Kematian


Kematian


Kematian dipahami bukan akhir dari segala kehidupan yang tidak mungkin lagi ada lagi kehidupan yang telah dilaluinya, kematian adalah perpindahan waktu/tempat untuk menuju kehidupan yang lebih sempurna dari kehidupan sebelumnya.
Pahamilah kematian sebagai kehidupan yang akan bermula kembali.
“Raihlah nilai-nilai kematian dengan nilai-nilai kehidupan sekarang ini”
Tanamkan ilmu kematian sejak dini dalam diri, sehingga menyerap kedalam diri dan menyatu menjadi satu, kesempurnaan hidupun teraih dengan penuh ke gemilangan spritual.
Mursyid mengajarkan kematian dari pengalaman yang telah dilaluinya, sehingga mampu menceriterakan kembali tentang perjalanan kematian yang harus di lalui oleh muridnya.
Ajaran kematatian inilah yang betul-betul telah teruji bukan sekedar ceritera yang didapat dari buku maupun dongeng yang tidak diketahui sumber otentiknya.
Carilah ilmu kematian dari orang yang telah mengalami kematian ,dengan sempurna dan sekarang telah terlahir kembali dengan sempurna kedunia, untuk “mentransfer” pengetahuiannya agar dijadikan pedoman bagi hidup kita
Kalaulah kita telah memahami dengan sempurna dan mengamalkan terhadap ilmu kematian yang telah diberikan maka kita dapat meraih kematian dengan penuh ketenangan dan kegembiraan.
Al-Mukminun ayat 16 :
“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”.
Perjalanan setelah di kuburkan dalam bumi :
.
1. Dalam kandungan bumi selama 3 hari si-mayat sedang mem-bengkak belum ada yang musnah. 2. Dalam 7 hari mulai-lah hancur tubuhnya, perutnya pun telah pecah
3. Dalam 40 hari telah kehilangan urat, kulit, daging, rambut sudah terlepas namun tulang belulang masih utuh 4. Dalam 1 tahun pertama telah ruku’ 5. Dalam 2 tahun telah sujud 6. Dalam 1000 hari, semua tulang telah kumpul, segalanya sempurna dari qudrat dzat yang Maha Mulia, telah tiada rasa-rasa lagi, dan tidak merasa-rasa lagi, tinggalkan Asma Allah dan tiada diqudratNya.
.
Manusia yang sempurna kembali kejaman-nya sendiri, sebagaimana nyawa melompat jauh pulang didalam “Tanazul tarraqi”, sebagai berikut :
1. Cahaya kembali pulang gilang gemilang kepada alam Insan Kamil.
2. Budi kembali pulang kepada alam Ajsam
3. Rasa kembali pulang kepada alam Misal
4. Rupa kembali pulang kepada alam Roh
5. Warna kembali pulang kepada alam Wahdiyah
6. Bau kembali pulang kepada alam Wahdah
7. Angan-angan kembali pulang kepada alam Ahdiyah
8. Hidup kembali pulang kepada alam Insan Kamil kembali sempurna terang benderang dari pada QudratNya.
.
Ber-awal yang sempurna di dalam bumi suci adalah :
.
1. Kulit
2. Otak
3. Urat
4. Tulang
5. Rambut
6. Darah
7. Daging
8. Sumsum.
.
Adapun Saudara Empat, Kelima pancer juga sama sempurna kepada bumi suci :
.
1. Air tuban
2. Pembungkus
3. Ari-ari
4. Tali pusar
5. Pancer
.
Semuanya telah pulang sempurna kembali kepada QudratNya
.
Yang Hitam menyala menjadi merah
Yang Merah menyala menjadi kuning
Yang Kuning menyala menjadi putih
Yang Putih menyala menjadi terang benderang “Tungal pada Dzat Allah”
(Maksudnya : Kulit itu bernyala daging, daging bernyala tulang, tulang itu bernyala-nya dilebur menjadi cahaya yang bersifat pada makrifat yang abadi)
(Maksudnya lagi : telah memusnahkan Wujudnya hamba. karena hamba itu = Adam Hukumnya, adanya hamba itu melainkan Dzattullah bercahaya dan yang ada
SAAT-SAAT AJAL MENJEMPUT
.
Penglihatan orang akan mati = yang keluar saat-saat menjelang kematian,
Yang keluar dari Tubuh kita takkala Sakaratul Maut menjelang diantaranya :
1. Ketika datang cahaya hitam, itulah yang dipanggil cahaya ‘iblis’ maka pujinya : Lailaha Illalalh.
2. Ketika datang cahaya merah, itulah yang dipanggil cahaya ‘yahudi’ maka pujinya : Allah, Allah, Allah
3. Ketika datang cahaya kuning, itulah yang dipanggil cahaya ‘nasrani’ maka pujinya : Allah Hu, Allah Hu, Allah Hu.
4. Ketika datang cahaya hijau, itulah yang dipanggil cahaya ‘Jibril’ maka pujinya : Allahu Yaa Hu, Allahu Yaa Hu, Allahu Yaa Hu.
5. Ketika datang cahaya putih, itulah yang dipanggil cahaya ‘Nur Muhammad’ maka pujinya : Masyaa Allahu kanal mu’miniina Yaa Hu, Yaa Hu, Yaa Hu HAQ.
Manakala sudah habis segala rupa cahaya pada penglihatan yang putih bersih, muncul cahaya sangat terang kembali, terangnya jauh dibandingkan cahaya matahari dan bulan, terangnya terus meliputi tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit dan tiada cahaya yang seumpamanya, tidak ada bandingnya, maka itulah yang disebut “Nurullah” menembus meliputi segala ruang.
Kemudian nyata tubuh kita laksana pinang dibelah dua, persis rupanya tiada bedanya, serta kita pandang ada “Kaful Muhammad” maka itulah yang dinamai “Kalimatullah” dan “Kalimatu Muhammad”, itulah sebenar-benarnya yang datang kepada mati, maka itu puji jangan dilupakan,Yaa Hu.., Yaa Hu.., Yaa Hu…, Haqku. (Jangan berhenti pujinya hingga ‘hilang’)
Demi Allah yang bersifat Rahman Rahiim, jangan ‘syak’ dan diam, begitulah pengajaran daripada Aulia Allah yang turun kepada guru yang Mursyid, maka kita serahkanlah dengan ridha, serta ikhlash mati kita itu, karena mati itu…tiada ….supaya ada…
.
HALANGAN SAAT SAKRATUL MAUT
.
Pertama:
Yang pertama nampak alam Ruhiyah yaitu alam Nyata,
Terang benderang tapi bukan terangnya siang
Tiada, Timur, Barat, Utara, Selatan, Bawah dan atas
Disitu nampak seolah-olah samudra tidak bertepi, itulah kenyataan (hati) berbaur cahaya akal, dan ditengah-tengah samudra itu ada Dzurriyyah jernihnya laksana langit diufuk barat kala petang hari, terang keemasan cahayanya, itulah kenyataan (jantung) berbaur cahayanya.
Joharul awwal yang meliputi sejatinya (hati) sebagai pembukanya, maqamnya dicipta,
Bertempat dipenglihatan,
Pendengaran,
Penciuman
Perasa,
Dan perasaan,
Disebut “Mukasifat” kekuasaannya hanya memimpin segala sifat Samwah, ketika itu janganlah sampai khilaf terhadap tanda rupa yang sejati,
.
Kedua:
.
Yang kedua telah musnah Alam Ruhiyah, lalu nampak Alam Sirriyyah, yaitu alam Rahasia, terangnya melebihi ‘alam Ruhiyyah, disitulah kedatangan cahaya empat warna,
Hitam, Merah, Kuning Putih,
Itulah kenyataan budi mengeluarkan (nafsu) empat perkara, masing-masing menjadi rintangan (hati) berturut-turut muncul kepermukaan satu persatu.
.
1. Yang mula-mula muncul adalah cahaya hitam, itulah nafsu lawamah, hawanya sewaktu hidup membawa : haus, lapar, mengantuk, dan yang sejenisnya,
Tempatnya diperut besar,
Keluarnya dari lisan,
dan kejadiannya dalam cahaya hitam menampakan jenis-jenis binatang yang merayap, maka mereka akan menggoda agar dianggap sebagai tuhan. Tanda kehadirannya adalah gempa bumi,
Alam nafsu yang disebut “alam Nasut” yakni tempat ‘lupa’ maksudnya adalah sewaktu hidupnya mempertuhankan “nafsu Lawamah”,
Banyak lupa daripada mengingati Allah, lebih mementingkan banyak : Makan, Minum, Tidur,
Maka hendaknya ingat-ingatlah dengan segala ‘keteguhan’, jangan sampai hanyut berada didalam cahaya hitam, bisa-bisa menjelma menjadi hewan yang “merayap”.
.
2. Setelah cahaya hitam lenyap lalu nampak cahaya merah, itulah nafsu amarah,
.
Tempatnya diampedu,
Keluarnya dari telinga,
kejadiannya dalam cahaya merah menampakkan jenis-jenis kelakuan ‘sarani’ dan bangsa hantu, masing-masing menggoda agar dianggap sebagai Tuhan, tanda-tandanya ‘api menyala besar menjulang’, alam nafsu itu disebut “alam Jabarut”, tabiatnya geram, tempat menderita kesukaran, awas..! disinilah tergodanya orang yang selagi hidupnya mengikuti hawa nafsu ‘amarah’ seperti:
mengumbar marah, panas hati, inkar, dendam, hasut, dan sejenisnya..,
Ingat-ingatlah hendaknya teguh, jangan sampai hanyut berada dalam cahaya merah, bisa-bisa menjelma jadi “hantu”.
.
3. Setelah cahaya merah lenyap lalu nampaklah cahaya kuning, itulah keadaan “nafsu sufiayah”, Tempatnya dilimpa,
Keluarnya dari mata,
Kejadianannya didalam cahaya kuning menampak jenis-jenis hewan unggas, dan bangsa burung yang dapat terbang, masing-masimg memgoda agar dianggap sebagai Tuhan,
Tanda-tandanya : angin ribut yang besar,
alam nafsu itu disebut alam “lahut”
tabiatnya suka berubah-rubah,
tempatnya di dalam rongga anggota badan,
disinilah tergodanya orang selagi hidupnya mengikuti hawa nafsu syahwat, keinginannya yang membawa kemurkaan : kesukaan pada kesenangan dunia sampai lupa mengingat Allah.
Awas ingat-ingatlah! Hendaknya tetap teguh jangan sampai hanyut berada didalam cahaya kuning, bisa-bisa menjelma menjkadi jenis-jenis hewan yang dapat terbang seperti kelalawar dan sebagainya.
4. tiada lama cahaya kuning lenyap lalu cahaya putih datang, Itulah keadaan nafsu mutmainah, tempatnya ditulang, keluarnya dihidung,
Kejadiaannya didalam cahaya putih menampak jenis-jenis bangsa ikan berada disamudra Rahmah,
Masing-masing menggoda agar dianggap sebagai Tuhan,
Tanda-tandanya, air jernih tidak ketahuan asalnya,
Alam nafsu ini disebut “alam malakut” artinya : istana tetapi hati-hatilah itu bukan istana sejati yang Maha Mulia, hanya penggoda saja, disinilah tempat tergodanya orang selagi hidupnya mengikuti nafsunya yang menyuruh pada : Rakus, Tamak, Gila harta dan kedudukan atau kemasyuran, gila dunia dan sejenisnya.
Ingat-ingat dan waspadalah ! hendaknya yang teguh, jangan sampai hanyut didalam cahaya putih kalau-kalau menjelma pada ikan atau bangsa hewan dalam air.
Ketiga :
.
Yang ketiga : setelah musnah “alam Sirriyyah” lalu nampak “alam Nurriyyah” yakni alam cahaya, terangnya melebihi alam sirriyyah, disitu datang alam panca warna.
Hitam, Merah, Kuning, Putih, Hijau,
Berbarengan dengan itu nampak terbentang !istana seribu ke-indah-an permai semua, itulah kenyataan panca indra yang disebut “alam hidayah” yakni petunjuk karena memang menunjukan tempat terbentangnya istana, tetapi waspadalah itu bukan istana sejati yang teratur Maha Mulia, melainkan hanyalah : “istana pana sarana” namanya misalnya juga :
1.Istana yang indah teratur nampak cahaya hitam,
Itulah cahayanya dzat hewan yang bangsa merayap,
2.Istana yang indah teratur nampak cahaya merah,
Itulah istananya bangsa hantu,
3.Istana yang indah teratur nampak cahaya kuning,
Itulah istanya dzat bangsa burung dan hewan yang terbang,
4.Istana yang indah teratur nampak cahaya putih,
Itulah istananya bangsa ikan dan hewan dalam air,
5.Istana yang indah teratur nampak cahaya hijau,
Itulah istananya bangsa tumbuh-tumbuhan,
Tiba-tiba terdengar suara menyeruh menunjukkan pada istana yang Agung Maha Mulia, padahal itu semua bukannya istana yang sejati maka hendaknya ingat-ingat dan waspadalah jangan sampai tergoda untuk memilih salah satu, bisa-bisa termasuk kedalam istana yang sesat istana “pana sarana” namanya, dan disinilah banyak terjerumus yang selagi hidupnya, Berdusta, Menipu, Licik, Curang dan sejenisnya,
.
Ke empat :
Yang kempat : Masih didalam Nurriyyah. disitu nampak cahaya Jernih, didalam cahaya da nyala berdiri memancarkan sinar delapan Warna : Hitam, Merah, Kuning, Putih, Hijau, Biru, Ungu dan Merah muda,
Berbarengan dengan itu nampak seakan-akan surga seribu permai semua, itulah kenyataannya “sukma”, yang disebut “alam iskhat” yakni alam birahi ‘syaghafi’ karena tempat menggoda rasa merasa jatuh cinta kepada surga yang terbentang itu, padahal sesungguhnya bukan surga yang suci yang penuh nikmat,
1 . Yang nampak surga seribu hitam licin gelap gemerlap, itulah kanyataan rasa,
Maka jikalau berada disitu bisa-bisa jadi raja jin hitam.
Hatilah jangan sampai terhanyut didalamnya.
2 . Yang nampak seaka-akan surga seribu merah kemerahan.
Itulah kejadian diri kedustaan ciptarasa.
Hati-hatilah jika berada disitu bisa-bisa menjadi raja jin merah,
3 . Yang nampak seaka-akan surga seribu kuning keemasan,
Itulah kejadian dari kacaunya cipta angan-angan
Hati-hatilah jika berada disitu bisa-bisa menjadi raja jin kuning.
4 . Yang nampak seaka-akan surga seribu putih, bersinar bersih,
Itulah kejadian dari kesetiaan cipta/kebiasaan berkhayal ;
Jika berada disitu bisa-bisa menjadi penghulunya jin putih.
5 . Yang nampak seakan-akan surga seribu hijau pelangi,
Itulah kejadiannya dari kekuatan cipta anga-angan,
Jika berada disitu bisa-bisa menjadi raja jin hijau.
6 . Yang nampak seakan-akan surga seribu biru gelap gemerlap,
Itula dari reka daya cipta,
Jika berada disitu bisa-bisa menjadi raja jin biru.
7 . Yang nampak seakan-akan surga seribu ungu,
Itulah kejadian dari kelayakkan cipta,
Jika berada disitu bisa-bisa menjadi raja jin ungu.
8 . Yang nampak seaka-akan surga seribu merah muda berpancaran serupa merah delima,
Itulah kejadian dari berubah-rubah cipta,
Jika berada disitu bisa-bisa menjadi raja jin merah muda,
Maka tiba-tiba menghembus segala bayangan itu semerbak bau harum yang menarik rasa, padahal palsu belaka,
Ingat-ingatlah jangan sampai dirasakan, semuanya termasuk surga penyesatan.
Orang tergoda disini yaitu mereka yang selagi hidupnya suka terbenam dalam khayal /lamunan,malas bekerja, suka memusatkan daya cipta pada jalan yang tercela, maka itu : berhati-hatilah!
.
Kelima :
.
Yang kelima : musnah (‘Alam Nurriyyah,) maka menampak ‘Alam Uluhiyyah (Ilahiyya) artinya : ‘Alam ketuhanan, terangnya Melebihi Alam Nuriyyah dan disitu nampak cahaya memancar, didalam cahaya itu ada berbentuk seperti anak lebah berdiri dimaqom
Fana, itulah warna sukma yang menambahi warna semua dan adalah meliputi didalam jagat Raya dan jagat kecil beserta Isinya tetapi hidupnya dari purnamanya rasa. lalu saat itu datang malaikat menyerupakan bapak dan kakek laki-laki/leluhur Laki-laki, mengaku utusan dzat yang Maha Suci, katanya : di suruh membawa ke “Karamtullah”, hati-hatilah dan ingat-ingatlah Hendaknya tetap teguh ! jangan sekali-sekali meng-imankan! dinilah tergodanya orang yang selagi hidupnya suka membanyakan kesesatan dan penyesatan jalan ketuhanan.
Keenam :
.
Yang keenam : masih didalam Uluhiyyah, semakin bertambah terangnya disitu tampak cahaya bersinar, didalam sinar itu ada bentuk macam-macam patung Kecil dari gading/semacam anak-anakan dari mutiara, bukan laki, bukan perempuan, bukan-banci berdiri dimaqom baqau, itulah purnamnya rahasia yang menguasai di alam semua, tetapi hidupnya, dari “Dzat Athma” pada ketika itu datanglah beda ari menyerupai ibu dan nenek yaitu leluhur perempuan dan mengaku katanya : utusan Dzat yang maha suci yang disuruh untuk membawa ke “Karamatullah”, maka ingat-ingat-lah jangan sekali-sekali meng-imankan. disinilah tergodanya orang selagi hidupnya menggemari olok-olokan bermain-main.
Ketujuh :
.
Yang ketujuh : didalam Uluhiyah,terang benderang tiada hingganya tiada bandingnya, disitu tiada menampak apa-apa melainkan Nur cahaya gilang gemilang tiada bayangan. itulah Dzat Athma yang disebut sajatinya Dzat, yang : Tiada Awal, Tiada Ahkir, Tiada Arah Jihat, Tiada batas angan tempat, Tiada Rupa, Tiada Warna, Tiada berkesudahan, Aslinya segala asal,
Azali abadi, semestanya meliputi sekalin Alam semua,
Meliputi menguasai segala maqom sempurna,
Hidup serta menghidupkan,
Maha suci Dzatnya yang Maha Agung,
Yang berkuasa Asmanya serta sempurna Af’alnya, yakni :
“Laisya kamislihi syaii-un”, artinya : tiada yang menyerupai sesuatu apapun juga:
“Lam yakun lahu kufuan ahad”, artinya : berada didalam hidup kita peribadi
“Wahuwa ma’akumm ainama kuntum”, artinya : tiada jarak antara, ‘manunggal hamba tuhan’,
.
Perhatian !
Janganlah ‘syak’ dan diam dam janganlah dipersoalkan apalagi diperdebatkan dan terutama tidak boleh dibicarakan ilmu ini dengan siapa-siapa yang tidak satu maqam,
Hati-hatilah hidup dIalam syahaah ini : waktu jangan disia-siakan, Tuhan jangan dilupakan dan hawa nafsu jangan diikuti tetapi mesti dikendalikan, Karena hidup ini sebenarbenarnya mati, Mati sebenar-benarnya hidup,
Jalan Taraqi atau jalan naik mulai dari Alam Insan sampai ke Hakekatul Dzat :

( Sumber dari Hamin Tehupelasury  )
Share on Google Plus

About roslanTv Tarekat

Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.

0 comments:

Catat Ulasan