SANG SUFI 'PERAJUT' SYAIR DALAM SYIAR ISLAM

 


MAULANA JALALUDIN RUMI, SANG SUFI 'PERAJUT' SYAIR DALAM SYIAR ISLAM
Maulana Jalaluddin Rumi adalah tokoh legendaris dalam dunia filsuf. Ia dikenal sebagai sang 'perajut' syair terindah dan salah satu tokoh sufi besar dalam syiar Islam.
Dalam islam, Sufi merupakan orang yang mendedikasikan dirinya dalam dunia Tasawuf. Sementara Tasawuf merupakan sebuah jalan untuk mendekat dan melekatkan hati kepada Tuhan, bukan hanya penekanan pada sisi syariat.
Jalaludin Rumi sebenarnya merupakan nama julukan. Sang penyair sufi ini bernama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad bin Husin Al Khatihbi Al Bakri.
Nama julukan "Rumi" karena ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kota Konya (sekarang bagian dari Turki), atau dahulu dikenal dengan sebutan Rum.
Jalaluddin Rumi lahir pada 30 September 1207 Masehi di Balkh (sekarang adalah wilayah Afghanistan). Sejak kecil ia dikenal dengan panggilan Rumi. Ia terlahir dari keluarga yang berpendidikan tinggi. Ayahnya, Bahaduddin Walad, merupakan seorang ahli ilmu agama, ahli hukum dan juga ahli ilmu kebatinan.
Hal tersebut menjadi latar belakang alasan Rumi menjadi sangat dekat dengan ilmu agama dan ilmu kebatinan. Tak hanya itu, Rumi juga banyak mempelajari tentang pemikiran Sufi.
Salah satu pemikiran Rumi yang paling mendunia adalah tentang tawakkal. Konsep tawakkal yang dikembangkan oleh kalangan sufi kadang kala lebih condong pada tawakkal paham Jabariyah, yaitu menggantungkan segalanya kepada Allah ï·».
Namun bagi Rumi, tawakkal bukanlah penerimaan pasif, tapi usaha aktif seseorang dengan menggunakan kekuatan memilih. Dia menyatakan taburkan benih, lalu berserahlah kepada yang Maha Kuasa.
Pandangannya tentang tawakal dapat dilihat dari dialog yang ia sajikan dalam buku Masnawi, Senandung Cinta Abadi yang berbunyi:
Sekumpulan binatang itu berkata kepada singa, "tidak ada kerja yang lebih baik selain percaya kepada kehendak Tuhan; apakah yang lebih karib kepada Tuhan; selain kepasrahan? Sering orang lari dari penderitaan untuk jatuh lagi pada penderitaan; sering orang menghindar dari ular untuk berjumpa naga. Pandangan-Nya ditujukan kepada kita semua, apakah sebagai gantinya? Di dalam pandangannya akan kau miliki seluruh saran dan keinginan mu".
Kata Singa, "Tetapi Tuhan dari hamba-Nya telah memasang tangga di depan kita. Selangkah demi selangkah kita harus mendaki menuju atap; menjadi orang yang pasrah adalah harapan yang tolol."
Selanjutnya dalam syair yang lain, Rumi menjelaskan tentang kepasrahan seorang hamba kepada Sang Kekasih:
Bila awan tidak menangis, mana mungkin taman bisa tersenyum. Sampai anda telah menemukan rasa sakit, anda tidak akan mencapai obatnya. Sampai hidup anda sudah menyerah, anda tidak akan bersatu dengan jiwa tertinggi Sampai anda telah menemukan api dalam diri anda, Seperti teman, anda tidak akan mencapai musim semi kehidupan.
Rumi menafsirkan tawakal bukanlah penerimaan pasif akan tetapi usaha aktif dari seseorang dengan menggunakan daya dan kemampuan yang ia miliki, dan jangan pasrah terhadap nasib.
Rumi membantah pandangan masyarakatnya pada waktu itu yang salah memahami tawkkal sebagai penyerahan total terhadap takdir Tuhan.
Di sisi lain, Rumi menjelaskan bahwa apabila seorang hamba telah lebur dalam cintanya kepada Sang Pencipta, maka ia tidak lagi merasa memiliki kemampuan, baik tangan maupun kaki, dan menggantungkan semua harapannya kepada Sang Pencipta sebagaimana yang dijelaskannya dalam buku Fihi Ma Fihi.
Tawakal menurut Rumi juga memiliki tingkatan yang berbeda-beda tergantung ilmu dan kemampuan seseorang.
Pemikiran Rumi dalam kitab Masnawi disebut -sebut sebagai karya sastra terbesar dan paling murni yang dimiliki oleh bangsa Persia. Kitab ini telah dicetak berulang kali oleh berbagai penerbit.
Karya-karyanya banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Bahkan makam Rumi di Konya, Turki, masih dikunjungi para penggemarnya dari berbagai negara, bukan hanya dari umat Islam tetapi juga dari umat-umat agama lain selain Islam.

Syair Sufi "JALALUDIN RUMI"
Jika engkau bukan seorang pencinta, maka jangan pandang hidupmu adalah hidup. Sebab tanpa Cinta, segala perbuatan tidak akan dihitung pada Hari Perhitungan nanti. Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta, akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya. Burung-burung Kesedaran telah turun dari langit dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga hari. Mereka merupakan bintang-bintang di langit agama yang dikirim dari langit ke bumi. Demikian pentingnya Penyatuan dengan Allah dan betapa menderitanya Keterpisahan denganNya. Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan. Lihatlah pepohonan ini ! Semuanya gembira bagaikan sekumpulan kebahagiaan. Tetapi wahai bunga ungu, mengapakah engkau larut dalam kepedihan ? Sang lili berbisik pada kuncup : “Matamu yang menguncup akan segera mekar. Sebab engkau telah merasakan bagaimana Nikmatnya Kebaikan.” Di manapun, jalan untuk mencapai Kesucian Hati adalah melalui Kerendahan Hati. Hingga dia akan sampai pada jawaban “YA” dalam pertanyaan : “Bukankah Aku ini Rabbmu"

[ Sumber Dari Hijrah Tnp Batas ]



Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan