KARAM DIRI DI SAMUDRA MA'RIFAT
Ada di antara kita, bahkan boleh jadi kita pernah melakukannya. Mengeluh dan dengan tega mengatakan: “Saya tidak memiliki apa-apa dan siapa-siapa lagi dalam hidup ini”.
Padahal Langit tidak dibayar memayungi kita. Oksigen masih tersedia untuk nafas kita.
Angin masih kita rasakan hembusannya. Waktu masih tersisa untuk berkarya. Raga masih ada bukti kita nyata. Lalu, pantaskah kita mendustakan nikmat Allah SWT tanpa ada alasan? Allah SWT berulang kali mempertanyakan persoalan ini agar kita senantiasa bersyukur dan berpikir (perhatikan QS. Ar Rahman).
Akhirnya, kehidupan yang kita lalui akan senantiasa bermuara kepada dua hal, yakni bahagia dan kecewa. Begitulah kodrat perasaan manusia.
Namun rasa bahagia dan kecewa bisa menjerumuskan manusia ke dalam kubang kemaksiatan bila hal itu tidak disikapi dengan bijak.
Karenanya, seorang Muslim harus mampu menjaga keadaan dirinya dalam kondisi apapun untuk senantiasa menumbuhkan ladang kebaikan dan pahala. Caranya, senantiasa berdzikir dengan menjadikan sabar dan shalat sebagai perantara untuk menghadirkan pertolongan Allah SWT (QS.Albaqarah: 153).
Dengan kata lain, perkara apapun bagi seorang mukmin sejati, seluruhnya menjadi indah di hati. Semoga Allah SWT membantu kita merealisasikannya dalam kehidupan ini.
Perbanyaklah istighfar, dan hamdalah bacakan dengan segenap penyesalan dan bangkitkan harapan kepada-Nya semoga Allah SWT mengijabah doa dan harapan kita semua.
Rencana kita indah tetapi rencana Allah untuk kita jauh lebih indah.
0 comments:
Catat Ulasan