ASAL......!!!
Allah SWT pertama kali menjadikan Cahaya atau Nur yang disebut Nur Muhammad SAW, dari sifat jamalnya (keindahanNya).
Rasulullah bersabda ; "bahwa yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah ruh Muhammad, ia diciptakan dari cahaya Ketuhanan, dan selanjutnya yang diciptakan pertama kali adalah Qalam (pena) dan akal".
Disinilah kita tahu bahwa yang dilahirkan dan diciptakan pertama kali adalah suatu realiti ghaib dan bersifat rohani yang disebut; Nur, Ruh, Qalam, dan Akal dan ini merupakan realiti yang mempunyai banyak nama menurut fungsinya dan dari sudut mana kita memandangnya
(Al-Maidah : 15)
Dalam dunia sufi ini disebut Hakikat Muhammad (realiti atau hakikat) atau diberi gelar Aql al-Kull (Akal Semesta) karena ia tahu dan melihat segala sesuatu, ia diberi gelar Qalam karena ia menyebarkan ilmu dan hikmah dan menzahirkan ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan, ia juga digelari ruh karena ia hidup, bukan mati. Dan ruh itulah terbitnya segala yang hidup, oleh karena ia hidup maka digelari Ruh.
Ruh Muhammadiyyah Atau Ruh Muhammad adalah Dzat atau sumber segala yg berwujud. Dialah yang awal dan menjadi hakikat alam semesta. Allah SWT menciptakan segala ruh dari ruhnya. Muhammad adalah nama bagi insan dalam alam ghaib (Alam berkumpulnya ruh-ruh). Ia menjadi sumber dan Asal segala perkara.
Allah menciptakan Alam karena Allah akan menciptakan Muhammad SAW. Dan tanda-tanda ini tepat, seperti yang dilihat oleh bapa semua umat manusia, yaitu Adam As, ketika selesai proses penciptaan, Adam melihat nama Muhammad di pintu surga bersanding dengan nama Allah, dan mengertilah Adam bahwa orang yang memiliki nama itu adalah semulia-mulia manusia yang akan diciptakan Tuhan diantara semua ciptaanNya di kemudian hari.
Setelah lahirnya Nur Muhammad, Allah menciptakan pula 'arsy', dan kelahiran Muhammad juga diikuti dengan penciptaan makhluk-makhluk yang lain serta arsyNya.
Peristiwa ini berlaku menurut kehendak Allah dan masyi'ahNya, dan kemudian Allah menurunkan ruh atau makhluk-makhluk itu ke peringkat yang paling rendah, yaitu Alam Ajsam atau alam kebendaan yang konkret dan nyata,
seperti disebutkan dalam ayat ini ;
"Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahNya"
(At-Tiin : 5)
Allah turunkan Nur itu dari tempat Asal kejadiannya, yaitu Alam Lahut (Alam Ketuhanan) ke Alam Asma' Allah (nama-nama yaitu Alam Penciptaan sifat-sifat Allah atau alam Akal Ruh Semesta).
Dari Alam Asma' Allah sana ruh-ruh itu turun ke Alam Malakut. Disitu ruh-ruh itu dipakaikan dengan pakaian kemalaikatan yang gemerlap. Kemudian mereka diturunkan ke Alam Kebendaan atau Ajsam yang terjadi dari unsur Api, Air, Angin (udara) dan Tanah. Maka ruh itu dibentuk dengan diberi badan yang terjadi dari darah, daging, tulang, urat dan sebagainya.
Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang Tidaklah sekali-sekali pernah membiarkan ruh-ruh berada dalam kesesatan dan kejahilan, untuk itulah diutus rasul-rasul dan kitab agar tidak lalai,
"Dan sesungguhnya kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami (dan kami perintahkan kepadanya) Keluarkanlah kaummu dari kegelapan menuju cahaya terang benderang dan ingatkan mereka akan hari-hari Allah"
(Ibrahim : 5)
Manusia diharapkan dapat menegakkan sifat Al jamal (indah) karena Allah itu indah dan dari sinilah manusia akan menjejakkan kakinya di titian hakikah untuk mengenal Allah serta bertaqarub kepada DzatNya yang maha besar ;
"katakanlah; Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata"
(Yusuf:108)
Basirah dan Mata hati Allah memberi manusia mata kasar agar dapat melihat segala yang zaahir atau lahir dan untuk melihat hal ghaib, Allah telah mengaruniakan suatu penglihatan yang halus dalam hati yang dikenal denga basirah yakni mata hati atau mata ruh, dan ini akan terbuka dalam hati orang-orang yang dekat atau kuat taqarrubnya dengan Allah dan tidak ada kekuasaan apapun di bumi ini dapat memberikan basirah…
karena manusia sangat memerlukannya untuk sampai ke Alam ghaib yang merupakan rahasia-rahasia Tuhan, dan hanya orang-orang tertentu yang dikaruniai khusus olehNya,
"yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami"(Al kahfi :65) .
Dan masuklah kembali menjadi golongan orang yang berjalan kembali meuju Allah, jangan menunggu sampai jalan tersebut tidak dapat dilalui lagi.
"Dan bersegeralah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkanhkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun diwaktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan"
(Ali Imran :133-134)
Ajaran risalah yang disampaikan pada manusia memiliki Dua kategori, nyata dan tidak, zahir dan batin, syariat dan ilmu atau hikmah, dan bila zahir dan batin bersatu, barulah seseorang itu dapat mencapai taraf hakikat,
"Antara keduanya ada batas yang tidak dapat dilampaui oleh masing-masing"
(Ar rahman :20)
Hakikat tidak dapat dicapai hanya melalui ilmu yang diperoleh Panca Indera, karena dengan hanya mengandalkan ini manusia tidak akan mengenal Yang asal atau Dzat.
Manusia dicipta untuk Mengenal Allah
Seandainya kita tidak mengenal Allah, bagaimana kita mau menyembahNya ? dan memohon pertolonganNya ?
Hikmah atau ilmu sangat diperlukan untuk mengenal Dia, dengan menyngkap tirai hitam yang menutupi cermin hati. Allah ibarat harta yang tersembunyi dan Ia ingin dikenali, maka dijadikanlah makhluk untuk mengenal Dia.
Dalam sebuah hadits qudsi :
"Aku laksana harta yang tersembunyi. Aku ingin dikenali, karena itu Aku menciptakan makhluk",
jadi merupakan kewajiban bagi kita untuk mengenalNya, dan jelas bahwa tujuan Allah menciptakan insan adalah untuk mencari ilmu untuk mengenaliNya, dan ada Dua peringkat ilmu Ma'rifah.
-Pertama, ilmu untuk mengenal sifat-sifat Allah dan penzahir kekuasaanNya,
-Kedua, ilmu untuk mengenal Dzat Allah dan ini berpegang pada ruh al qudz ( ruh suci) yang diberikan pada insan agar dapat mengenali rahasia-rahasia akhirat,
" dan kami memperkuatnya dengan ruh al quds…"
(Al baqarah :87).
Mereka yang mengenal Dzat Allah akan memperoleh ilmu melalui ruh suci yang terpencar dalam diri mereka masing-masing, baik yang ada dilidah kita ataupun hati kita.
Pentingnya ilmu Zahir Harus diakui bahwa manusia memerlukan ilmu keyakinan (agama) untuk mengenal Allah, melalui agama manusia akan belajar penzahiran (manifestasi) Dzat Allah yang terbayang dalam Alam Sifat dan Asma Allah yang ada dimuka bumi ini.
Dan seseorang harus berakhlak mulia dan menghindari dosa dan harus melawan nafsu dan egonya dan ini merupakan perjalanan yang panjang dan sulit .
" maka barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia menyekutukan Allah dalam ibadah kepadaNya" (Al kahfi: 110) .
Ruh Al Quds tersebut diciptakan dalam wajah yang paling indah, dan keindahannya di hujamkan dalam hati dan di amanahkan pada insan untuk menjaganya dan tingkatan ini dapat dicapai dengan taubat nasuha … Laailahaillallah,
"Ingatlah, bahwa dengan mengingat Allah maka hati menjadi tentram" (Ar Ra;d :28) .
Hati ibarat anak yang harus dijaga Dalam dunia sufi, menyebut keadaan ruhani itu sebagai 'tifli' yang berarti bayi atau anak-anak, dan bayi hati adalah kesadaran orang-orang sufi yang diberikan karunia ilham tinggi oleh Ilahi.
Kesadaran juga adalah insan yang sebenarnya, yang tidak terpisah dengan Khaliqnya. Dan kesadaran inilah yang mewakili insan yang sebenarnya, didalamnya tidak ada jisim (badan) dan tidak menganggap dirinya sebagai jisim, tidak ada hijab (tirai) karena nur yang memancar melalui pintu hati terus menjurus menuju kehadrat Dzat Allah yang mencipta.
Rasulullah pernah bersabda, bahwa di waktu-waktu tertentu ketika baginda hanya berdua dengan Allah, tidak ada sesiapapun menjadi pengantara atau penghalang baik itu malaikat yang dekat dengan Allah (nur Muhammad) yang merupakan pendzahiran pertama sekalipun ataupun nabi dan rasul,
"Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat" (Al-Qiyamah: 22-23) .
Nabi mengatakan, bila pada hari itu kita melihat Allah dengan sangat jelas seperti bulan purnama dan inilah kesadaran tinggi yang bila makhluk, malaikat, menghampirinya maka wujud jasmani atau fisiknya akan hangus terbakar menjadi abu dan seandainya tirai yang menutup sifat jalalNya itu disingkap sedikit saja oleh Allah, niscaya segalanya akan hangus sejauh mata memandang, tapi tidak demikian bila itu dikehendaki oleh Penciptannya seperti yang dialami oleh Rasulullah.
( Sumber dari ERZ )
0 comments:
Catat Ulasan