Imam Mahdi as* (Syamsunar Nurdin)

 

Imam Mahdi as* (Syamsunar Nurdin)
Ibnu Arabi dalam sebuah tulisannya mengutarakan pandangan demikian ini, hukum-hukum syariat Muhammadi Saw berbeda dengan hukum-hukum syariat para nabi lainnya. Dengan kedatangannya maka berakhirlah kenabian. Karena itu, beliau Saw mempunyai hak walayah khusus akhir, yang mana nama khatam walayahnya mengikuti namanya, serta akhlaknya adalah akhlak beliau. Ia adalah seorang yang bernama Mahdi, diketahui dan dinantikan serta dari itrahnya (keturunan Nabi Saw).
Sayid Haidar Amuli dalam menjelaskan pandangan Ibnu Arabi ini berkata, yang dimaksud dengan Insan Kamil di zaman sekarang adalah Khatamul Auliya Muhammadi yaitu Mahdi Shahib Zaman as.
Imam Khomeni dalam tafsir Surah Al-Ashr berkata: Kemungkinan “Ashr” adalah Insan Kamil yang misdak besarnya adalah Rasul Akram Saw dan Aimmah Huda alaihimussalam dan pada zaman kita, adalah Hadhrat Mahdi as.
Tugas dan kewajiban umat manusia mengenal Imam zamannya, supaya mereka bisa terbimbing secara individual, sosial, dan masyarakat. Imam Shadiq as dalam hal ini berkata:
انكم لا تكون صالحين حتي تعرفوا و لا تعرفوان حتي تصدقوا و لا تصدقوان حتي تسلموا.
“Sesungguhnya kalian bukanlah orang-orang saleh hingga mengenalnya, dan tidaklah kalian mengenalnya hingga membenarkannya, dan tidaklah kalian membenarkannya hingga menerimanya.”
Mulla Shadra dalam mengomentari riwayat ini berkata: Tujuan dari hadits ini adalah menjelaskan kebutuhan manusia kepada Imam yang hak dalam aspek ketaatan mereka pada Hak Swt. Tidak sempurna dan tidak terbangun ketaatan tersebut kecuali dengan makrifat dan pembenaran dalam bentuk yakin. Hal itu tidak mungkin kecuali menjadikannya wilayatul amr, pintu-pintu ilmu, hidayah, dan ahlul bait kenabian serta walayah.
Seseorang yang menjadi khalifah mempunyai sifat dan karakteristik mustakhlafun alaih, yakni yang digantikan. Karena itu, tidak semua manusia menjadi khalifah Tuhan, sebab hanya yang mencapai derajat sempurna di antara manusia yang bisa menjadi khalifahNya, yaitu hanya yang menyerap nama-nama dan sifat-sifat sempurna Ilahi. Dengan itu, makna khalifah di sini haruslah dimaknai dengan benar. Sebab, pengganti di sini bukan menggantikan yang gaib (tidak hadir), karena Tuhan hadir dalam segala sesuatu dan Tuhan tidak pernah tidak hadir. Maka khalifah adalah pengganti yang menggantikan suatu wujud yang tidak pernah tidak hadir.
Berdasarkan hal ini kita akan menyimpulkan bahwa yang bisa menjadi khalifah adalah suatu eksistensi yang memiliki keidentikan dengan Hak Swt. Keidentikan tersebut adalah bahwa dirinya hadir dalam seluruh tingkatan manifestasi, mulai dari alam materi hingga alam non-materi, dari nasut hingga lahut. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan Insan Kamil, maujud ciptaan yang memiliki kesempurnaan demikian ini adalah manusia sempurna. Karena itu hanya manusia sempurna yang mempunyai kehadiran dalam seluruh tingkatan manifestasi. Dengan demikian, yang berhak menjadi khalifah Ilahi adalah manusia sempurna. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa Nabi Adam as menjadi khalifah Allah Swt karena mendapatkan pegajaran seluruh nama-nama. Jadi suatu kesalahan tafsiran jika memandang orang yang dipilih dan diangkat rakyat sebagai pemimpin adalah Khalifah Ilahi. Demikian juga ulil amr yang diperintahkan Tuhan untuk taat padanya, tidaklah sembarang pemimpin.
يا أيها الذين أمنوا اطیعوا الله و اطیعوا الرسول و اولي الامر منکم
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”.
Ketaatan pada ulil amr diurutkan sesudah ketaatan pada Allah dan RasulNya. Hal ini mengindikasikan ulil amr memiliki kedudukan yang tinggi sebagai orang yang wajib ditaati setelah Allah dan RasulNya. Karena itu tentunya ulil amr yang dimaksudkan ayat ini adalah orang yang juga sebelumnya tidak mempunyai masalah terhadap ketaatan pada Allah dan RasulNya, yakni tidak sembarang pemimpin, kendatipun misalnya ia orang tidak adil dan zalim.
Karena itu para ulama Syiah menginterpretasikan khalifah dan ulil amr itu hanya teruntuk orang-orang maksum yang mempunyai sifat-sifat sempurna insaniah seperti, ilm, hilm, sabur, pemberani, adil, taqwa, wara, tidak cinta dunia dan kekuasaan, dan sifat-saifat sempurna lainnya.
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ketika ayat
اطیعوا الله و اطیعوا الرسول و اولي الامر منکم
ini turun, Jabir Al-Anshari bertanya kepada Rasulullah Saw: “Kami mengenal Allah dan RasulNya, aka tetapi siapakah ulil amri yang dimaksud oleh ayat tersebut yang ketaatan kepada mereka itu disejajarkan dengan ketaatan kepada Allah dan engkau, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Mereka adalah para khalifah dan imam dari kaum muslimin yang datang sesudahku. Yang pertama dari mereka adalah Ali, kemudian Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali, yang disebut dengan nama Al-Baqir dalam Taurat. Wahai Jabir! Engkau akan bertemu dengannya. Ketika engkau bertemu dengannya, sampaikan salamku kepadanya. Ia akan diteruskan oleh putranya Jakfar As-Shadiq, kemudian Musa bin Jakfar, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, (setelah itu) ia diikuti oleh putranya yang namanya dan nama panggilannya sama dengan namaku. Ia akan menjadi hujatullah di muka bumi ini dan baqiyatullah di antara umat manusia. Ia akan menguasai dunia dari Timur hingga ke barat. Begitu lama ia akan tersembunyi dari penglihatan para pengikutnya dan para sahabatnya, sementara keimanan pada imamah yang disandangnya akan tetap ada di dalam hati-hati mereka yang sudah diuji oleh Allah keimanannya.”
Jabir berkata: “Wahai Rasulullah! Akankah para pengikutnya mendapatkan keberkahan atau keuntungan dari kegaibannya?
Rasulullah menjawab, “Ya, tentu saja. Demi Dia yang telah mengutusku bersama dengan kenabian! Mereka yang beriman akan diberikan bimbingan dengan cahayanya, dan akan mendapatkan keuntungan dari wilayahnya selama masa kegaibannya sama seperti manusia yang memperoleh kehangatan cahaya matahari yang sedang tertutup awan. Wahai Jabir! Berita ini berasal dari rahasia Allah dan dari pengetahuan tersembunyi milik Allah. Jadi jagalah rahasia ini (kecuali bagi orang-orang yang pantas mengetahuinya). Hari ini, mengapa Imam Zaman jauh dari umat? Menurut suatu riwayat, Imam Zaman jauh dari umat dikarenakan umat ini tidak konsisten mengamalkan hukum-hukum Ilahi. Karena itu jika kita menginginkan Imam segera hadir secara lahir di tengah-tengah umat maka jalannya mari kita mengamalkan hukum-hukum Ilahi. Hukum-hukum Ilahi hari ini identik dengan fikih, fikih identik dengan fatwa ulama. Sebab itu tidak semua orang boleh berfatwa, karena lebih besar kemungkinannya salah daripada benar. Dalam masalah furuiyyah dini, jika tidak mujtahid atau muhtath, jadi mukalid yang baik saja.
Berikutnya, Jika dipahami bahwa Imam Zaman sebagai ruh alam semesta maka alam semesta bergantung padanya, baik dalam keabadiannya maupun dalam kehancurannya. Sebagaimana badan manusia bergantung kepada ruhnya. Maksudnya selama ruh manusia masih berada dalam tubuhnya maka tubuh tersebut memiliki kehidupan, namun di saat ruh meninggalkan tubuhnya maka pada saat itu tubuhnya tak memiliki kehidupan sebagaimana sebelumnya. Sebab itu jika Imam Zaman sudah tidak ada maka terjadilah kiamat.
Mulla Jami berkata: “Dikarenakan rahasia inilah, tatkala (Insan Kamil) beranjak dari markaz bumi (meninggal)… dihapuslah sistem bumi dan bergantilah bumi ini dengan bumi lain (terjadilah kiamat).”
Menurut urafa, Insan Kamil dalam bentuk kamil dikarenakan hadir pada seluruh tingkatan alam, termasuk tingkatan alam materi serta memiliki badan materi. Sebab itu, ketika Insan Kamil meninggalkan alam materi ini, tidak ada lagi yang menduduki maqam khalifah dalam seluruh sistem alam dan bumi. Mungkin poin inilah yang diisyaratkan Tuhan dalam firmanNya,
اني جاعل في الارض خليفة
"Sesungguhnya Aku menjadikan khalifah di bumi” yang menjelaskan keharusan adanya sisi unsur materi pada khalifah.
Dengan demikian, dalam setiap tahapan dan priode, mesti terdapat salah seorang dari manusia mencapai kedudukan Insan Kamil dan penyandang Khalifah di muka bumi. Ketika giliran yang paling terakhir dari mereka juga berakhir maka dengan keberangkatannya (kematiannya), kiamat pun akan terjadi.
Berasaskan ini maka dengan perwujudan dan kehadiran khatamul auliya dan khalifah akhir zaman Imam Mahdi as, yang merupakan titik akhir walayah serta paling akhir mazhar Khalifah Ilahi, putaran walayah dan khalifah juga berakhir. Dengan kehadirannya, seluruh rahasia-rahasia eksistensi dan hakikat-hakikat Ilahiah akan menampak jelas. Dengan kembalinya ke dzat Ilahi yang merupakan sumber dan tempat kembali totalitas, putaran alam pun juga berakhir, karena ia adalah sebab keterjagaan dan kesinambungan eksistensi alam serta sebab akhir darinya. Jadi, dengan keberakhiran putarannya di alam maka putaran alam pun berakhir. Yakni seluruh gambaran-gambaran entitas menemukan penguraian dan berpindah ke akhirat, yakni kepada Hak Swt. Tininjauan ini senada dengan riwayat Ahlul Bait as:
لولا الحجة لساخت الارض باهلها
“Sekiranya tidak ada hujjah niscaya terbenam dan tenggelamlah bumi dengan penghuninya”
Demikian juga perkataan Imam Baqir as:
ولا تبقي الارض بغير امام حجة الله علي عباده
“Dan bumi tidak akan tetap tinggal (baqa) tanpa imam, hujah Tuhan atas hamba-hamba-Nya.”

(Sumber dari  Syarifah Mirda )


Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan