TEGAK DIATAS TAUHID, WALAU DI BADAI FITNAH DAN KEJAHILAN YANG MELALAIKAN*


TEGAK DIATAS TAUHID, WALAU DI BADAI FITNAH DAN KEJAHILAN YANG MELALAIKAN*

Lihatlah umat manusia yang ada, betapa banyak di antara mereka yang melalaikan "TAUHID" (Meng-ESA-kan) Allah swt. Sehingga mereka terjerumus didalam berbagai perbuatan Syirik, entah itu Syirik besar mahu pun kecil, entah itu yang nampak mahu pun yang tersembunyi. Padahal, kita semua tahu betapa besarnya bahaya dosa yang satu ini.
Segala puji bagi Allah swt yang menciptakan kehidupan dan kematian sebagai bentuk ujian bagi segenap insan. Selawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasul pembawa Rahmat bagi seru sekalian alam.
Masa-masa yang penuh dengan kekacauan (Baca : Fitnah) dan kelalaian adalah masa-masa yang memerlukan kesiap-siagaan pada diri setiap insan.
Tidakkah kita ingat bersama?,
Wahai saudaraku... Semoga Allah swt menjagaku dan menjagamu, bahawa menjadi orang yang Istiqomah di atas ketaatan di kala fitnah bermaharajalela adalah sebuah keutamaan yang sangat besar.
Dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Beribadah di kala fitnah berkecamuk laksana berhijrah kepadaku.”
(HR. Muslim)
Menjadi orang yang teguh di atas KEBENARAN di saat manusia tenggelam didalam KESESATAN, jelas merupakan sebuah keutamaan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Islam datang dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.”
(HR. Muslim)
Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang asing itu?
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahawa mereka itu adalah;
“Orang-orang yang berbuat baik tatkala orang-orang lain berbuat kerosakan.”
(HR. Thabrani, disahihkan sanadnya oleh Syaikh al-Albani)
Ingatkah engkau wahai saudaraku…
Bahawa kebaikan paling utama yang saat ini banyak dilalaikan oleh manusia adalah TAUHID, IMAN dan KE-IKHLAS-AN?
Tentang keutamaan Tauhid, maka kita semua ingat bahawa Tauhid inilah yang menjadi tujuan diciptakannya seluruh jin dan manusia.
Allah swt berfirman (yang artinya);
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. adz-Dzariyat : 56)
Para ulama salaf menafsirkan bahawa makna ibadah di sini adalah TAUHID.
Lihatlah umat manusia yang ada, betapa banyak di antara mereka yang melalaikan Tauhid. Sehingga mereka terjerumus didalam berbagai perbuatan Syirik. Entah itu Syirik besar mahu pun kecil, entah itu yang nampak mahu pun yang tersembunyi. Padahal, kita semua tahu betapa besarnya bahaya dosa yang satu ini,
Sampaikan Allah swt mengatakan (yang artinya);
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik, yaitu bagi orang-orang yang Allah kehendaki.”
(QS. an-Nisaa’ : 48)
Tentang pentingnya ke-IMAN-an, maka terlalu banyak dalil yang menunjukkan betapa besar peranan Iman bagi kehidupan setiap insan.
Di antaranya Allah swt berfirman (yang artinya);
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang diberikan hidayah.”
(QS. al-An’aam : 82)
Allah swt juga berfirman (yang artinya);
“Demi masa, sesungguhnya semua manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal soleh, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.”
(QS. al-’Ashr : 1-3)
Lihatlah umat manusia yang ada di sekitar kita, betapa banyak orang yang rela menjual ke-IMAN-annya demi mendapatkan kesenangan dunia yang hanya sementara.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Bersegeralah dalam melakukan amalan-amalan sebelum datangnya fitnah-fitnah yang seperti potongan-potongan malam yang gelap gelita. Pada pagi hari seorang masih beriman namun di pagi harinya dia menjadi kafir, atau pada pagi hari dia beriman namun di pagi harinya dia menjadi kafir. Dia menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan dunia.”
(HR. Muslim)
Adapun, tentang keagungan "IKHLAS". Maka banyak sekali dalil yang menunjukkan hal itu kepada kita. Di antaranya,
Allah swt berfirman (yang artinya);
“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya.”
(QS. al-Bayyinah : 5)
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Sesungguhnya setiap amal itu diukur dengan niatnya. Dan setiap orang akan diberi balasan seperti apa yang dia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kerana Allah dan rasul-Nya, niscaya hijrahnya akan sampai kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya kerana motivasi dunia atau kerana keinginan menikahi seorang wanita, maka hijrahnya hanya akan mendapatkan balasan seperti apa yang dia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah, berbagai fenomena yang ada di tengah umat manusia. Betapa banyak indikasi yang mencerminkan rosaknya nilai-nilai KE-IKHLAS-AN ini didalam aktiviti hidup mereka. Penyakit Riya’ dan Ujub seolah telah menjadi wabak yang merebak kemana-mana.
Orang yang solat, orang yang bersedekah, orang yang berdakwah, orang yang mengajarkan kebaikan, tidaklah ada satu celah kebaikan kecuali Syaitan berusaha untuk membidikkan anak panah Ujub dan Riya’ ini kepadanya.
Oleh sebab itu, Allah swt mengajarkan kepada kita untuk senantiasa membaca "Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in" didalam solat kita.
Ibnul Qayyim Rahimahullah menjelaskan;
Menulis keterangan gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahawa "Iyyaka na’budu" merupakan senjata untuk melawan penyakit Riya’, sedangkan "Iyyaka nasta’in" merupakan senjata untuk melumpuhkan penyakit Ujub.
Saudaraku... Semoga Allah swt meneguhkan kita di atas KEBENARAN, TAUHID, IMAN dan KE-IKHLAS-AN inilah yang menjadi perisai hidup seorang muslim. Tidak ada nilainya harta dan keturunan apabila tidak di iringi dengan Tauhid, Iman dan ke-Ikhlasan.
Allah swt berfirman (yang artinya);
“Pada hari kiamat tidaklah berguna harta dan keturunan kecuali bagi orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.”
(QS. asy-Syu’ara’ : 88-89)
Tidaklah seseorang hamba mendapatkan kemuliaan derajat di sisi Allah swt kecuali kerana Tauhid, Iman dan ke-Ikhlasan yang mewarnai tindak-tanduk dan perilakunya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Ada tujuh golongan yang diberi naungan oleh Allah pada hari tiada lagi naungan kecuali naungan dari-Nya : [1] Seorang pemimpin yang adil, [2] Pemuda yang tumbuh dalam ketekunan beribadah kepada Allah, [3] Lelaki yang hatinya bergantung di masjid, [4] Dua orang yang saling mencintai kerana Allah, mereka bertemu dan berpisah kerana-Nya, [5] Seorang lelaki yang diajak berbuat keji oleh seorang wanita berkedudukan dan cantik namun ia mengatakan, ‘Aku takut kepada Allah’, [6] Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di infakkan oleh tangan kanannya, dan [7] Seorang yang mengingat Allah di kala sepi lalu berlinanglah air matanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka di masa-masa yang penuh dengan fitnah dan kelalaian semacam ini setiap muslim harus berjuang mempertahankan Tauhid, ke-Iman-an dan ke-Ikhlas-an yang ada didalam dirinya.
Semoga Allah swt menunjukkan kita kepada KEBENARAN dan meneguhkan kita di atasnya, dan semoga Allah swt menunjukkan kita kebatilan dan menjauhkan kita darinya.
Semoga Allah swt Menghilangkan segala kekusutan didalam hati kita
Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan