Zikir Tauhid


Zikir Tauhid
Manusia terbagi menjadi tiga kelompok/puak/golongan dalam bertauhid dan berdzikir :
Kelompok pertama, adalah kalangan umum,awam, yaitu kalangan permulaan. Maka tauhidnya adalah bersifat lisan zahir belaka, baik dalam ungkapan, wacana, akidahnya, dan keikhlasan, melalui Cahaya Syahadah Tauhid, " Laa Ilaaha Illallah Muhamadur Rasululullah". Ini tergolong dalam tahap Islam. Kelompok kedua, kalangan Khusus Pertengahan, yaitu Tauhid Qalbu, baik dalam tujuan, perkerjaan qalbu maupun akidah, serta keikhlasannya. Inilah disebut tahap Iman. Khususul Khusus, yaitu Tauhidnya akal, baik melalui pandangan nyata, yaqin dan penyaksian (musyahadah) kepadaNya. Inilah Tahap Ihsan.
Maqomat zikir
zikir mempunyai tiga tahap (maqomat) :
1. Zikir melalui Lisan : Yaitu zikir bagi umumnya/awam makhluk.
2. Zikir melalui Qalbu : Yaitu zikir bagi kalangan khusus dari orang beriman.
3. Zikir melalui Ruh: Yaitu zikir bagai kalangan lebih khusus, yakni zikirnya kaum 'arifin melalui fana'nya atas zikirnya sendiri dan dalam menyaksikan pada Yang Maha Dizikiri serta anugerahNya apada mereka.
Hal keadaan zikir "Allah"
Bagi pendzikir Ismul Mufrad "Allah" ada tiga hal keadaan ruhani:
Pertama: Keadaan hal remuk redam dan fana'.
Kedua: Keadaan hal hidup dan baqo'.
Ketiga: Keadaan nikmat dan rido.
Hal keadaan pertama: Remuk rendam dan fana'Yaitu zikir orang yang membatasi pada dzikir "Allah" saja, bukan Asma-asma lain, yang secara khusus dilakukan pada awal mula perjalanan permulaan. Ismul Mufrod tersebut dijadikan sebagai munajatnya, lalu mengokohkan manifestasi "Haa' di dalamnya ketika berdzikir.
Siapa yang mendawamkan (melaziminya) maka keadaan lahiriyahnya terfana'kan dan batinnya terhanguskan. Secara lahiriyah ia seperti orang gila, akalnya terhanguskan dan remuk redam, tak satu pun diterima oleh orang. Manusia menghindarinya bahkan ia pun menghindar dari manusia, demi kokohnya remuk rendam dirinya sebagai pakaian lahiriahnya. Rahasia Asma "Allah" inilah yang hanya disebut. Bila menyebutkan sifat Uluhiyah, maka tak satu pun manusia mampu menyifatinya. Ia tidak menetapi suatu tempat, yang dapat berhubungan dengan jiwa seseorang, walau di tengah khalayak ramai, sebagaimana firman Allah swt :
"Tidak ada lagi pertalian nasab diantara mereka di hari itu dan tidak ada pula saling bertanya." (Al-Mu'minun: 101)
Sedangkan keadaan batinnya seperti mayat yang fana, karena zat dan sifatnya diam belaka. Diam pula dari segala kecondongan dirinya maupun kebiasaan sehari-harinya, disamping anggota tubuhnya lunglai, hatinya yang tunduk dan khusyu'.
Sebagaimana firmanNya :
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat." (Al-Muzammil: 5)
"Dan kamu lihat bumi ini kering, dan apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah, dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah." (Al-Hajj : 5)
Hal keadaan kedua: Dari keadaan hidup dan abadi (baqo'), yaitu manakala orang yang berzikir dengan Ismul Mufrod "Allah" tadi mencapai hakikatnya, kokoh dan melunakkan dirinya, maka ciri-cirinya dan sifat-sifatnya terhanguskan.
Allah meniupkan Ruh Rido setelah "kematian ikhtiar dan hasrat kehendaknya". Ia telah fana' dari hasrat kebiasaan diri dan syahwatnya, dan telah keluar dari sifat-sifat tercelanya, lalu berpindah ( dari hal keadaan remuk rendam nan fana' menuju keadaan hidup dan baqo'. Hal keadaan tersebut menimbulkan hal perasaan kharismatik dan kehebatan dalam semesta, dimana segalanya takut, mengagungkan dan merasa hina dihadapan hamba itu bahkan semesta meraih berkah,rahmah dengan kehadirannya.
Hal keadaan ketiga: Keadaan Nikmat dan Rido, maka bagi orang yang menzikirkan "Allah" pada keadaan ini senantiasa mengagungkan apa pun perintah Allah swt, jiwanya dipenuhi rasa kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah Ta'ala, tidak lagi sembunyi-sembunyi dalam mengajak manusia menuju agama Allah swt. Dari jiwanya terhampar luas bersama Allah swt, hanya bagi Allah swt.
Rahmat Allah swt meliputi keleluasaannya, dan tak satu pun makhluk mempengaruhinya, bahkan tidak ada sesuatu yang tersisa kecuali melalui jalan izin Allah swt. Ia telah berpindah dari hal keadaan ruhani hidup dan baqo', menuju keadaan nikmat dan rido, hidup dengan kehidupan yang penuh limpahan nikmat selamanya, mulia, segar dan penuh ridoNya. Tak sedikit pun ada kekeruhan maupun perubahan. Selamat, lurus ,aman dalam keadaan ruhaninya, aman dan tenteram.
Sebegitu kokohnya, ia bagaikan hujan deras yang menyirami kegersangan makhluk, dimana pun ia berada, maka tumbuhlah dan suburlah jiwa-jiwa makhluk disebabkannya. Hingga ia raih kenikmatan dan rido bersama Allah Ta'ala, dan Allah pun meridoinya. Allah swt berfirman :
"Kemudian Kami bangkitkan dalam kehidupan makhluk (berbentuk) lain, maka Maha Berkah Allah sebagai Sebagus-bagus Pencipta" (Al-Mu'minun: 14).
Suatu hari seorang Sufi sedang berada di tengah majlis Asy-Syibli,
tiba-tiba berteriak, "Allah!"
Asy-Syibli menegur, "Apakah ini! Kalau kamu memang jujur, maka kamu masyhur (di langit), jika kamu dusta, kamu benar-benar hancur!".
Seorang lelaki juga berteriak di hadapan Abul Qasim al-Junaid ra, dan al-Junaid berkomentar,
"Saudaraku Bila yang anda sebut itu menyaksikanmu dan anda pun hadir bersamaNya, berarti engkau telah mengoyak tirai dan kehormatan, dan mendapatkan kecemburuan haruman pencinta yang diberikan. Namun jika anda mengingatNya, sedangkan anda ghaib dariNya, maka menyebut yang ghaib (tidak hadir) berarti menggunjing/mengumpat. Padahal menggunjing itu haram."
Dikisahkan dari Abul Hasan ats-Tasuri ra, ketika beliau berada di rumahnya selama tujuh hari tidak makan dan tidak minum serta tidak tidur, ia tetap terus menerus menyebut Allah…Allah…
Kisah ini disampaikan kepada Al-Junaid atas tingkah lakunya itu.
"Apakah dia menjaga kewajiban waktunya?" Tanya al-Junaid.
"Dia tetap solat tetap pada waktunya."
"Alhamdulillah, Allah yang menjagaNya, dan tidak memberikan jalan kepada syaitan padanya." Kata al-Junaid.
Kemudian al-Junaid berkata kepada para muridya, "Ayuh mari kalian semua berdiri dan mendatanginya, mungkin kita boleh memberi manfaat padanya atau sebaliknya kita mengambil faedah darinya."
Ketika al-Junaid masuk di hadapannya, al-Junaid berkata, "Wahai Abul Hasan, apakah ucapanmu Allah..Allah..itu bersama Allah (Billah) atau bersama dirimu sendiri? Bila engkau mengucapkan bersama Allah, maka bukan andalah yang mengucapkannya. Karena Dialah yang berkalam melalui lisan hambaNya. Sang Penzikir adalah diriNya bersama DiriNya. Namun bila yang menyebut tadi adalah dirimu bersama dirimu, sedangkan anda juga bersama dirimu sendiri, maka apalah artinya remuk rendam."
"Engkaulah sebaik-baik sang pendidik wahai Ustaz," kata ats-Tsauri. Dan rasa gelisah remuk rendamnya tiba-tiba hilang.
Dan aku remuk rendam bersamamu karena mengenangmu
Dan benar atas kebaikan yang melimpah dengan kenanganmu
Dan fana bersamamu penuh keasyikan.
Siapa yang tak pernah merindu pada cinta
Asmara yang mengalahkan akalnya
Demi umurku sungguh ia celaka.
Tak ada zikir melainkan tenggelam sirna dengan zikirnya dari merasa berzikir
Hanya kepada Yang Diingatlah yang terkenang
Dalam fana dan pertemuan
Siapa yang masih ada akalnya, ia tak akan pernah berzikir
Siapa yang hilang dari zikir, maka benarlah ia telah memhubung kepadaNya
Zikir itu sendiri merupakan pembersihan dari kealpaan,kelalaian dan kelupaan, melalui kelaziman hadirnya qalbu dan keikhlasan zikir lisan, disertai memandangNya, dariNya. Sang Tuanlah yang mengalurkan ucapan zikir melalui lisan hambaNya.
Dikatakan, zikir adalah keluar dari medan kealpaan menuju padang musyahadah (penyaksian kepadaNya).
Hakikat zikir adalah mengkonsentrasikan/mengkhusukkan Yang dizikir, dengan sirrnya si penzikir dari zikirnya, dan fananya si penzikir dalam musyahadah dan kehadiran jiwa, sehingga ia tidak terhilangkan dirinya melalui musyahadah kepadaNya di dalam musyahadahnya. Maka si penzikir menyaksikan Allah bersama Allah, sehingga Allahlah Yang Berzikir dan Yang Dizikir.
Maka dari segi kemudahan dariNya untuk si hamba, dan keleluasaan untuk berzikir melalui lisannya, maka Dialah Yang Berzikir kepada hambaNya, lalu segala yang disebutnya adalah dariNya.
Dari segi intuisi(Intuisi diartikan sebagai suatu proses datangnya pengetahuan secara langsung atau tiba-tiba ) awal yang datang dariNya, maka Dialah Yang Berzikir pada DiriNya melalui lisan hambaNya. Sebagaimana riwayat hadits shahih disebutkan,
bahwa Allah Ta'ala berfirman: "Akulah pendengaran yang dengannya ia mendengar, dan Akulah penglihatan yang dengannya ia melihat, dan Akulah lisannya yang dengannya ia bicara."
Dalam riwayat lain juga disebutkan, "Maka Akulah pendengaran, penglihatan, lisan, tangan dan penguat baginya."
Allahu Allah
Shaykh Ibnu Athaillah As Sakandari
Zikir Lillah Billah Ma'Allah
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد قمر الوجود في هذا اليوم وفي كلّ يوم وفى اليوم الموعود سر و جهرا في الدنيا و الآخرة و على اله وصحبه و سلم.
Sumber dari 
Hizbun AnNabi wa AaliBaitihi wa Ashabihi
Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan