KISAH CUCU RASULULLAH TERBUNUH


 KISAH CUCU RASULULLAH TERBUNUH

"Kepala Imam Husain as Berbicara kepada Pendeta"

Allamah Damiri, salah seorang ulama terkenal Ahlusunah, dalam buku Hayatul Hayawan, di bawah kata Yahya mengatakan : ada tiga kepala yang terpisah dari raganya dan berbicara kepada orang lain. Yaitu kepala suci Nabi Yahya as, Imam Husain bin Ali as, dan kepala Sa‘id bin Jubair.

Pada saat pasukan Ibnu Ziyad berhenti di samping biara seorang pendeta, mereka meletakkan kepala Imam Husain as di dalam peti. Sementara menurut riwayat Quthub Rawandi, kepala itu ditancapkan di ujung tombak. Mereka duduk melingkar untuk menjaganya.

Mereka menghabiskan malam dengan meminum minuman keras. Kemudian mereka membentangkan makanan dan sibuk memakannya. Tiba tiba mereka melihat dari dinding biara keluar sebuah tangan. Lalu dengan pena dari besi tangan itu menuliskan syair berikut di atas dinding:

"Apakah umat yang sudah membunuh Husain, masih mengharap syafaat kakeknya pada hari perhitungan?"

Karena melihat kejadian itu, mereka tidak lagi berselera makan. Mereka segera tidur karena ketakutan. Pada tengah malam, seorang pendeta mendengar suara ratapan. Pendeta itu juga mendengar seseorang yang sedang mengucapkan zikir dan tasbih.

Dia bangun dan mengeluarkan kepalanya ke jendela. Dia melihat dari sebuah peti yang diletakkan di samping dinding, ada cahaya terang terpancar ke langit. Lalu secara berkelompok para malaikat turun dan mengucapkan,

“Salam sejahtera bagimu wahai putra Rasulullah. Salam sejahtera bagimu wahai Aba Abdillah. Salawat dan salam Allah bagimu.”

Melihat kejadian ini, pendeta itu terkejut dan ketakutan. Dia menunggu dengan sabar hingga masuk waktu Subuh. Setelah tiba waktu Subuh, dia keluar dari biara dan bertanya, ”Apa isi peti ini?"

Mereka menjawab, “Kepala Husain bin Ali."

Pendeta itu bertanya lagi, “Siapa nama ibunya?"

Mereka menjawab, "Fathimah Zahra, putri Muhammad Musthafa saw."

Pendeta itu berkata, “Celaka kalian, atas apa yang telah kalian lakukan! Sungguh benar apa yang diberitahukan para rahib kami bahwa pada manakala orang ini terbunuh maka langit nkan menurunkan hujan darah. Dan ini tidak akan terjadi kecuali dia seorang nabi atau seorang washi (penerima wasiat) nabi.

Sekarang, aku mohon kepada kalian untuk menyerahkan kepala ini selama satu jam kepadaku. Setelahnya, aku akan kembalikan lagi kepada kalian."

Mereka berkata, “Kami tidak akan mengeluarkan kepala ini kecuali di hadapan Yazid supaya kami mendapat hacliah darinya."

Pendeta itu bertanya, "Apa hadiahnya?"

Mereka menjawab, “Satu kantong uang berisi sepuluh ribu dirham."

Pendeta itu berkata, “Saya akan berikan uang sejumlah itu kepada kalian.”

Kemudian pendeta itu mengambil kantong uang yang berisi sepuluh ribu dirham. Mereka mengambil uang itu dan memberikan kepala suci Imam Husain kepada pendeta tersebut selama satu jam.

Pendeta itu membawa kepala itu ke tempat ibadahnya. Lalu membasuhnya dengan air bunga dan memberinya wewangian. Setelah itu, ia meletakkannya di tempat sujudnya. Lalu ia menangis dan berkata kepada kepala itu,

"Wahai Aba Abdillah, sungguh aku sangat menyesal tidak berada di Karbala hingga dapat mempersembahkan nyawaku untukmu. Wahai Aba Abdillah, kapan saja engkau bertemu dengan kakekmu, berilah kesaksian bahwa aku telah mengucapkan syahadah dan masuk Islam di hadapanmu.”

Sebagian meriwayatkan:

Pendeta itu berkata kepada kepala suci, “Hai kepala pemimpin alam semesta. Aku menyangka engkau bagian dari orang orang yang telah Allah gambarkan di dalam Taurat dan Injil dan telah diberikan keutamaan takwil oleh Nya. Karena para pemimpin Bani Adam di dunia dan di akhirat menangisimu. Aku ingin mengenal nama dan sifatmu."

Kepala yang suci itu menjawab, “Akulah orang yang teraniaya. Akulah orang yang bersedih. Akulah orang yang berduka. Akulah orang yang dibunuh oleh pedang kezaliman. Akulah orang yang dizalimi dengan perang melawan orang durhaka. Akulah orang yang dengan tanpa dosa, hartanya dirampas. Akulah orang yang dicegah untuk mendapatkan air. Akulah orang yang diusir dari keluarga dan negerinya."

Pendeta Kristen itu berkata, "Demi Allah, hai kepala suci, jelaskan tentang dirimu lebih jelas lagi."

Kepala itu berkata, “Akulah putra Muhammad Musthafa. Akulah putra Ali Murtadha. Akulah putra Fathimah Zahra. Akulah putra Khadijah Kubra. Akulah putra al ‘Urwatal Wutsqa. Akulah syahid Karbala. Akulah orang yang terbunuh di Karbala. Akulah yang teraniaya di Karbala. Akulah yang kehausan di Karbala.”

Ketika murid-murid pendeta itu melihat hal ini, mereka menangis dan mematahkan tiang Salib. Lalu mereka datang kepada Imam Ali Zainal Abidin as dan berikrar masuk Islam

Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan