'Al-Ghautsiyyah' Sheikh Abdul Qodir Al-Jailani
Sufi Road : Risalah Al Ghautsiyyah
Sebagai bekal untuk sahabat-sahabat Pejalan Cahaya di belahan dunia manapun berada kini, yang selalu setia mendampingi diri, bersama dalam menapaki tangga ruhani, lahir dan batin. Semoga Allah swt senantiasa memperkuat lingkaran cahayaNya dalam diri kita dan ukhuwah bashariah kita, aamin.
Risalah Al Ghautsiyyah adalah sebentuk dialog batiniah antara Allah swt dan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, yang diterima melalui ilham qalbi dan penyingkapan ruhani [kasyf ma’nawi].
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah, Sang Penghapus Duka. Shalawat atas manusia terbaik, Muhammad. Berkatalah sang penolong agung, yang terasing dari selain Allah dan amat intim dengan Allah.
Allah swt berkata : “Wahai penolong agung!”
Aku menjawab : “Aku mendengar panggilan-Mu, wahai Tuhannya si penolong.”
Dia Berkata : “Setiap tahapan antara alam naasut dan alam malakut adalah syariat; setiap tahapan antara alam malakut dan jabarut adalah tarekat; dan setiap tahapan antara alam jabarut dan alam lahut adalah hakikat.” 1
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung! Aku tidak pernah mewujudkan Diri-Ku dalam sesuatu sebagaimana perwujudan-Ku dalam diri manusia.”
Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, apakah Engkau memiliki tempat?”, Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Akulah Pencipta tempat, dan Aku tidak memiliki tempat.”
Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, apakah Engkau makan dan minum?”, Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, makanan dan minuman kaum fakir adalah makanan dan minuman-Ku.”2
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, dari apa Engkau ciptakan malaikat?”. Dia Berkata kepadaku : “Aku ciptakan malaikat dari cahaya manusia, dan Aku ciptakan manusia dari cahaya-Ku.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku jadikan manusia sebagai kenderaan-Ku, dan Aku jadikan seluruh isi alam sebagai kenderaan baginya.”3
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, betapa indahnya Aku sebagai Pencari ! Betapa indahnya manusia sebagai yang dicari! Betapa indahnya manusia sebagai pengendera, dan betapa indahnya alam sebagai kenderaan baginya.”4
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah Rahasianya. Jika manusia menyedari kedudukannya di sisi-Ku, maka dia akan berucap pada setiap hembusan nafasnya, ‘...milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?’.”5
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, tidaklah manusia makan sesuatu, atau minum sesuatu, dan tidaklah ia berdiri atau duduk, berbicara atau diam, tidak pula ia melakukan suatu perbuatan, menuju sesuatu atau menjauhi sesuatu, kecuali Aku ada di situ, bersemayam dalam dirinya dan menggerakkannya.”6
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, tubuh manusia, jiwanya, hatinya, ruhnya, pendengarannya, penglihatannya, tangannya, kakinya, dan lidahnya, semua itu Aku persembahkan kepadanya oleh Diri-Ku, untuk Diri-Ku. Dia tak lain adalah Aku, dan Aku bukanlah selain dia.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, jika engkau melihat seseorang terbakar oleh api kefakiran dan hancur kerana banyaknya keperluan, maka dekatilah ia, kerana tidak ada penghalang antara Diri-Ku dan dirinya.”7
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, janganlah engkau makan sesuatu atau minum sesuatu dan janganlah engkau tidur, kecuali dengan kehadiran hati yang sedar dan mata yang awas.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, barangsiapa terhalang dari perjalanan-Ku di dalam batin, maka dia akan diuji dengan perjalanan lahir, dan dia tidak akan semakin dekat kepada-Ku melainkan semakin menjauh dalam perjalanan batin.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, kemanunggalan ruhani merupakan keadaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Siapa yang percaya dengannya sebelum mengalaminya sendiri, maka dia telah kafir. Dan barang siapa menginginkan ibadah setelah mencapai keadaan wushul, maka ia telah menyekutukan Allah swt.”8
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, barang siapa memperoleh kebahagiaan azali, maka selamat atasnya, dia tidak akan terhina selamanya. Dan barang siapa memperoleh kesengsaraan azali, maka celaka baginya, dia tidak akan diterima sama sekali setelah itu.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku jadikan kefakiran dan kebutuhan sebagai kenderaan manusia. Barang siapa menaikinya, maka dia telah sampai di tempatnya sebelum menyeberangi gurun dan lembah.”9
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, bila manusia mengetahui apa yang terjadi setelah kematian, tentu dia tidak menginginkan hidup di dunia ini. Dan ia akan berkata di setiap saat dan kesempatan, ‘Tuhan, matikan aku!’.”10
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, semua makhluk pada hari kiamat akan dihadapkan kepadaKu dalam keadaan tuli, bisu dan buta lalu berasa rugi dan menangis. Demikian pula ketika di dalam kubur.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, cinta merupakan tirai yang membatasi antara sang pencinta dan yang dicintai. Bila sang pencinta telah padam dari cintanya, bererti dia telah sampai kepada Sang Kekasih.”11
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku melihat ruh-ruh menunggu di dalam jasad-jasad mereka setelah ucapanNya, ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu ?’ sampai hari kiamat.”
Lalu sang penolong berkata : “Aku melihat Tuhan yang Maha Agung dan Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, barang siapa bertanya kepadaKu tentang melihat setelah mengetahui, bererti dia terhalang dari pengetahuan tentang melihat. Barangsiapa mengira bahwa melihat tidak sama dengan mengetahui, maka bererti ia telah terperdaya oleh melihat Allah SWT.’”12
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, orang fakir dalam pandangan-Ku bukanlah orang yang tidak memiliki apa-apa, melainkan orang fakir adalah Dia yang memegang kendali atas segala sesuatu. Bila Dia berkata kepada sesuatu, ‘jadilah!’ maka terjadilah ia.”13
Lalu Dia berkata kepadaku : “Tak ada persahabatan dan kenikmatan di dalam syurga setelah kemunculan-Ku di sana, dan tak ada kesendirian dan kebakaran di dalam neraka setelah sapaan-Ku kepada para penghuninya.”14
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku yang Paling Mulia di antara semua yang mulia, dan Aku yang Paling Penyayang di antara semua penyayang.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, tidurlah di sisi-Ku tidak seperti tidurnya orang-orang awam, maka engkau akan melihat-Ku.” Terhadap hal ini aku bertanya : “Wahai Tuhanku, bagaimana aku tidur disisi-Mu?” Dia Berkata : “Dengan menjauhkan jasmani dari kesenangan, menjauhkan nafsu dari syahwat, menjauhkan hati dari pikiran dan perasaan buruk, dan menjauhkan ruh dari pandangan yang melalaikan, lalu meleburkan dzatmu di dalam Dzat.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, katakan kepada sahabatmu dan pencintamu, siapa di antara kalian yang menginginkan kedekatan dengan-Ku, maka hendaklah dia memilih kefakiran, lalu kefakiran dari kefakiran. Bila kefakiran itu telah sempurna, maka tak ada lagi apapun selain Aku.”15
Lalu Dia berkata kepadaku: “Wahai penolong agung, berbahagialah jika engkau mengasihi makhluk-makhluk-Ku, dan beruntunglah jika engkau memaaafkan makhluk-makhluk-Ku.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, katakan kepada pencintamu dan sahabatmu, ambillah manfaat dari do’a kaum fakir, kerana mereka bersama-Ku dan Aku bersama mereka.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku bersama segala sesuatu, tempat tinggalnya, pengawasnya, dan kepada-Ku tempat kembalinya.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, jangan peduli pada syurga dan apa yang ada di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara. Dan jangan peduli pada neraka serta apa yang ada di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara.”16
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, para penghuni syurga disibukkan oleh syurga, dan para penghuni neraka disibukkan oleh-Ku.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, sebahagian penghuni syurga berlindung dari kenikmatan, sebagaimana penghuni neraka berlindung dari jilatan api.”17
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, barang siapa disibukkan dengan selain Aku, maka temannya adalah sabuk [tanda kekafiran] pada hari kiamat.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, orang-orang yang dekat mencari pertolongan dari kedekatan, sebagaimana orang-orang yang jauh mencari pertolongan dari kejauhan.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, sesungguhnya Aku memiliki hamba-hamba yang bukan nabi maupun rasul, yang kedudukan mereka tidak diketahui oleh siapapun dari penghuni dunia maupun penghuni akhirat, dari penghuni syurga ataupun neraka, tidak juga malaikat Malik ataupun Ridwan, dan Aku tidak menjadikan mereka untuk syurga mahupun untuk neraka, tidak untuk pahala ataupun siksa, tidak untuk bidadari, istana mahupun pelayan-pelayan mudanya. Maka beruntunglah orang yang mempercayai mereka meski belum mengenal mereka.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, engkau adalah salah satu daripada mereka. Dan di antara tanda-tanda mereka di dunia adalah tubuh-tubuh mereka terbakar kerana sedikitnya makan dan minum; nafsu mereka telah hangus dari syahwat, hati mereka telah hangus dari pikiran dan perasaan buruk, ruh-ruh mereka juga telah hangus dari pandangan yang melalaikan. Mereka adalah pemilik keabadian yang terbakar oleh cahaya perjumpaan [dengan Tuhan].”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, bila seseorang yang haus datang kepadamu di hari yang amat panas, sedangkan engkau memiliki air dingin dan engkau tidak pula memerlukannya, jika engkau menahan air itu baginya, maka engkau adalah orang yang paling kikir. Bagaimana Aku menolak mereka daripada rahmat-Ku padahal Aku telah menetapkan atas Diri-Ku, bahawa Aku paling Pengasih di antara yang mengasihi.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, tak seorang pun daripada ahli maksiat yang jauh dari-Ku, dan tak seorangpun daripada ahli ketaatan yang dekat pada-Ku.”18
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, bila seseorang dekat kepada-Ku, maka dia adalah dari kalangan maksiat, kerana dia berasa memiliki kekurangan dan penyesalan.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, berasa memiliki kekurangan merupakan sumber cahaya, dan mengkagumi cahaya diri sendiri merupakan sumber kegelapan.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, ahli maksiat akan tertutupi oleh kemaksiatannya, dan ahli taat akan tertutupi oleh ketaatannya. Dan Aku memiliki hamba-hamba selain mereka, yang tidak ditimpa kesedihan maksiat dan keresahan ketaatan.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, sampaikan khabar gembira kepada para pendosa tentang adanya keutamaan dan kemurahan, dan sampaikan berita kepada para pengkagum diri sendiri tentang adanya keadilan dan pembalasan.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, ahli ketaatan selalu mengingat kenikmatan, dan ahli maksiat selalu mengingat akan Yang Maha Pengasih.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku dekat dengan pelaku maksiat setelah dia berhenti dari kemaksiatannya, dan Aku jauh dari orang yang taat setelah dia berhenti dari ketaatannya.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku menciptakan orang awam namun mereka tidak mampu memandang cahaya kebesaran-Ku, maka Aku meletakkan tirai kegelapan di antara Diri-Ku dan mereka. Dan Aku menciptakan orang-orang khusus namun mereka tidak mampu mendekati-Ku dan mereka sebagai tirai penghalang.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, katakan kepada para sahabatmu, siapa di antara mereka yang ingin sampai kepada-Ku, maka dia harus keluar dari segala sesuatu selain Aku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, keluarlah dari batas dunia, maka engkau akan sampai ke akhirat. Dan keluarlah dari batas akhirat, maka engkau akan sampai kepada-Ku.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, keluarlah engkau dari raga dan jiwamu, lalu keluarlah dari hati dan ruhmu, lalu keluarlah dari hukum dan perintah, maka engkau akan sampai kepada-Ku.”
Maka aku bertanya : “Wahai Tuhanku, solat seperti apa yang paling dekat dengan-Mu?” Dia Berkata : “Solat yang di dalamnya tiada apapun kecuali Aku, dan orang yang melakukannya lenyap dari solatnya dan tenggelam kerananya.”19
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, puasa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu?” Dia Berkata : “Puasa yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, dan orang yang melakukannya lenyap darinya."
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, amal apa yang paling utama di sisi-Mu?” Dia Berkata : “Amal yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, baik itu [harapan] syurga ataupun [ketakutan] neraka, dan pelakunya lenyap daripadanya."
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tangisan seperti apa yang paling utama di sisi-Mu?” Dia berkata : “Tangisan orang-orang yang tertawa." Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tertawa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia berkata : “Tertawanya orang-orang yang menangis kerana bertaubat.” Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, taubat seperti apa yang paling utama di sisi-Mu?” Dia Menjawab : “Taubatnya orang-orang yang suci.” Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, kesucian seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia menjawab : “Kesucian orang-orang yang bertaubat.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, pencari ilmu di mata-Ku tidak mempunyai jalan kecuali setelah dia mengakui akan kebodohannya, kerana jika dia tidak melepaskan ilmu yang ada padanya, ia akan menjadi syaitan.”20
Berkatalah sang penolong agung : “Aku bertemu Tuhanku swt dan aku bertanya kepada-Nya, ‘Wahai Tuhan, apa makna kerinduan [‘isyq] ?’, Dia menjawab : ‘Wahai penolong agung, [ertinya] engkau mesti merindukan-Ku dan mengosongkan hatimu dari selain daripada Aku.’” Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, jika engkau mengerti bentuk kerinduan maka engkau harus lenyap daripada kerinduan, kerana ia merupakan penghalang antara si perindu dan yang dirindukan.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, bila engkau berniat melakukan taubat, maka pertama kali engkau harus bertaubat daripada nafsu, lalu mengeluarkan fikiran dan perasaan buruk dari hati dengan mengusir kegelisahan dosa, maka engkau akan sampai kepada-Ku. Dan hendaknya engkau bersabar, kerana bila tidak ada sabar bererti engkau hanya bermain-main belaka.”
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, bila engkau ingin memasuki wilayah-Ku, maka hendaknya engkau tidak berpaling kepada alam mulk, alam malakut, maupun alam jabarut. Kerana alam mulk adalah syaitannya orang berilmu, dan malakut adalah syaitannya ahli makrifat, dan jabarut adalah syaitannya orang yang sadar. Siapa yang puas dengan salah satu daripada ketiga-tiganya, maka dia akan terusir dari sisi-Ku.”
Dan Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, perjuangan spiritual [mujahadah] adalah salah satu lautan di samudera penyaksian [musyahadah] dan telah dipilih oleh orang-orang yang sadar. Barangsiapa hendak masuk ke samudera musyahadah, maka ia harus memilih mujahadah, kerana mujahadah merupakan benih dari musyahadah dan musyahadah tanpa mujahadah adalah mustahil. Barangsiapa telah memilih mujahadah, maka ia akan mengalami musyahadah, dikehendaki atau tidak dikehendaki.”21
Dan Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, para pencari jalan spiritual tidak dapat berjalan tanpa mujahadah, sebagaimana mereka tak dapat melakukannya tanpa Aku.”
Dan Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, sesungguhnya hamba yang paling Ku Cintai adalah hamba yang mempunyai ayah dan anak tetapi hatinya kosong dari keduanya. Jika ayahnya meninggal, ia tidak sedih karenanya, dan jika anaknya pun meninggal, ia pun tidak gundah karenanya. Jika seorang hamba telah mencapai tingkat seperti ini, maka di sisi-Ku tanpa ayah dan tanpa anak, dan tak ada bandingan baginya.”22
Dan Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, siapa yang tidak merasakan lenyapnya seorang ayah kerana kecintaan kepada-Ku dan lenyapnya seorang anak kerana kecintaan kepada-Ku, maka dia tak mungkin merasakan lazatnya Kesendirian dan Ketunggalan.”
Dia juga berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, bila engkau ingin memandang-Ku di setiap tempat, maka engkau harus memilih hati resah yang kosong dari selain Aku.” Lalu aku bertanya : “Tuhanku, apa ilmunya ilmu itu? Dia menjawab : “Ilmunya ilmu adalah ketidaktahuan akan ilmu.”
Dan Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, berbahagialah seorang hamba yang hatinya condong kepada mujahadah, dan celakalah bagi hamba yang hatinya condong kepada syahwat.”
Lalu aku bertanya kepada Tuhanku swt tentang mi’raj. Dia berkata : “Mi’raj adalah naik meninggalkan segala sesuatu kecuali Aku, dan kesempurnaan mi’raj adalah pandangan tidak berpaling dan tidak pula melampauinya [ QS 53 : 17].” Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, tidak ada solat bagi orang yang tidak melakukan mi’raj kepada-Ku.”23
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, orang yang kehilangan solatnya adalah orang yang tidak mi’raj kepada-Ku.”
Keterangan:
1. Alam naasut adalah alam manusia, di dalamnya yang tampak adalah urusan-urusan kemanusiaan yang lembut dan bersifat ruhaniah. Alam malakut adalah alam di mana para malaikat berkiprah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah swt. Alam jabarut adalah alam ghaib tempat urusan-urusan ilahiah yang menunjukkan hakikat daya paksa, kekerasan, kecepatan tindak pembalasan, dan ketidak-perluan kepada segala sesuatu. Alam lahut adalah alam ghaib yang di dalamnya hanya tampak urusan-urusan ilahiah murni.
2. Apa yang dimaksud fakir di sini bukanlah orang yang menginginkan harta benda, melainkan orang yang merasa perlu kepada Allah.
3. Kenderaan di sini bererti sarana untuk menyampaikan seseorang kepada tujuan. Untuk tujuan tertentu, Allah swt memanfaatkan manusia sebagai sarana-Nya, sementara manusia memanfaatkan alam sebagai sarana untuk mencapai tujuannya.
4. Allah swt sebagai pencari sarana, memilih manusia – makhluk yang paling mulia – sebagai kenderaanNya. Betapa agungnya Dia dan betapa terhormatnya manusia yang telah dipilih-Nya. Dan merupakan keagungan pula bagi alam kerana telah dijadikan oleh manusia sebagai kenderaan yang membawanya kepada tujuannya.
5. Jika manusia mengetahui secara hakiki betapa tinggi kedudukannya dan betapa dekatnya dia dengan Allah swt, maka dia akan merasa bahawa pada suatu saat nanti – dek kerana kedekatan itu – Allah akan memberikan kekuasaan-Nya kepadanya. Dek kerana itulah dia akan sentiasa menanti, bila saat penyerahan itu tiba, dengan kalimat : “Milik siapakah kekuasaan pada hari ini?”
6. Allah swt selalu berperanan dalam setiap gerak dan diamnya manusia.
7. Orang yang telah menyedari kefakiran dan keperluannya di hadapan Allah swt, bererti dia telah memahami posisi dirinya terhadap Tuhannya. Sehingga tiada lagi penghalang antara dirinya dan Allah swt.
8. Penyatuan ruhani antara makhluk dan Khaliq tidak akan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Jika seseorang belum mengalaminya sendiri, maka dia akan cenderung mengingkarinya. Dan orang yang mengaku telah mengalaminya padahal belum, maka dia telah kafir. Orang yang telah mencapai keadaan ini, tiada yang diinginkan selain perjumpaan dengan Allah swt. Jika dia menginginkan hal lain, meskipun itu berupa ibadah, dalam maqam ini, dia dianggap telah menyekutukan Allah swt dengan keinginannya yang lain.
9. Kefakiran dan keperluan merupakan sarana yang membawa manusia kepada kesedaran akan jati dirinya dan kebesaran Allah swt. Orang yang telah sampai pada kesedaran semacam ini bererti tdia elah sampai pada posisinya yang tepat tanpa harus menempuh perjalanan yang berliku-liku.
10. Kematian merupakan saat disingkapkannya hakikat segala sesuatu, dan perjumpaan dengan Tuhan adalah saat yang paling dinantikan oleh orang yang merindukan-Nya.
11. Cinta tiada lain kecuali keinginan sang pencinta untuk berjumpa dan bersatu dengan yang dicintai. Bila keduanya telah bertemu, maka cinta itu sendiri akan lenyap, dan keberadaan cinta itu justru akan menjadi penghalang antara keduanya.
12. Apa yang dimaksud kan mengetahui adalah melihat dengan mata hati. Jadi, di sini melihat sama dengan mengetahui.
13. Fakir dalam pandangan Allah swt bukanlah orang yang tidak memiliki harta benda, melainkan orang yang merasa perlu kepada Allah swt, dan tidak memiliki perhatian kepada apapun selain Allah swt. Orang seperti ini, kehendaknya sama dengan kehendak Allah swt, sehingga apa yang dia inginkan untuk terwujud akan terwujud.
14. Keinginan dan kenikmatan terbesar manusia di alam akhirat itu hanyalah perjumpaan dengan Allah swt. Maka kenikmatan di dalam syurga dan kesengsaraan di dalam neraka tidak akan terasa jika dihadapkan pada kenikmatan perjumpaan dengan Allah swt, meskipun itu hanya dalam bentuk sapaan belaka.
15. Kefakiran adalah suatu keadaan perlu. Jika seseorang tidak memerlukan apa pun selain Allah, maka kefakirannya telah sempurna. Baginya, Yang Wujud hanyalah Allah swt, tak ada selain-Nya.
16. Ini seperti ungkapan Rabi’ah Al Andawiyah: “Aku menyembah Allah bukan kerana mengharap syurga atau takut akan neraka, melainkan kerana Dia memang layak untuk disembah dan kerana aku mencintai-Nya.”
17. Penghuni syurga berlindung dari kenikmatan agar mereka tidak terlena sehingga lupa akan kenikmatan yang paling besar, yakni perjumpaan dengan Allah swt.
18. Maksudnya, walaupun seseorang termasuk ahli maksiat, Allah tetap dekat dengannya sehingga jika dia mau bertaubat, Allah pasti menerima taubatnya. Dan janganlah seseorang yang taat menyombongkan diri atas ketaatannya, kerana dengan sikap begitu justru akan semakin jauh dia dari Allah. Memiliki perasaan kekurangan dan penyesalan itulah yang menyebabkan seseorang itu dekat kepada Allah.
19. Lenyap dari solat bermakna bahawa niat dan perhatian si pelaku solat hanya tertuju kepada Allah swt. Fokusnya bukan lagi penampilan fizikal mahupun pergerakan badan, melainkan kepada makna batiniah solat itu.
20. Ilmu yang sesungguhnya adalah yang ada di sisi Allah swt, sementara ilmu yang kita miliki hanyalah semu dan palsu. Selama manusia tidak melepaskan kepalsuan itu, dia tidak akan menemui ilmu sejati. Ilmu sejati tidak akan berlawanan dengan perbuatan. Syaitan adalah contoh pemilik ilmu yang perbuatannya berlawanan dengan ilmu yang dimilikinya.
21. Mujahadah adalah perjuangan spiritual dengan cara menekan keinginan-keinginan jasmani, nafsu, dan jiwa, agar tunduk di bawah kendalian ruh kita. Musyahadah adalah penyaksian akan kebesaran dan keagungan Allah swt melalui tanda-tanda keagungan-Nya di alam ini.
22. Kecintaan seseorang kepada anak atau orang tua semestinya tidak melebihi kecintaannya kepada Allah swt. DIa harus menyedari bahawa orang tua mahupun anak adalah anugerah Allah swt yang bersifat sementara, dan cepat atau lambat dia akan berpisah dengan mereka. Maka seharusnya perpisahan itu tidak membuatnya gundah dan gelisah mengingat hal itu terjadi adalah kerana kehendak Allah SWT [ QS 80 : 34-37]
23. Dalam sebuah hadis, Nabi saw berkata: “Solat adalah mi’raj kaum mukmin.” Mi’raj bererti naiknya ruh menghadap Allah swt meskipun jasad kita tetap berada di alam ini. Jika solat seseorang belum dapat membawanya kepada keadaan seperti ini, bererti dia belum melakukan solat dengan sempurna
0 comments:
Catat Ulasan