sebagai ujian keimanan dan tanda kebesaran Allah.
7.4. Mi’raj mengajarkan bahwa ada realitas yang lebih tinggi di atas realitas fisik, dan manusia, dengan izin Allah, dapat terhubung dengannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. Jakarta: Kementerian Agama RI.
2. Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih Al-Bukhari. Beirut: Dar Tauq An-Najah.
3. Muslim bin Al-Hajjaj. Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya’ At-Turats Al-‘Arabi.
4. Al-Husaini, Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan, Tafsir Ayat: Tafsir Arsyurrahman, Jakarta: Pustaka Internasional, 2016
5. Al-Husaini, Shohibul Faroji Al-Azhmatkhan, Tafsir Surah: Tafsir Midadurrahman, Jakarta: Pustaka Internasional, 2016.
6. An-Nawawi, Yahya bin Syaraf. Syarh Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya’ At-Turats Al-‘Arabi.
7. Ibnu Katsir, Ismail bin Umar. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah.
8. Ath-Thabari, Muhammad bin Jarir. Jami’ Al-Bayan ‘an Ta’wil Ay Al-Qur’an. Kairo: Dar Hijr.
9. Quthb, Sayyid. Fi Zhilal Al-Qur’an. Beirut: Dar Asy-Syuruq.
10. Asy-Syinqithi, Muhammad Al-Amin. Adhwa’ Al-Bayan fi Idhah Al-Qur’an bil Qur’an. Beirut: Dar Al-Fikr.
11. Ibnu Taimiyyah, Ahmad bin Abdul Halim. Majmu’ Al-Fatawa. Madinah: Majma’ Al-Malik Fahd.
12. An-Najjar, Zaghlul. Min Ayati Al-I’jaz Al-‘Ilmi fi Al-Qur’an Al-Karim. Kairo: Maktabah Asy-Syuruq Ad-Dauliyyah.
13. Ash-Shalabi, Ali Muhammad. As-Sirah An-Nabawiyyah. Istanbul: Dar Al-Muarrikh Al-‘Arab Hawking, Stephen. A Brief History of Time. New York: Bantam Books, 1988.
14. NASA. "What is the Observable Universe?".
15. Davies, Paul. About Time: Einstein's Unfinished Revolution. New York: Simon & Schuster, 1995.
16. Greene, Brian. The Fabric of the Cosmos: Space, Time, and the Texture of Reality. New York: Alfred A. Knopf, 2004.
17. El-Naggar, Zaghloul. "The Night Journey and Ascension: A Scientific Perspective." Journal of Islam and Science, Vol. 5, No. 2, 2007.
18. Al-Qazwini, Mustafa. "Mi’raj and Modern Physics: A Theological Perspective." The Muslim World, Vol. 102, Issue 3-4, 2012.
Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan