HIJRAH
Kata hijrah (Ù‡ِجْرَØ©ٌ) berasal dari akar kata hajara (Ù‡َجَرَ) yang berarti berpindah (tempat, keadaan, atau sifat), atau memutuskan, yakni memutuskan hubungan antara dirinya dengan pihak lain, atau panas menyengat, yang memaksa pekerja meninggalkan pekerjaannya. Dalam pengertian syar'iy, hijrah berarti, "perpindahan Rasulullah saw. bersama sahabat-sahabatnya dari Mekkah menuju Madinah, kira-kira tahun ke-13 dari masa kenabiannya". Atau "perpindahan dalam rangka meninggalkan kampung kemusyrikan menuju suatu kampung keimanan, dalam rangka melakukan pembinaan dan pendirian masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Atau meninggalkan tempat, keadaan, atau sifat yang tidak baik, menuju yang baik di sisi Allah dan Rasul-Nya (kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.).
Imam Ibnu al-Qayyim dalam Risalah Tabukiyah menyatakan hijrah yang hukumnya fardhu ain adalah menuju Allah dan Rasul-Nya, tidak hanya berupa jasad namun juga diikuti dengan hati. Allah berfirman, ''Maka segeralah (berlari) kembali menaati Allah.'' (Adz-Dzariyaat [51]: 50).
hijrah kepada Allah ialah dengan meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju apa yang dicintai-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ''Seorang Muslim ialah orang yang kaum Muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.''
(HR Bukhari dan Muslim)
Hijrah ini meliputi dari dan menuju: Dari perbuatan syirik menuju tauhid, dari jahiliyah menuju Islamiyah, dari mungkar menuju ma'ruf, dari maksiat menuju taat. Dari kecintaan kepada selain Allah menuju kecintaan kepada-Nya, dari takut kepada selain Allah menuju takut kepada-Nya. Dari berharap kepada selain Allah menuju berharap kepada-Nya. Dari tawakal kepada selain Allah menuju tawakal hanya kepada-Nya. Dari berdoa kepada selain Allah menuju berdoa kepada-Nya. Dari tunduk kepada selain Allah menuju tunduk kepada-Nya.
Hijrah sebagai sebuah gerakan secara fisik sangat berkaitan dengan gerakan yang bersifat spiritual. Artinya, keberhasilan berhijrah tidak semata-mata ditentukan oleh perpindahan fisik, tapi juga ditentukan oleh niat dari seseorang untuk melakukan perpindahan.
Dalam konteks modern saat ini, hijrah dipahami sebagai upaya untuk mengubah perilaku dan mental dengan semangat ke-Islam-an yang baru. Pada akhirnya, hijrah adalah keberanian untuk tampil beda.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al-Qur'an) ini benar-benar menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah)."
QS. Al-Anbiya 21: Ayat 106
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS al-Baqarah 2 : ayat 218.
"Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian Kitab (Hikmah)? Mereka diajak (berpegang) pada Kitab Allah untuk memutuskan (perkara) di antara mereka. Kemudian sebagian dari mereka berpaling seraya menolak (kebenaran)."Hal itu adalah karena mereka berkata ; Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja. Mereka teperdaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan."
QS. Ali 'Imran 3: Ayat 23-24
"Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Mekah) tidak beriman. Jika Kami menghendaki, niscaya Kami turunkan kepada mereka mukjizat dari langit, yang akan membuat tengkuk mereka tunduk dengan rendah hati kepadanya."
QS. Asy-Syu'ara' 26: Ayat 4
"Tidakkah mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukannya di bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu. Kami curahkan hujan yang lebat untuk mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan generasi yang lain setelah generasi mereka."
QS. Al-An'am 6: Ayat 6
"Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia.
Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur'an agar setiap orang tidak terjerumus (ke dalam neraka), karena perbuatannya sendiri.
Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apa pun, niscaya tidak akan diterima.
Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka), disebabkan perbuatan mereka sendiri.
Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kefasikan mereka dahulu."
QS. Al-An'am 6: Ayat 70
"Katakanlah (Muhammad), Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
QS. Ali 'Imran 3: Ayat 26
"Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. "Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya'qub kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh, dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, (dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan rasul) dan mereka Kami beri petunjuk ke jalan yang lurus."
"Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Sekiranya mereka menyekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan."
"Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan Kitab, Hikmah, dan kenabian.
Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya."
QS. Al-An'am 6: Ayat 83-89
"Dia (Musa) berkata, Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu, pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu."
"(Allah) berfirman, (Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka, janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu."
QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 25-26
Tujuan utama dari perayaan hijrah tidak mungkin dicapai kalau peristiwa itu dipahami hanya sebagai rekayasa Allah swt sendiri. Akan tetapi dengan mengungkapkan aspek historisnya secara objektif, pasti akan membuahkan sejumlah hikmah kehidupan dalam membangun peradaban komunitas Muslim, paling tidak sebagai awal kebangkitan Islam dan umat Islam.
Bahkan uraian tentang sejarah hijrah seyogianya melampaui batas-batas penggambaran peristiwanya, akan tetapi mencakup makna-makna yang harus ditarik dari padanya apa yang dapat mengantar umat Islam kepada perubahan-perubahan positif, karena demikian itulah seharusnya uraian sejarah. Memang dahulu, sejarah merupakan uraian peristiwa, pelaku, dan masa kejadiannya. Akan tetapi kini, sejarah tidak lagi terbatas pada hal-hal tersebut. Sejarah dipelajari dan diuraikan dalam rangka menciptakan masa depan gemilang, yang kelak akan menjadi sejarah dan untuk maksud tersebut, setiap peristiwanya dianalisis, sehingga dipahami latar belakangnya dan faktor-faktor yang mengantar kepada kejadiannya. Dan ini pada gilirannya harus mampu melahirkan sikap yang mengantar kepada keberhasilan dan kemajuan lahir dan batin.
( Sumber dari THORIQAT NAQSYABANDIYAH )
0 comments:
Catat Ulasan