TAUHIDUL AF'AL
••••••••••••••••••••••
Saudara-saudariku hamba Allah yang saya hormati
Segala puji bagi الله yang telah memuliakan anak cucu Adam yakni manusia dan memlih dari jumlah manusia itu sejumlah Ulama-ulama.
Dan الله juga memilih dari golongan itu mereka yang zuhud yaitu para Ahli Hikmah dan para Ahli Karamah.
Allah utamakan dari golongan itu yakni para Arifin, ahli Ma'rifat Kepada الله، sifat-sifat-Nya serta Asma-Nya.
Allah berikan pula mereka kenikmatan rasa kecintaan yang meluah, dan menunjukkan pula mereka itu Hakikat segala sesuatu di bumi dan di langit.
Shalawat serta salam untuk junjungan alam Nabi Muhammad saw.
Penutup sekalian para Nabi-Nabi yang diciptakan Nur Muhammad itu dari Nur Dzat-Nya. Dan الله ciptakan juga segala sesuatu apapun itu daripada Nur Muhammad
Shalawat dan salam pula untuk seluruh Sahabat Beliau saw. Sebagai pimpinan Para Auliya'. Demikian seterusnya shalawat dan salam untuk para Tabi'in dan Tabi'attabi'in. Semoga kebaikan selalu untuk mereka hingga hari pembalasan.
امين اللهم امين
ke-Esaan Perbuatan.
•••••••••••••••••••••••••••
Saudara-saudariku.
Ketahuilah Anda, bahwa segala apapun itu yang terjadi di semesta ini pada hakikatnya adalah :
Perbuatan الله تعالى
Yang terjadi di alam ini dapat tergolong pada dua golongan yaitu :
(a)- Baik pada bentuk rupa dan isinya adalah hakikat yaitu iman dan taat.
(b)- Jelek pada bentuk rupa, namun baik pada pengertian isi seperti kuffur dan ma'siat.
Dikatakan ini jelek pada bentuk, sebab adanya ketentuan hukum Syara' yang mengatakan begitu.
Dikatakan baik pada pengertian isi Hakikat sebab, perkara ini adalah suatu ketentuan dan Perbuatan dari الله yang Maha Baik. Maka :
" Kaifiyat yaitu cara untuk melakukan pandangan yakni musyahadah (Syuhud) sebagaimana yang saya maksudkan di atas :
"Setiap apapun yang disaksikan oleh mata, hendaklah Anda tanggapi dalam hati, sebenarnya itu semua adalah Perbuatan Af'alulllah, daripada الله jua.'
Jikalau ada sementara beranggapan hal keikutsertaan, yang lain pada الله، didalam proses kejadian sesuatu, maka hal itu tidak lain hanyalah dalam pemahaman majazi sebagai bayangan, bukan menurut pemahaman Hakiki.
Sebagai catatan :
Contoh : Anda bekerja untuk keperluan makan atau Anda memberi anak Anda maka, maka Anda tergolong dalam pengertian :
"Yang lain daripada الله " Begitu juga dianggap sebaliknya :
"Ikut serta dalam proses"
Memberi makan pada anak Anda.
Pungsinya Anda dalam keterlibatan itu hanyalah majazi, sebagai bayangan saja, bukan dalam pengertian hakiki. Sebab :
Pada pengertian hakikinya adalah yang memberi makan juga minum, itu semua daripada، الله semata. Sebagaimana yang disebutkan oleh الله dalam Al-Qur'an surah Asy-Syu'ara : 79
"Dia-lah الله yang memberi makan dan minum kepadaku"
Segala macam "Perbuatan sikap dan laku" apakah Perbuatan diri sendiri atau perbuatan yang terjadi di luar dirinya, ini termasuk dalam dua macam pengertian yaitu :
Pertama : Dinamakan Mubasyarah.
Kedua : Dinamakan Tawallud.
Kedua macam ini merupakan yang tiada terpisah satu sama lain.
Contohnya :
Anda menggerakkan suatu pena ditangan hendak menulis. Ini dinamakan Mubasyarah (terpacu).
Sebab, adanya perpaduan yaitu dua kemampuan Anda dalam menggerakkan tangan dan kemampuan gerak pena.
Kedua : Gerak pada batu saat Anda hendak melemparnya. Perkara ini dinamakan Tawallud (terlahir). Sebab, lahirnya dari gerak batu yang hendak Anda lemparkan. Ini adalah kemampuan kudrati gerakan tangan Anda. Akan tetapi :
Pada hakikatnya, kedua kemampuan macam pengertian itu, baik Mubasyarah maupun Tawallud adalah Af'al-Nya الله semata-mata.
Ini didasari kepada dalil atau Nash Al-Qur'an :
و الله خلقكم وما تعملون
Artinya :
"Dan الله- lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu lakukan."
Syaikh Sulaiman Al- Jazuli RA. menyebutkan dalam Syarah (penjelasan) Kitab Dala-ilul Khairat bahwa :
"Apapun juga yang dilakukan oleh seorang hamba, baik perkataan, tingkah laku, gerak dan diamnya, tetapi itu semua sudah lebih dahulu pada ilmu yakni Qadha dan Qadar Ilahi"
Firman الله didalam Al-Qur'an :
وما رميت اذ رميت ولكن الله رمى
Artinya :
"Tidaklah kamu yang melempar (Wahai Muhammad), akan tetapi الله- jualah yang melemparkan ketika kamu melempar."
لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم
Artinya :
"Tiada daya upaya kekuatan kecuali dengan izin الله yang Mana Agung."
لا تتحرك ذرة الا بأذن الله
Artinya ;
"Tiada yang bergerak satu Zarah pun kecuali dengan izin الله"
Keterangannya adalah :
Kata kalimat " لا " Lam Alif.
Dalam ayat dan Hadits Nabi tersebut diatas.
Terdapat Alif Lam yang dinamakan Alif Lam :
"Istighraqil Jinsiyah (استغرقل جنييه)"
Yanga artinya " لا " adalah : "Tidak" atau ketidak berdayaan makhluq dalam pengertian yang sebenar-benarnya. Bukan pengertian majas yang bisa berubah ataupun diberi pengertian yang berbeda.
Alim Lam itu (Qadim).
Mutlaq adalah Hanya الله Yang Maha Berkehendak, Maha Memberi Gerak, Maha Berkuasa atas apapun.
Dalam arti yaitu :
Kita ini tidak mampu Untuk melakukan semua itu, kecuali atas kehendak izin الله atas diri kita.
Jadi saudara-saudariku.
Gerak dan diamnya kita ini atau gerak semesta ini sudah terlebih dahulu berada pada ketentuan Qadha dan Qadar الله.
Maka sesungguhnya
Yang dimaksud dengan usaha dan ikhtiar pada kita ini, tidak lain datangnya dari ketentuan الله semata-mata, bukan atas kehendak kita sendiri.
Atas dasar pandangan Musyahadah tersebut inilah maka Rasululllah saw. tidak mendoakan kehancuran bagi ummatnya yang sudah menyakiti Beliau saw.
Bermacam-macam hinaan dan cacian bahkan siksaan yang dilancarkan oleh golongan jahiliah kepada Beliau saw. Namun beliau balas dengan doa :
اللهم اهد قو مي النهم لا يعلمون
Artinya ;
"Ya الله... Tunjukkanlah kaumku,karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui."
Bila Anda tetap selalu atas pandangan Musyahadah Tauhidul Af'al dengan penuh yakin (Tahkik), maka terlepaslah Anda dari hal penyakit bahaya yaitu syirik Khafi, sebagaimana tersebut diatas.
Sehingga akhirnya Anda dapat menyaksikan dengan jelas bahwa :
"Yang berupa wujud Majas (ujud bayangan),itu hilang dan sirna dengan Nyata Nur Wujudullah yang sebenarnya.
Sebagai catatan :
Bedakan arti sebuah pelita yang dinyalakan pada siang hari, bila kita bandingkan dengan Cahaya Matahari yang begitu terang.
Nah.... Jadi, bila Anda terus saja melihat dengan pandangan musyahadah sedikit demi sedikit, dengan tidak bercampur baur antara pandangan zahir dan pandangan batin, maka : Sampailah Anda pada suatu Maqam yang dinamakan Maqam :
Wihdatul Af'al.
Pada tahap inilah sirnanya segala perbuatan Anda maupun perbuatan makhluq maupun yang lainnya, sebab :
Nyatanya Perbuatan الله Yang Maha Dahsyat.
JAHAT(JELEK ATAU BAIK PADA HAKIKATNYA DARIPADA الله JUA.
Saya akan menjawab disini saja dari kelanjutan pemahaman ini tentang pertanyaan saudaraku atau saudariku mengenai kejelekan dan kebagusan atau kebaikan dalam bentuk (rupa) atau fisik yang diterima sebagai Qadha dan Qadar dari الله untuknya.
Apapun yang terjadi pada hakikatnya adalah perbuatan الله، yang jahat atau yang baik.
Ini ada dasarnya sesuai keterangan Hadits Nabi saw. didalam doa beliau :
اللهم اني اعوذبك منك
Artinya :
"Ya الله، hamba berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan yang datang daripada-Mu."
Sebagai catatan ;
Dalam Hadits yang lain, ada juga isti'adzah (memohon perlindungan diri) yang diajarkan oleh Rasulullah saw. :
اللهم اني اعوذبك من شر ما خلقت
Artinya :
"Ya الله، hamba berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang Engkau ciptakan."
Jikalau sekiranya Saudara-saudariku ....
Kejelekan atau kejahatan itu bukan dari الله pada hakikatnya, maka tidaklah mungkin Nabi saw mengucapkan doa itu.
Firman Allah :
قل كل من عندالله
Attinya :
"Katakanlah (Wahai Muhammad), Segala-galanya adalah dari sisi الله."
Sebagian dari orang Arif Billah memberikan contoh untuk sekedar mendekatkan faham, tetapi bukan berarti tepat demikian hubungan hamba dengan الله adalah :
"Ibarat permainan wayang yang dimainkan oleh seorang dalang dengan berbagai macam gerak dan lakunya."
Namun semua gerak laku si wayang itu adalah kenyataan, mazhar daripada perbuatan dan laku seorang Dalang semata-mata. Bukankah gerak laku dari si wayang itu.
Walaupun begitu.
Bahwa segala macam Perbuatan, peristiwa dan kejadian adalah pada hakikatnya Perbuatan Af'al الله. Tapi Anda itu jangan salah menafsirkan hal ini gugurlah taklif syara'.
Artinya :
"Hilang bagi Anda kewajiban hukum"
Dan janganlah Anda itu me-i'tiqadkan, terus melepaskan Syari'at Nabi Muhammad (ketentuan hukum).
Jikalau Anda sampai berkeyakinan (beri'tiqad) Maka gugur taklif syara'.
Artinya : Anda tidak bersyari'at lagi. Tentu jatuhlah Anda itu kedalam golongan yang dinamakan Kafir Zindiq.
نعوذ بالله من ذلك.
Karena itu saudara-saudariku sekalian
Berpegang Teguh-lah Anda pada ketentuan Syariat Nabi Muhammad. Tetapkan dan ikatkan.
Teruslah bermusyahadah Af'al, sehingga Anda selamat.
Inilah arti yang sebenarnya.
Bila mana Anda itu tidak dengan musyahadah Af'al, walaupun Anda telah lepas Daripada syirik Jali (syirik nyata), tetapi belum tentu Anda terlepas daripada syirik Khafi.
Allah berfirman :
وما يؤمن اكثرهم وهم مشركون
Artinya :
"Sebagian besar antara mereka masih tidak beriman kepada الله، justru berlaku syirik"
Sya'ir Umar bin Al-Farid RA. berkata dengan bait sya'irnya :
ولؤ خطرت لي في يواك ارادة على خطري سهوا قضيت بردتي
Artinya :
"Andaikan terlintas kata kilas khatarku, getaran hati didalam dada, suatu kehendak yang selain pada-Mu yaa Rabb, disadari ataupun tidak.
Wahai celakanya diri ini remuk hancur dilumpur Murtad."
Dengan pandangan, tanggapan dan anggapan yang keliru itu, menyebabkan Anda tidak termasuk dalam golongan Mukmin yang sempurna. Tetapi, bila musyahadah Anda itu benar, maka :
"Tidak ada yang berbuat pada hakikatnya, kecuali الله. Tidak ada yang hidup pada hakikatnya, kecuali الله. Tidak ada yang Maujud pada hakikatnya, kecuali الله semata-mata."
Maka demikian ini, Barulah Anda itu termasuk dalam golongan Ahli Tauhid yang Benar.
Suatu golongan yang dijanjikan oleh الله dengan dua surga yaitu :
Surga pertama adalah surga Ma'rifatullah didunia. Dan surga kedua adalah surga Akhirat yang sudah dikenal berdasarkan dalil-dalil dan Nash.
Syaikhuna Alimul Allamah Al- Bahru 'Ariq Abdullah Ibnu Hijazi Asy-Syarqawi al-Misri RA. telah berkata :
"Siapa yang telah memasuki surga Ma'rifatullah didunia, pasti tidak berhasrat dia kepada surga Akhirat yang berupa bidadari, istana, pakaian, makanan dan lain-lain.
Hasratnya hanyalah ingin sedekat-dekatnya pada hadhirat الله dengan Ru'yah-Nya (Melihat الله dengan nyata) di akhirat kelak."
Nikmat yang palingan tinggi di akhirat adalah Ru'yatullah.
Jauh sekali beda nilai antara nikmat itu dibandingkan dengan Nikmat surga dalam pengetikan yang sering dikemukakan.
Demikian pula dengan kenyata melihat الله dalam arti Ma'rifatullah di dunia ini yang telah terbuka pada hati orang yang sudah Arif Billah. Hanya sebagian kecil saja dibandingkan dengan Ru'yatullah di akhirat kelak. Tetapi mereka akan mendapatkannya karena mereka telah memuliakannya.
Bermusyahadah lah Wihdatul Af'al yang memungkinkan Anda bisa memandang keindahan Dzat Wajibul Wujud.
Catatan penting :
Berkata Syaikhuna Abdul Wahab Sya'rani Qaddasallahu Sirrahu dalam kitab Jawahiru wad-Durar. Beliau memetik ucapan Syaikh Mahyudi ibnu Arabi RA. Bahwa :
Syaikh Ibnu Arabi telah mencantumkan dalam kitab beliau yang bernama Futuhatul Makkiyah pada bab 442, dimana beliau mejelaskan apa yang dimaksud Segala perbuatan dari Allah, dan Hamba Sandaran perbuatan-Nya, karena memang si Hamba itulah yang menanggung beban siksa dan pahala.
Jika sekiranya kita terhenti pada suatu da'waan bahwa segala amal perbuatan itu pada hakikatnya daripada perbuatan kita sendiri, maka berarti الله telah menyandarkan da'waan terhadap diri kita sebagai suatu cobaan الله.
Berdoalah kita.
Semoga da'waan demikian itu, jangan sampai datang kepada kita karena berarti suatu kerugian yang sangat besar. Namun demikian, jika sekiranya الله hendak memasukkan kita kedalam Hidrat Ihsan, maksudnya beribadah seakan-akan Melihat Tuhan. Maka berarti tipislah hijab itu, dan kita saksikan selanjutnya bahwa Segala amal pada hakikatnya adalah dari الله. Sedangkan kita sendiri tidak memiliki amal apa-apa.
Begitu selanjutnya, bila musyahadah menurut mestinya, niscaya akan muncul rasa takut kita kalau-kalau tergelincir "Qidam" (pendirian) kita.
Sebagian dari kesempurnaan Akhlaq, adab, tertib hukum, untuk menyatakan bahwa :
Suatu amal dari kita Sendiri, sepanjang apa yang kita ketahui, hanyalah sekedar untuk mengamalkan apa yang di firmankan الله :
ما أصابك من حسنة فمن الله، وما أصابك من سيئة فمن نفسك
Artinya :
"Apa saja yang menimpa dirimu daripada yang baik adalah daripada الله.
Dan apa saja yang menimpa dirimu daripada yang jelek (buruk), maka hal itu datang dari dirimu sendiri"
Syaikhuna Al- Allamah Maulana Syaikh Yusuf Abu Zarrah Al-Misri berkata :
Ketika beliau memberikan pelajaran di Masjidil Haram : "Tidak semestinya berkata bahwa kejahatan itu dari الله، kecuali dalam waktu dan tingkat belajar/mengajar (maqam ta'lim) dalam jurusan ilmu ini (Tashawuf).
Kata-kata "Perbuatan dari Allah" adalah khusus dalam pengertian hakikat yang semestinya hanya ada pada suara batin. Tetapi boleh diucapkan dalam Saat-saat belajar/mengajar.
Sekali lagi.
Fahamilah semua kajian ini secara utuh dan konferensif.
Dan tanyalah apa-apa yang tidak jelas atau kurang difahami kepada guru Anda yang ada di Majelis Ta'lim masing-masing.
Billahitaufiq wal Hidayah
Akhirul Kalam :
واَلسَّلَامُے عَلَيْكُمْے وَرَحْمَةُ اللَّهےِوَبَرَكاَتُهْ
[ Penulis :J afaruddin Al Jailani As Sidiq/Penyadur : Noor Iklima]
0 comments:
Catat Ulasan