WAJAHNYA / RU'YATULLAH

 

WAJAHNYA

Dia (ALLAH) dapat dilihat pada setiap waktu dan pada setiap ketika, dan di mana saja, tetapi bukanlah semua orang yang dapat memandangNya demikian,hanya mereka yang bertuah dan bernasib baik, yang telah Makrifatullah, yang dapat memandangNya demikian. WajahNya dapat dilihat melalui sifat-sifat alam, terutama pada sifat diri salik sendiri. Jikalau penglihatan itu dapat difahami oleh kebanyakan orang, sudah pasti lebih ramai orang dapat melihat WajahNya dengan terang dan nyata, semasa masih hidup di dunia ini juga lagi, sudah pasti lebih ramai yang akan Makrifatullah. Allah atau WajahNya dapat kelihatan apabila sesuatu itu tidak lagi berupa Alam atau makhluk, tidak lagi bernama, bersifat, berkelakuan dan tidak lagi dengan dzat makhluk, tetapi telah binasa atau fana, kembali kepada keadaan asalnya. Setelah itu, barulah apa yang kelihatan itu akan berwajah Allah, dan di situ jugalah keadaan, yang mana, yang memandang dan yang dipandang itu, adalah Allah yang Esa, Allah melihat WajahNya sendiri. Di ketika pandang memandang itu, jikalau salik sudah faham dan yakin, segala sesuatu selain Allah telah fana, itulah tandanya hati salik itu telah mencapai tahap Makrifatullah, tahap mengenal Allah dengan sebenar-benar perkenalan.

Yaaaa, Apabila telah fana sifat makhluk dan sifat salik sendiri ke dalam wajahNya, maka WajahNya akan dapat kelihatan, di kala itu sifat makhluk atau sifat salik telah kamil dengan WajahNya. Sebagai kiasannya umpama garam,yang kelihatan sekarang adalah masinnya, tapi garam sudah binasa.

RU'YATULLAH
Ru’yah menurut bahasa berarti, ”Annazar bil aini au bil-qalbi” , “melihat dengan mata atau dengan hati“.
Ru’yatullah berarti melihat Allah dengan penglihatan mata bathin atau penglihatan hati.
Sedangkan di dunia telah deijelaskan dalam firmanNya yang artinya
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata”
(QS Al An’am [6]:103)
Di dunia, Allah dapat dilihat dengan hati
(Ain Bashiroh) dalam arti kehadiran - Nya yang tampak
Imam Qusyairi mengatakan .....
“Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat,
Sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak
Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)”
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani,
“Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, ....
“Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali ....
Sayyidina Ali ra menjawab .....
“Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya ....
“Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-Nya?”
Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”.
“Bagaimana anda melihat-Nya?”
Dia menjawab ....
“Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman.”
Munajat Syaikh Ibnu Athoillah,
“Ya Tuhan..........
Yang berada di balik tirai kemuliaan - Nya
Sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata
Ya Tuhan.........
Yang telah menjelma dalam kesempurnaan, keindahan dan keagungan
Sehingga nyatalah bukti kebesaran - Nya dalam hati dan perasaan.
Ya Tuhan,.............
Bagaimana Engkau tersembunyi
Padahal Engkaulah Dzat Yang Dzahir
Dan bagaimana Engkau akan Gaib
Padahal Engkaulah Pengawas yang tetap hadir.
Dialah Allah yang memberikan petunjuk dan kepada - Nya kami mohon pertolongan“
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany menyampaikan,.... “Mereka yang sadar diri senantiasa memandang Allah Azza wa Jalla dengan qalbunya
Ketika terpadu jadilah keteguhan yang satu yang mengugurkan hijab-hijab antara diri mereka dengan Diri - Nya.
Semua bangunan runtuh tinggal maknanya. Seluruh sendi-sendi putus dan segala milik menjadi lepas...........
Tak ada yang tersisa selain Allah Azza wa Jalla.
Tak ada ucapan dan gerak bagi mereka
Tak ada kesenangan bagi mereka hingga semua itu jadi benar
Jika sudah benar sempurnalah semua perkara baginya.
Pertama yang mereka keluarkan adalah segala perbudakan duniawi kemudian mereka keluarkan segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total
Tidak semua manusia dapat melihat Allah dengan hatinya ketika di dunia
# Orang kafir itu tertutup dari cahaya hidayah oleh kegelapan sesat.
#Ahli maksiat tertutup dari cahaya taqwa oleh kegelapan alpa
# Ahli Ibadah tertutup dari cahaya taufiq dan pertolongan Allah Ta’ala oleh kegelapan memandang ibadahnya
Siapa yang memandang pada gerak dan perbuatannya ketika taat kepada Allah ta’ala, pada saat yang sama ia telah terhalang (terhijab) dari Sang Empunya Gerak dan Perbuatan, dan ia jadi merugi besar.
Siapa yang memandang Sang Empunya Gerak dan Tindakan, ia akan terhalang (terhijab) dari memandang gerak dan perbuatannya sendiri, sebab ketika ia melihat kelemahannya dalam mewujudkan tindakan dan menyempurnakannya, ia telah tenggelam dalam anugerah - Nya.......
Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Hafsh dari Abdul Malik dari ‘Atha’ dari Ibnu Abbas dia berkata, “Beliau telah melihat dengan mata hatinya.”
(HR Muslim )
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Seandainya bukan karena dosa yang menutupi kalbu Bani Adam, niscaya mereka menyaksikan malaikat di langit”
(HR Ahmad dari Abi Hurairah)
Oleh karenanya ketika penduduk surga dalam keadaan tidak berdosa maka mereka dapat melihat Allah tidak terhalang sama sekali, kemudahannya bagaikan melihat bulan ketika purnama yang tidak ada awan.

( Sumber dari Siti Hariyani EA )




Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan