Nikmat Allah
Pertama : secara batiniah ia harus mengakui telah menerima nikmat dari Allah.
Kedua : secara lahiriah ia mengucapkan syukur atas nikmat itu.
Ketiga : ia harus menjadikan nikmat itu sebagai pendorong untuk lebih giat beribadah kepada Allah.
Bila ketiga hal tersebut telah berpadu dalam diri seorang hamba, maka ia layak dikatakan sebagai hamba yang bersyukur kepada Allah.
Tiga hal tersebut sebenarnya perpaduan antara hati, lisan dan perbuatan.
Hati menjadi media untuk merasakan dan meyakini bahwa Allah-lah yang telah memberikan nikmat itu, bukan yang lain.
Hati senantiasa merasakan kebaikan Allah sehingga mengakui sifat-sifat Maha Luhur yang dimiliki-Nya.
Implementasi ini akan membuka pintu ke arah ketaatan kepada Allah.
Lisan sebagai media untuk memuji kebaikan-Nya itu, sementara perbuatan merupakan transformasi kesyukuran itu yang nampak dalam bentuk ketaatan beribadah dan pencegahan diri dari segala macam bentuk kemaksiatan.
Perpaduan hati, lisan, dan perbuatan bukan hanya prasyarat dalam bersyukur kepada Allah, namun jauh lebih mendasar daripada itu juga pada pengertian iman.
Iman tidak sempurna kalau hanya ada di hati, sementara tidak ada dalam lisan dan perbuatan.
Hilangnya iman dari salah satu komponen itu menyiratkan ketidaksempurnaannya.
Maka, ketiganya harus padu dalam diri orang-orang yang beriman kepada Allah.
Manusia yang senantiasa bersyukur kepada Allah memiliki kemuliaan dan keistimewaan dibandingkan yang lain.
Ia akan selalu merasakan nikmat Allah dalam hidupnya.
Rasa syukur dan merasakan kehadiran nikmat itu selalu bersama.
Semakin banyak seseorang bersyukur, semakin banyak nikmat Allah yang dirasakannya.
Semakin banyak nikmat yang ia rasakan, semakin dalam rasa syukurnya pada Allah.
Keberadaan orang-orang yang seperti ini akan selalu disertai oleh anugerah Allah.
Di mana pun ia berada dan kondisi apa pun yang ia alami, Allah selalu melimpahkan keberkahan padanya.
FIRMAN PENERANG JIWA
Allah SWT berfirman:
"Wahai anak Adam!
Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan sangat jauh. Perbaruilah amal ibadahmu karena laut sangat dalam. Cermatlah dalam beramal karena ash-shirat begitu halus. Dan, ikhlaslah dalam bekerja, karena sang pengintai Maha Melihat.
Segala kenikmatan akan kau dapatkan di surga dan waktu liburanmu adalah di akhirat, dan kau akan mendapatkan bidadari yang bermata jeli. Jadikan dirimu untuk-Ku, maka Aku akan jadikan diri-Ku untukmu. Mendekatlah kepada-Ku dengan meremehkan dunia dan mencintai orang-orang saleh. Sungguh, Allah tak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.” --Imam Al-Ghazali, kitab Al-Mawaizh fi al-Ahadis al-Qudsiyyah.
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى:
يَابْنَ آدَمَ! أَكْثِرُوا مِنَ الزَّادِ فَإِنَّ الطَّرِيْقَ بَعِيْدٌ، وَجَدِّدِ الْقِيَامَ للهِ فَإِنَّ الْبَحْرَ عَمِيْقٌ، وَحَقَّقُوا الْعَمَلَ فَإِنَّ الصِّرَاطَ دَقِيْقٌ، وَأَخْلِصِ الْفِعْلَ فَإِنَّ النَّاقِدَ بَصِيْرٌ.
فَشَهَوَاتُكَ فِي الْجَنَّةِ، وَرَاحَتُكَ إِلَى الآخِرَة، وَلَدَيْكَ الْحُورُ الْعِيْنُ، وَكُنْ لِي أَكُنْ لَكَ، وَتَقَرَّبْ إِلَيَّ فِي هَوَانِ الدُّنْيَا وَحُبِّ الأَبْرَارِ، فَإِنَّ اللهَ لاَ يُضِيْعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ
0 comments:
Catat Ulasan