Risalatul Qusyairiyah Al Junayd bin Muhammad
Abul Qasim Al Junayd bin Muhammad (wafat 297 H./910M.), adalah pemuka tharikat kaum Sufi. Berasal dari Nahawand, namun lahir dan tumbuh besar di Irak.
Ayahnya seorang penjual kaca, karenanya al-Junayd serign dikaitkan dengan nisbat, al-Qawariry. Ia dikenal sebagai seorang faqih dalam bidang mazhab Abu Tsaur, dan berfatwa di halaqahnya ketika usianya baru duapuluh tahun. Berguru kepada pamannya sendiri as-Sary, juga kepada al-Harits al-Muhasiby, serta Muhammad bin Ali-al-Qashshab.
Ketika ditanya perihal orang yang ma’rifat, al-Junayd menjawab:
“Siapa yang berbicara tentang rahasia hati Anda, namun Anda diam.”
Al Junayd berkata :
“Aku tidak pernah mengambil pelajaran tasawuf dari kata-kata. Tetapi aku mengambil pelajaran dari rasa lapar dan meninggalkan dunia, memutus segala kecenderungan dan hal-hal yang elok.”
Abu Ali ar-Rudzbaary berkata:
“Aku mendengar al-Junayd berkata kepada seorang laki-laki yang menyebutkan perihal ma’rifat.
Laki-laki itu berkata:
“Ahli ma’rifat billah ada yang sampai pada tahap meninggalkan gerakan-gerakan dari gerbang kebaikan dan ketakwaan kepada Allah swt.”
Al Junayd langsung menjawab :
“Ungkapan itu merupakan ucapan kaum yag berbicara tentang gugurnya amal. Bagiku, itu perkara besar.
Orang yang mencuri dan berzina sekalipun, lebih baik daripada orang yang berpandangan demikian. Orang-orang yang ma’rifat kepada Allah swt, senantiasa tekun beramal kepada Allah swt, dan kepada-Nya mereka kembali. Bila saja usisaku mencapai seribu tahun, sedikitpun aku tidak akan mengurangi amal=amal kebajikan, kecuali aku malah dialihkan selain amal tersebut.”
Di antara kata-katanya :
“Seluruh Jalan sebenarnya diperuntukkan kepada makhluk, kecuali bagi orang yang mengikuti jejak Rasul saw,”
“Bila seseoarng benar-benar menghadap Allah swt. selama sejuta tahun, lantas sejenak ia berpaling dari-Nya, segala sessuatu yang telah hilang dari sejenak itu nilainya lebih banyak ketimbang yang diperolehnya (selama sejuta tahun).”
“Barangsiapa tidak menjaga Al-Qur’an dan tidak menulis Hadits, dalam kaitan persoalan ini, orang tersebut tidak boleh diikuti. Sebab ilmu tasawuf kita diikat oleh Kitab dan Sunnah.”
Al Junayd ditanya :
“Darimana Anda meraih prestasi ilmu seperti ini?”
Ia menjawab:
“Dari dudukku selama tiga puluh tahun di hdapan Allah swt.”
Di bawah derajat tersebut, al-Junayd mengisyaratkan pada satu tahap derajat yang dicontohkan di rumahnya.
Ketika di tangannya berkait tasbih, ia ditanya:
“Anda, dengan kemuliaan Anda, masih memakai tasbih di tangan?”
Ia menjawab:
“Melalui ini, aku dapat sampai kepada Tuhanku. Oleh karena itu, aku tidak melepaskannya.”
Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata:
“A-Junayd memasuki kedainya setiap hari, kemudian menutup tirai, lalu shalat empat ratus rakaat, baru kemudian pulang ke rumahnya.”
Abu Bakr al-Athawy bercerita:
“Ketika aku berada di dekat al-Junayd saat menjelang wafatnya, ia ingin mengkhatamkan Al-Qur’an. Lalu ia mulai membaca Surat Al-Baqarah, baru tujuhpuluh ayat dibacanya, tiba-tiba ia wafat – semoga Allah swt. mencurahkan rahmay-Nya.”
0 comments:
Catat Ulasan