MEMAHAMI MAKNA IKHLAS BERAMAL

 


KHLASLAH...
Al-Imam Maimun bin Mihran رحمة الله تعالى berkata ;
“Sesungguhnya amal kalian itu sedikit, maka ikhlaslah kalian dalam yang sedikit itu.”

[ Al-Hilyah Abu Nu’aim (4/92) ]


MEMAHAMI MAKNA IKHLAS BERAMAL
Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, keihkhlasan merupakan pangkal diterimanya ibadah. Karena itu, pada setiap kali majelis pengajian beliau di madrasahnya di Baghdad, tema ikhlas dalam beribadah menjadi pokok bahasan utama.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Kalian harus ikhlas dalam beramal. Palingkanlah pandangan terhadap amal yang telah kalian kerjakan. Jangan pernah berharap ganti dari pemberian kalian itu. Beramallah karena Allah. Dan, jadilah orang yang mengharap ridha-Nya.
Ketika kalian berbicara, maka bicaralah dengan niat yang tulus. Jika kalian diam, diamlah dengan niat yang tulus. Karenanya, setiap amal yang tidak diawali dengan niat, amalnya akan sia-sia.
Di antara tanda atau ciri-ciri ikhlas adalah, kalian tidak terpengaruh dengan pujian dan cacian orang lain. Ikhalas juga bermakna memembuang kesombongan dalam diri. Maka, sedikit pun kalian jangan pernah merasa sombong dengan amal kalian! Karena kesombongan dapat menghapus dan melenyapkan pahala amal kalian.” Maka, marilah memohon kepada Allah agar kita diberi pertolongan dan keikhlasan hati dalam mengerjakan amal shaleh. Kita tidak akan pernah bisa bersabar melaksanakan shalat dan puasa, jika kita tak meminta pertolongan-Nya.
--Disarikan dari kitab Fathu Rabbani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Hakekat Ikhlas

Ikhlas itu merupakan pekerjaan hati. Al-Junaid al-Baghdadi (tokoh tasawuf, sekaligus fiqih dari Baghdad) berkata,
“Ikhlas merupakan rahasia antara Allah dan hamba, yang hanya diketahui oleh malaikat sehingga dia menulis-nya, namun tidak diketahui oleh setan sehingga dia merusaknya dan tidak pula diketahui hawa nafsu sehingga dia mencondongkannya.”
Kalau ada pertanyaan, bolehkah amal kita diperlihatkan kepada orang lain? Jawabannya adalah tergantung “Niat”. Kalau niatnya ingin dipuji tentu itu menjadi riya’, namun bila niatnya adalah syiar supaya orang lain mengikutinya maka itu bukanlah riya’.
Setiap amal itu tergantung kepada niatnya. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung dari niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam hal bersedekah, orang boleh melakukannya secara tersembunyi atau terang-terangan. Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati” (QS. al-Baqarah ayat 274).
Salah satu ciri orang yang ikhlas adalah ia akan tetap beramal meskipun ada atau tidak ada orang lain yang melihat. Namun bila ia hanya beramal ketika ada orang lain yang melihat, dan tidak beramal kalau tidak ada orang yang melihat maka itu tandanya tidak ikhlas alias riya’.
Ciri lain orang yang ikhlas adalah jarang kecewa terhadap makhluk, karena yang diharapkannya hanyalah penilaian dan keridhoan Allah Swt. Orang yang banyak kecewa terhadap makhluk yaitu orang yang banyak berharap dan bergantung kepada makhluk.
Pengelompokan Ikhlas
Menilai keikhlasan seseorang dalam beramal itu tidaklah hitam putih, tidaklah ikhlas dan tidak ikhlas. Tetapi keikhlasan itu ada tingkatan atau penggolongannya. Ada tiga tingkatan ikhlas, yaitu:
Pertama, Ikhlas Mubtadi’. Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya masih terbesit keinginan pada dunia. Misalnya, seseorang melaksanakan shalat tahajud atau bersedekah karena ingin lulus ujian sekolah atau usahanya berhasil. Ciri orang yang mubtadi’ bisa terlihat dari cara dia beribadah.
Orang yang hanya beribadah ketika sedang butuh biasanya ia tidak akan istiqamah. Ia beribadah ketika ada kebutuhan. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun akan berhenti.
Kedua, Ikhlas Abid. Yakni orang yang beramal karena Allah dan hatinya bersih dari riya’ serta keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah demi meraih kebahagiaan akhirat, yaitu menggapai surga dan terhindar dari siksaan api neraka.
Ibadah seorang abid ini cenderung berkesinambungan, tetapi ia tidak mengetahui mana yang harus dilakukan dengan segera (mudhayyaq) dan mana yang bisa diakhirkan (muwassa’), serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menganggap semua ibadah itu adalah sama.
Ketiga, Ikhlas Muhibb. Yakni orang yang beribadah hanya karena ingin mendapatkan cinta Allah, bukan ingin mendapatkan surga atau takut siksa api neraka. Semuanya dilakukan semata karena memenuhi kehendak dan cintanya kepada Allah SWT.
Beramal Saleh Sampai Ikhlas.
Seorang yang ikhlas ialah, seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi”

( Sumber dari Kalam Sufi )
Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan