DZIKIR


DZIKIR

"Man arafallaha kalla lisanuhu"
Ertinya : Siapa mengenal Allah dengan sebenar-benar pengenalan, kelu lidahnya.
* MULUT KITA BERUCAP
"Lailahaillallah"
Dari mana munculnya perkataan ini ?
- DARI HATI
"Laa ilaaha illalah"
Yang dari hati ini dari mana asalnya ?
- DARI SIRR HATI
Yang dari Sirr hati ini dari mana ?
- TENTULAH DARI DALAM SIRR
Yang didalam sirr itu siapa ?
- RAHASIA ALLAH
* JADI KALAU KITA CERMATI, SIAPA YANG SEBENARNYA BERDZIKIR ITU ?
SYARIATnya - Kita berDzikir
HAKIKATnya - Kita menDzikirkan Yang Punya Nama
MA'KRIFATnya - Yang Punya Zikir berDzikir
Kalau belum tahu bahawa yang didalam Sirr ini berDzikir,
Bagaimana Anda akan karam dalam Dzikir ?
Paling-paling...
Anda hanya dapat karam dalam sebutan Dzikir saja.
Kalau Anda dapat yang didalam Sirr itu berDzikir,
Tentu berjalanlah Anda dengan yang didalam Sirr itu kepada Allah swt.
* INILAH AMAL YANG SAMPAI KE TUHAN
Jadi, tidak akan mudah untuk karam didalam Sirr kalau kita tidak mendapati yang didalam Sirr itu berDzikir.
* TAKRIF ZIKIR
(Pengenalan Jalan Amal sehingga Tetap pada Tujuan)
Kalau kita hendak berDzikir, perlu dulu tentang takrif Dzikir atau tujuan Dzikir.
Yang dikatakan Tarekat itu jalan,
Jalan menuju ke mana ?
a) Tentulah menuju kepada yang dimaksud
b) Yang dimaksud itulah tujuan Dzikir, yaitu "ALLAH"
Kalau mulut berDzikir menyebut
"Laa ilaaha illallah"
Yang didalam Sirr itulah yang kekal kepada Allah.
Kerana...
MUNAJATNYA ORANG YANG BERDZIKIR ITU.
"Ilaa Ilahu Anta maksudi wa makrifataka bi a'tinii mahabbata wa makrifataka."
Ertinya : Tidak ada yang ku maksud hanya Engkau ya Allah.
Kalau sudah Allah yang kita maksud, untuk apa terpengaruh dengan yang terpandang-pandang dalam Dzikir.
Kalau terpengaruh dengan yang terpandang-pandang ketika berDzikir, bererti kita sudah menyimpang dari maksud semula kerana mestinya Munajat kita hanya pada Allah swt.
Allah itu sudah pasti
"Laiysa kamitslihi syaiun"
Apa pun yang terpandang-pandang itu bukan
"Laiysa kamitslihi syaiun"
Biar syurga sekali pun yang dipandangkan, itu tetap bukan yang "Laiysa kamitlsihi syaiun"
Orang yang tidak bermaksud kepada selain Allah tidak akan terpengaruh dengan itu.
* JADI DALAM BERAMAL IBADAH APA SAJA,
"TAKRIF (TUJUAN) ITULAH YANG KITA PEGANG"
Bukan DZIKIRnya yang KITA PEGANG,
"TAKRIF NYA ITU YANG KITA PEGANG"
Kalau sudah pada Allah saja Takrif Dzikir, mestinya tidak mungkin ada orang berDzikir sampai luar kawalan, mabuk, atau bahkan pengsan kerana Allah tidak bersifat zalim.
Jangan sampai kamu banyak berDzikir lalu malah timbul kelainan jiwa.
* MUNAJAT
"MUNAJAT ITULAH NIAT IKHLAS ORANG YANG BERDZIKIR"
"TIDAK ADA MAKSUD KEPADA SELAIN ALLAH"
Kalau TIDAK FAHAM tentang MUNAJAT dan TAKRIF DZIKIR,
Boleh saja DIMABUKKAN oleh DZIKIR.
Asyik kepada yang bukan dimaksud semula. Kalau hal yang bukan Allah sudah masuk ke badan, inilah yang terjadi penyakit.
* MUSYAHADAH
a) DZIKIR itu untuk mendapatkan MUSYAHADAH
b) MUSYAHADAH untuk mendapat FANA
c) FANA FILLAH itu untuk mendapatkan bawa BILLAH
d) Kalau sudah BAQA BILLAH, mana ada FANA lagi kerana FANA itu awal BAQA.
a) Kalau sudah dapat Baqa, mana ada Fana lagi
b) Kalau sudah dapat Fana, mana ada Musyahadah lagi
c) Kalau sudah dapat Musyahadah, mana ada Dzikir lagi ?
d) Inilah yang disampaikan di awal tulisan ini
e) Bahawa DZIKIR itu bukan sampai banyak, melainkan SAMPAI KELU.
* SEBETULNYA JALAN YANG SAMPAI KEPADA ALLAH ITU ADA EMPAT, YAITU;
1) SYARIAT
Kenyataan yang di-Ada-kan Allah.
Berlaku pada anggota Zahir, yaitu berupa Perintah (Amar) dan Larangan (Nahi).
2) TAREKAT
Jalan yang menyempurnakan Syariat.
Berlaku pada Hati contoh latihnya;
Mulut berkata "Merah"
Hati harus yakin bahawa barang yang disebut itu benar-benar merah. Inilah disebut menyempurnakan Syariat
3) HAKIKAT
Keyakinan kita kepada yang wajib dipercaya.
Hanya satu, yaitu Allah swt.
Berlaku pada Sirr Hati (Nyawa).
4) MAKRIFAT
Pengenalan yang sempurna tentang Allah swt.
Bagaimana pengenalan yang sempurna pada Allah itu ?
Yaitu semua yang terpandang, terpikir, terasa, tersentuh, tercium, dan lain-lain itu bukan Allah.
Kerana orang yang sempurna mengenal Allah itu keyakinannya tetap.
Bahawa Allah itu "Laiysa kamitslihi syaiun"
* SYARIATNYA, KITA BERZIKIR.
* MA'KRIFATNYA, RAHASIA ALLAH.
Itulah yang berDzikir atau yang didalam Sirr itulah yang berDzikir.
Perkataan ini bukan hendak menjadikan kita adalah Allah atau setara dengan Allah,
"MELAINKAN KITA MEYAKINKAN DZAT ALLAH ITULAH DIRI ALLAH, BUKAN KITA ADALAH ALLAH."
* KESIMPULAN KATA;
Dzat Allah itulah yang memuji Tuhannya.
Kalau kita sudah dapat jalan pengetahuan ini, dapatlah kita jalan Musyahadah, Muraqabah, dan jalan Ahlul Kasyaf.
Jalan Musyahadah itu hanya kita mengetahui.
"AMALANNYA BUKAN PAKAI BACA-BACA LAGI KERANA AMALAN BATIN ITU PAKAI PANDANGAN MATA HATI (SYUHUD MATA HATI)."
Jalan Muraqabah itu adalah pandangan Mata Hati tidak lepas dari Takrif.
Seperti kucing yang mengintai tikus. Fokus tidak berpaling dari targetnya.
* JALAN AHLUL KASYAF
Ini tidak cukup dengan faham saja, melainkan harus dengan bimbingan khusus. Seperti kita membimbing bayi sampai dia baligh.
Contoh latihan AHLUL KASYAF;
KITA MELIHAT TULISAN.
Sebenarnya yang kita lihat kertas putih, tetapi yang tampak tulisannya. Justeru kerana melihat kertas putih itulah kita boleh melihat tulisan.
Cuba andai kertas putih itu terbuka, masuklah ke kertas putih itu. Akan nampak semua tulisan. Ini baru Mukadimah soal Kasyaf.
Tips latihan;
DZIKIR yang MENGESAKAN ALLAH;
(SAMPAI KELU)
Di awal tulisan tadi disebutkan;
"Dzikir itu bukan sampai banyak, melainkan sampai kelu"
Bagaimana cara latihnya ?
Katakanlah kita hendak berDzikir dengan pujian "Subhanallah" sebanyak 5000x.
Belum sampai 2000x, mulut lidah sudah letih.
Lama-lama Dzikir pindah ke dalam hati.
Belum sampai 3000x, hati pun letih. Dzikir pindah ke Sirr Hati.
Belum sampai 4000x, Sirr Hati terhenti sendiri lalu yang di dalam Sirr yang berDzikir.
- ITULAH KELU.
- ITULAH DZIKIR BERJALAN SENDIRI.
a) Kalau Dzikir sudah berjalan sendiri, tidak boleh dihitung lagi.
b) Tak terhingga jumlah pujiannya.
c) Kamu berDzikir pakai tasbih sampai pecah, tetap kalah jumlah hitungannya dengan Dzikir kaum Arif Billah.
Tapi, tidak akan boleh Dzikir berbunyi sendiri kalau kamu tidak tahu memasang Rukun Qalbi (Diam Hakekat) yang berlaku dalam segala bentuk ibadah didalam Islam.
BerDzikir-Dzikir tanpa "Diam", tanpa Takrif yang benar itulah yang membuat Ahli Dzikir jadi menyimpang pada pemikirannya dan tingkah lakunya.
a) Ucapkanlah kalimah-kalimah Dzikir atau Wirid itu tanpa terputus.
b) Ucapkan secara bersambung dalam satu tarikan nafas.
c) Begitu nafas habis, ulangi lagi ucapkan secara bersambung seperti sebelumnya.
Contoh;
Dzikir yang benar mengEsakan Allah, meski jumlah bacaannya banyak, Allah-Nya tetap Tunggal.
"AllaaahuAllaaahuAllaahu"
Contoh;
DZIKIR YANG LALAI MENGESAKAN ALLAH.
"Jumlah bacaannya banyak kerana terputus-putus, jumlah Allah-Nya juga ikut banyak."
"Allaaah... Allaah... Allaah"
Boleh jadi kerana banyak yang membaca seperti cara terakhir itulah banyak orang yang setelah banyak berDzikir malah jadi "Tidak waras", atau malah pengsan, bahkan sampai kerasukan.
* DZIKIR ITU IBADAH
Mustahil ibadah itu merosak Zahir dan Batin kalau teori dan latihnya sesuai dengan Qur'an dan Sunnah.
Itu sebabnya Dzikir itu bukan sampai banyak, melainkan Sampai Kelu.
Kalau banyak-banyak, banyak juga yang mahu masuk ke badan kita lalu mengaku Tuhan !
(Sangat berbahaya)
Inilah kesesatan Iblis Syaitan agar manusia-manusia Soleh Ahli Dzikir tidak lurus sampai kepada Allah swt.
Melainkan kepada yang terpandang-pandang, terasa-rasa, terpikir-pikir, terbayang-bayang, dan lain-lain

[ Sumber dari As Kahfi ]



Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan