Penurunan Unsur Sifat Allah Kepada Manusia ~> Ruh.

 


Penurunan Unsur Sifat Allah Kepada Manusia ~> Ruh.
Ruh dari Allah itu di tiupkan kepada manusia berupa kehidupan melalui Ubun2, lalu terhubung masuk ke dalam hati manusia semasa di alam kandungan seorang Ibu yaitu setelah berumur 120 hari. Dari hati (jantung) itulah kehidupan Ruh di pompa keseluruh tubuh melalui pembuluh2 darah. Maka pergerakan tubuh (jasad) kita merupakan gerak dari Ruh dengan pengendalian hati.
Maka jika baik hati kita untuk mengendalikan maka baik pula pergerakan ruh yang Dzahir kepada Jasmaniah kita.
Itulah sebabnya, tidak terpisahnya ruh dan jasmani kita itu karena keduanya esa, yaitu Jasad Esa kepada Ruh dan Ruh Esa kepada Allah, maak Allah tidak perlu di Esakan karena Dia sudah nyata dalam ke EsaanNya.
Itulah Syariat dan Hakikat, keduanya itu tidak boleh kita pisahkan yang telah di atur oleh Thariqot.
"Barangsiapa yang memisahkan atau yang menceraikan keduanya maka terbakarlah dirinya". Dan tinggalah ia segala Rabithah (penuntun)nya.
Sedangkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Salam sendiri berhadapan langsung dengan Allah ketika Beliau menerima tiangnya Agama setelah lebih dari 13 Tahun mendirikan pondasinya Agama, yaitu Awaluddin Ma'rifatullah. Dan barangsiapa yang mengabaikan Thariqat Dzikir maka tidak akan berdiri pada diatas jalan yang Haq. Allah Ta'ala berfirman : Dan bahwasannya mereka tetap berjalan di atas jalan yang lurus, Kami akan berikan Rizki dengan tidak kekurangan. (QS Al-Jin 16).
Penurunan tajjali Dzat Allah Yang Maha Lathif yang tidak boleh terlihat oleh mata kepala lahiriah maupun mata hati kecuali di izinkan olehNya yaitu melalui Sirr yakni suatu hubungan yang tidak bercerai dan tidak terpisahkan, tetapi Tidak bersatu dan tidak bersekutu.
Yang disebut dengan :Dekat tiada bersentuhan dan jauh tiadalah berjarak.
Maka ini adalah Tidak memiliki kuasa apapun atas dirinya, melainkan Allah yang memberikan kekuasaan atas dirinya. Tidak memiliki kehendak sedikitpun pada dirinya, melainkan Allah yang menentukan atas kehendakNya.
Tidak ada memiliki hidup atas dirinya, melainkan Allah yang memberi hidup atas kehidupannya.
Tidak ada ilmu pengetahuan sedikitpun atas dirinya, melainkan Allah yang memberikannya pengetahuan ilmu.
Tidak ada pendengaran atas dirinya, melainkan Allah yang memberikan pendengaran.
Tidak ada memiliki penglihatan atas dirinya, melainkan Allah yang memberi penglihatan.
Tidak ada memiliki perkataan atas dirinya, melainkan Allah yang mengajarkan perkataan.
Maka untuk meletakan sifat penyempurnaan antara sifat Ma'ani yaitu sifat pada dzahir kita, dengan sifat Ma'nawiyah yaitu bathin pada tubuh kita.


"MELEBURKAN DIRI DENGAN ALLAH"
Pemahaman didalam nama ALLAH itu sebenarnya Adalah DZat, SIFAT, ASMA dan AF'AL, sebab pada Lafadz ALLAH itu adalah sebagai berikut :
- Huruf (ALIF) pada kalimah ALLAH itu masuk pada DZAT,
- Huruf (LAM AWAL) pada kalimah ALLAH itu masuk pada SIFAT,
- Huruf (LAM AKHIR) pada kalimah ALLAH itu masuk pada ASMA
- Dan Huruf (HA) pada kalimah ALLAH itu masuk pada AF'AL,
maka itulah yang bernama ALLAH.
Jika memang diri itu HAYAT (Ruh), hendaknya kita jangan berhenti pada RUH saja, akan tetapi teruskan dan tembuskan pandanganmu itu kepada Hal dan SIFAT Allah TA'ALA.
Sekiranya pandanganmu itu berhenti hanya kepada NYAWA saja, maka sesungguhnya kita salah dalam memahami pernyataan bahwa "DIRI ITU RUH".
- Sebab Tatkala Ia Nasab bagi sekalian TUBUH NYAWA Namanya,
- Tatkala Ia keluar masuk NAPAS Namanya,
- Tatkala Ia berkehendak HATI Namanya,
- Tatkala Ia percaya akan sesuatu IMAN Namanya,
- Dan Tatkala Ia dapat memperbuat sesuatu AKAL Namanya.
Pohon AKAL itu adalah ILMU, inilah jalannya dan inilah yang disebut sebenar-benarnya DIRI. Jika demikian adanya maka dapat dikatakan bahwa sekarang ini kita hanya bertubuhkan RUH semata-mata. Mengapa demikian . .?
"KITA" disini sudah FANA LAHIR dan BATHIN kepada RUH, disini jangan diartikan bahwa kita yang MEMFANAKAN DIRI, akan tetapi FANA itu dari ALLAH jua adanya, sedangkan kata "KITA" itu pun sudah LEBUR kedalam FANA itu sendiri.
Itu sebabnya jika ada orang yang mengatakan telah dapat dan mampu MEMFANAKAN DIRI akan tetapi Ia sendiri tidak tau dan tidak kenal akan DIRINYA, maka sesungguhnya itu omong kosong dan bohong besar saja, mengapa demikian ?
Sebab jika seseorang itu tidak tau atau kenal siapa DIRINYA yang sesungguhnya, maka mau di-FANA-kan kemana dirinya itu......?
NYAWA itu adalah NUR MUHAMMAD,
NUR MUHAMMAD itu adalah SIFAT,
dan SIFAT itulah HAYAT,
Akan tetapi ingat olehmu bahwasannya RUH itu bukan TUHAN, Tetapi Tiada lain dari Pada TUHAN, asalkan saja diteruskan kepada DZAT dan SIFAT.
Jika ini dapat dipahami, maka jangan kamu cari lagi akan Ia, karena bila dicari lagi bukannya semakin dekat akan tetapi malah semakin jauh.
Siapa saja yang telah sampai pada MAQOM ini, pastilah Ia tidak akan mau mengatakan kata-kata SYARIAT, TARIKAT, HAKIKAT, MARIFAT, dan...
- Ahli SYARIAT tidak BERSYARIAT lagi,
- Ahli TARIKAT tidak BERTARIKAT lagi,
- Ahli HAKIKAT tidak BERHAKIKAT lagi,
- Ahli MARIFAT tidak BERMARIFAT lagi . .
silahkan direnungkan.
Seseorang yang sampai kepada TUHAN, Ia tidak tahu lagi akan DIRINYA, dan tidak tahu lagi siapa TUHAN-NYA. Emas, Pasir , Syurga, Neraka, sama saja.
Ia lebih senang Diam. Karena diam itu adalah kedudukan Tuhan yang maha Agung dan maha Mulia serta maha Tinggi.
Sebagai tambahan agar kita benar-benar mengenal akan diri yang sebenar-benarnya diri, maka ketahuilah olehmu :
Rasulullah SAW bersabda:
"AKU ADALAH BAPAK DARI SEGALA RUH SEDANGKAN ADAM ITU ADALAH BAPAK DARI SEKALIAN BATANG JASAD/TUBUH".
Batang Tubuh manusia itu dijadikan oleh ALLAH SWT dari pada Tanah.
"AKU JADIKAN INSAN (Adam) ITU DARIPADA TANAH" (Al-Qur'an)
TANAH itu dari pada AIR, AIR itu dijadikan daripada NUR MUHAMMAD.
Dengan demikian maka Nyatalah bahwasannya Batang TUBUH dan RUH kita ini jadi dari pada NUR MUHAMMAD, maka MUHAMMAD Jua Namanya, tiada yang lain.
Sesungguhnya TUBUH kita yang kasar ini tidak akan pernah dan tidak akan dapat mengadakan pengenalan kepada ALLAH melainkan dengan NUR MUHAMMAD jua.
Itulah sebabnya maka dinamakan POHON BUSTAH Artinya yang hampir pada UJUDNYA.
Adapun UJUD itu, adalah UJUD ALLAH TA'ALA jua adanya, sekali-kali jangan ada UJUD yang lain dari pada UJUD ALLAH TA'ALA, itulah yang sebenar-benarnya DIRI, begitu pula dengan kelakuan, jangan ada yang lain, karena tidak ada kelakuan yang lain selain kelakuan ALLAH TA'ALA. Sebab kalimah "FAQAD ARAFAH" itu Tiada akan menerima salah satu, melainkan suci ZAHIR dan BATHIN adanya.
DZAT Artinya UJUD ALLAH semata-mata, itulah yang sebenarnya, Melihat itu BASYAR ALLAH, berkata-kata itu KALAM ALLAH dan seterusnya.
Seandainya ada yang lain dari diri-Nya maka seluruh pengenalanmu itu akan menjadi BATAL.
[ Sumber dari FB Ardhi Langit. ]
Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan