KENALI TAKDIR ALLAH SUPAYA MAKRIFAT-MU LEBIH BERADAB

 


KENALI TAKDIR ALLAH SUPAYA MAKRIFAT-MU LEBIH BERADAB

TAKDIR ITU BISA DIUBAH (TAPI SKB)
HAKEKAT SYUKUR, BERSERAH DIRI, & REDHA'
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami jadikan segala sesuatu dengan Qadar (ukurannya) masing-masing”.(Al Qur'an : surah al Qamar : ayat 49)
“Allah telah menulis takdir seluruh makhluk-Nya sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (Hadist Riwayat Muslim)
Dalam peristiwa Isra' Mi'raj, setelah selesai mengimami sholat berjamaah ruh para Nabi dan Rasul di Masjidil Aqsa (Baitul Maqdis), Yerussalem, Palestina, Nabi Muhammad SAW menyaksikan perdebatan antara Nabi Musa AS dengan Nabi Adam AS:
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Adam dan Musa pernah berdebat.
Musa berkata: ‘Wahai Adam, engkau adalah Bapak kami. Tetapi engkau telah mengecewakan kami karena menyebabkan kami keluar dari surga.’
Adam menjawab:
‘Engkau wahai Musa, telah dipilih dan dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan kehendak-Nya engkau dapat bercakap-cakap dengan-Nya. Apakah engkau mencelaku karena urusan yang telah ditakdirkan Allah atasku sejak 40 tahun sebelum aku diciptakan-Nya?’
Demikianlah Adam membantah Musa (3x) Hadist Riwayat Bukhari, no. 3407 dan Muslim, no. 2652
Gara-gara takdir hampir-hampir menggoyahkan pendirian kita karena takut. Sungguh Takdir Allah tidaklah seburuk itu jika kita mengenalinya. Orang Arifbillah pantang takut dengan takdir. Takut itu karena tidak kenal (makrifat).
Bagaimana praktiknya supaya bisa begitu...?
jawabnya :
raihlah bagaimana caranya supaya Allah redha'. Berinteraksi sosial lah supaya tambah tajam "khawas-nya" dengan lingkungan sekitar. Jangan egois / mementingkan diri sendiri.
Redha' / Ridho = rela, menerima dengan tulus apa saja kehendak Allah.
Bahasa filsafat jawanya: 'nrimo ing pandum, maksudnya: sikap menerima secara penuh berbagai kejadian pada masa lalu, masa sekarang, serta segala kemungkinan yang bisa terjadi pada masa yang akan datang
Prinsip hidup orang ahli Makrifat / Arifbillah (orang yang kenal Allah) ialah menempuh jalan supaya Allah ridho / rela pada kita.
Karena sudah merasakan fana', maka praktiknya tidak ada lagi "merasa siapa yang diuji atau siapa yang menguji."
Orang ahli Makrifat / Arifbillah jangan egois, wajib selalu mengikuti apa yang diinginkan Allah, sehingga praktiknya ia akan banyak berbuat baik, berhati lembut, tidak suka menyakiti perasaan saudara, ikut menjaga keamanan sosial, ringan hati berkorban menolong sesama, peduli memelihara lingkungan hidup, tidak merusak alam lingkungan hidup, dan yang utama adalah memanifestasikan kehendak / keinginan Allah. Inilah hakekatnya, Sehingga ia tampil berinteraksi sosial sebagai MUHAMMAD RAHMATAN LIL ALAMIN.
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
(al Qur'an : Surah Yunus : 62 - 64)
TAKDIR ITU BISA DIUBAH
Qada = ketetapan Allah yang sudah permanen
Qadar = realisasi ukuran ketetapan yang akan terjadi
Tiap makhluk Allah sudah ditetapkan Allah takdirnya secara permanen (Qada). Pasti tiap diri akan menemuinya tanpa kecuali, tapi dengan ukuran (Qadar) yang berbeda. ada yang terima kontan, ada pula yang dapat keringanan karena sebab tertentu saat menghadapi takdir.
Misal, Qada' Anda ditakdirkan kecelakaan berat di suatu tempat. Karena takdir, Anda tetap tak bisa menghindarinya. Saat menemui takdir itu, Qadar Anda dalam kecelakaan itu selamat karena sebelumnya pernah berbuat baik memberi makan orang jompo.
Jangan kuatir, Takdir Allah itu bisa diubah namun dengan syarat dan ketentuan berlaku (SKB).
Contohnya:
amal sedekah itu bisa mendatangkan redha' Allah.
Diantara 400 orang Yahudi Madinah Bani Qainuqa yang antri dihukum pancung karena berkhianat melanggar perjanjian, tiba-tiba datang Malaikat Jibril memberitahu Nabi bahwa ada 1 orang Yahudi harus dibebaskan dari hukuman pancung karena ia adalah seorang yang pemurah, suka memberi makan, menjamu tamu, sabar bila ditimpa musibah, dan gemar menolong orang lain.
Nabi diberitahu Jibril, bahwa seorang budaknya telah diubah ketetapannya oleh Allah yang semula sebagai ahli neraka diubah menjadi ahli surga setelah bersedekah kurma meski ia dalam keadaan lapar.
Seorang ummat Nabi Sulaiman diselamatkan Allah dari gangguan Jin yang akan membunuhnya karena bersedekah sebiji telur burung.
Seorang pelacur diubah ketetapannya oleh Allah dari ahli neraka menjadi ahli Surga setelah bersedekah memberi minum seekor anjing yang kehausan.
“Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah. Obatilah penyakitmu dengan sedekah. Sedekah itu sesuatu yang ajaib. Sedekah menolak 70 macam bala dan bencana, dan yang paling ringan adalah penyakit kusta dan sopak / vitiligo.” (hadits riwayat At-Thabrani).
MENGAPA ALLAH REDHA' KEPADA ORANG YANG BERSEDEKAH... ?
Karena sedekah yang tulus ikhlas hanya bisa dilakukan oleh orang SHIDDIQ yang berhati jujur dan benar tanpa pamrih.
Jujur kepada sesama manusia.
Benar karena Allah.
Mushoddiqin = orang yang bersedekah
Shiddiq = sifat jujur dan benar.
BAGAIMANA CARA MERAIH REDHA' ALLAH
Sadarlah, Allah telah meminjami kita:
kaki dan tangan untuk bergerak,
nafsu untuk menghendaki suatu,
akal untuk pintar berpikir,
nyawa untuk hidup dan bernafas,
telinga untuk mendengar,
mata untuk melihat,
mulut dan lidah untuk berbicara.
Jika "pinjaman kredit" itu tidak segera dikembalikan, tentu saja "Tukang Kredit-nya" pasti marah-marah.
Karena itu, jangan ditunda nunggu sakaratul maut, segerakan "kembalikan" atau lunasi pinjaman itu sebagai tanda terima kasih kepada-Nya. itulah yang disebut HAKEKAT SYUKUR.
Dan mengembalikan "pinjaman" itulah yang dimaksud HAKEKAT BERSERAH DIRI (tawakkaltu 'alallah) supaya diri kita Fana' (tiada), Fakir (tak punya apa-apa) dan tak punya daya upaya.
Tujuannya adalah supaya Yang Memberi Pinjaman itu REDHA'.
Ringkasnya supaya aman, sopir itu cukup satu, jangan ikutan menyopir supaya gak nabrak ke sana-sini.
Logika akal, umpama kita dipinjami baju bagus satu stelan komplit dengan aksesorisnya.
ini "adabnya" :
Jika kita "mengaku" baju itu milik kita, itu namanya durhaka alias syirik.
itulah Pengakuan / Syahadat Palsu.
Tapi jika kita mengaku dan menyaksikan (syahadah) bahwa baju stelan itu milik Allah, itulah yang benar Tauhidnya. itulah hamba yang tau terima kasih (SYUKUR).
Jadi serahkan baju itu kepada Pemilik-Nya dengan cara :
ganti "pengakuan / syahadah", bahwa baju satu stelan itu 100% milik-Nya.
itulah Pengakuan / Syahadat yang benar.
Faham secara Makrifat,
Bisa bergerak itu dikarenakan Allah, bukan sebab punya kaki dan tangan.
Bisa berkehendak itu dikarenakan Allah, bukan sebab punya nafsu
Bisa pintar / berilmu pengetahuan itu dikarenakan Allah, bukan sebab punya otak dan akal pikiran.
Bisa hidup bernafas itu dikarenakan Allah, bukan sebab punya nyawa.
Bisa mendengar itu dikarenakan Allah, bukan sebab punya telinga
Bisa melihat itu dikarenakan Allah, bukan sebab punya mata.
Bisa bertutur kata itu dikarenakan Allah, bukan sebab punya mulut dan lidah.
jika semua sudah diserahkan, maka otomatis Yang Ngasi Pinjaman pasti akan senang dan redha'.....
Dan inilah bonusnya:
Keinginan-mu adalah perintah bagi-Ku.
لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰٓٮِٕکَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ ۙ وَالسَّآٮِٕلِيْنَ وَفِى الرِّقَابِ ۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّکٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَاْسَآءِ وَالضَّرَّآءِ وَحِيْنَ الْبَاْسِ ۗ اُولٰٓٮِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
(Al Qur'an : Al-Baqarah : 177)
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu…” (Al Qur'an : Al Hadiid: 22-23)
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, di depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah nasib diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang mampu menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Al Qur'an : Ar-Ra'd : 11)

( Sumber dari Grup Ilmu Tasawuf - Hakikat )

Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan